"Oke, yes. Akhirnya makan ketoprak juga," Adnan antusias. Bubur kacang ijo memang salah satu menu favorit sarapan Adnan, tapi hari ini ia ingin makan yang lain.Ketiganya makan di dapur dan benar saja, Adnan yang menghabiskan ketoprak milik Aisha. "Awas aja kalau sakit perut ya Mas. Aisha gak tanggung jawab loh.""Mudah mudahan engga," Jawab Adnan. "Semoga aja." Setelah itu, Adnan berangkat ke Bandara. Sedangkan Aisha disibukkan dengan urusan pekerjaan. Ia memeriksa satu satu file yang dibawakan oleh Wilona ke rumah dan beberapa file juga yang dikirimkan lewat email. Aisha menyadari ada dua event project yang seharusnya tidak mereka ikuti, tapi teamnya terlanjur mengikuti even itu. Aisha sebenarnya tahu jika even itu biasa memilih perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan asing yang biasa bekerja sama dengan perusahaan Adnan. Aisha tidak ingin menjadi perkara. Tapi mau bagaimana, perusahaannya punya kesempatan dan peluang yang sangat bagus kali ini. Plan project dari perus
"Bukannya Pak Adnan ada di luar negeri Bu?" Bisik Wilona"Iya Wi, saya juga gak tahu kenapa Pak Adnan ada disini.""Perusahaan Pak Adnan juga terlibat kayaknya Bu.""Mungkin," Jawab singkat Aisha.semua orang sudah di dalam ruangan dan rapat akan segera dimulai. Aisha memandangi Adnan sejak kehadiran di ruangan itu, namun Adnan seolah tidak melihat keberadaan Aisha. "Selamat pagi semuanya." Rapat segera dibuka'Apa ini nepostisme? Apa kami akan disingkirkan dari sini?' Batin Aisha. Aisha sangat was was. "Bu, perasaan Wilona kok gak enak ya.""Saya juga Wi. Kita berdoa aja deh.""Iya Bu." Keduanya kembali fokus. Setelah pembukaan dengan kata selamat, barulah tiba ke acara inti. Kini Aisha menjadi pembicara dan menyajikan presentasi. Adnan menatap Aisha dengan serius kali ini. Hal itu membuat Aisha sedikit gerogi. 'Kenapa harus menatap aku begitu?' Aisha mulai membacakan presentasinya. Dengan lugas dan jelas, Aisha menyampaikan plan project mereka. Tatapan Adnan masih menatap Aisha d
dnan tidak peduli dengan reaksi Aisha. Adnan semakin meningkatkan keagresifannya. "Hemm.. Hemm.." Adnan mulai menikmati permainan. Adnan mulai mencumbui bibir Aisha dan juga kedua bola kenyal Aisha. Aisha sangat menikmati permainan Adnan. "Muachh.. Hemm.. Hemm" Aisha membalas ciuman Adnan. Aisha mulai mengimbangi permainan Adnan, Adnan menikmati sentuhan Aisha. Adnan sangat menantikan permainan Aisha. Selama ini Aisha sangat pasif dan baru kali sangat agresif. "Aisha, kamu diatas!" Adnan dan Aisha berada di dalam bath up. Selanjutnya sudah tahu apa yang terjadi. Adnan dan Aisha melanjutkan permainan mereka di atas kasur. "Ahh.. Ahhh..""Ahh.. Ahh.." Desahan bersahutan di kamar itu. "Enak sayang?" Ucap Adnan. Usai memadu kasih, Adnan dan Aisha tertidur lelap bersebelahan. Aisha ingin mandi dulu tapi energinya sudah tidak ada lagi. Dua jam tertidur, Aisha akhirnya terjaga lebih dulu dari Adnan. Aisha segera mandi dan bersih bersih. Sebelumnya dia memesan makanan dari layanan hotel
"Hara baik banget mau mijitin Bunda. Hara anak baik," ucap Bunda. "Iya Oma. Kasian banget Ibu udah capek pergi seharian. Ayah juga, demi Hara, Oma. Hara sayang Ibu dan Ayah.""Oma juga sayang Hara," Bunda langsung memeluk Hara. "Ibu juga sayang Hara." Mereka bertiga berpelukan. 'Terima kasih Tuhan telah menitipkan Hara padaku. Disaat aku sangat terpuruk, dia selalu ada untukku. Menjadi semangat bagiku. Dan disaat semuanya sudah membaik, kami bisa tinggal dan hidup bersama seperti sekarang. Satu lagi harapan yang belum terwujud yaitu melihat Mas Adnan bahagia seperti dulu lagi.' Batin kecil Aisha bicara. Sungguh tidak ada yang Aisha khawatirkan lagi jika suatu saat ia dipanggil oleh Tuhan. Hara dan Bunda pasti akan hidup bahagia, Adnan juga ada bersama mereka. Kapanpun ia harus pergi, dia akan ikhlas. "Wah lagi apa ini?" Adnan muncul. Mereka bertiga segera melepaskan pelukan mereka masing-masing, "Mas Adnan?" Ucap Aisha. Aisha tidak menyangka jika Adnan akan segera keluar kamar.
"Maafkan aku jika aku terlalu kasar barusan. Aku hanya ingin kamu bersikap rasional Adnan! Kamu tidak rasional akhir akhir ini. Aku pergi dulu." Khadijah mengalus punggung tangan Adnan. "Pikirkan baik baik, aku tidak ingin kamu salah langkah." Khadijah langsung pergi dari sana. Adnan duduk di kursinya sambil merenungkan apa yang dikatakan oleh Khadijah. Sementara itu di kuar, Khadijah sangat kesal dengan sikap dan perkataan Adnan. "Kita lihat saja Adnan, bagaimana kamu akan hancur lagi karena mencintai wanita itu! Aku menyukaimu karena itu aku membantumu. Tapi setelah semua upayaku, kamu kembali mencintai wanita yang sangat menyakitimu. Ini gila!" Ucap Khadijah. Sedari dulu Khadijah memang menyukai Adnan, tapi Tuhan memisahkan mereka karena tidak berjodoh. Khadijah selalu berharap bisa kembali menjadi pasangan Adnan, tapi saat Adnan bercerai dari Aishapun, Khadijah bukan orang yang diinginkan Adnan. Usai meluapkan kekesalannya, Khadijah segera pergi dari kantor Adnan. ***Sore har
"Hohh.. Ya udah. Kita ke ujung sana ya. Kita biasa nongkrong disana tu.""Hohh.." Aisha angguk angguk. Setibanya mereka di tempat yang dimaksud oleh Adnan, mereka berdua langsung duduk. Aisha masih celingak celinguk melihat kondisi sekitar. "Bagus Mas tempatnya. Ais langsung suka. Beneran deh.""Syukur. Ya udah, kita pesan makan dulu ya. Kamu belum makan kan?""Blom, udah lapar banget ini mah Mas.""Oh iya, sabar sabar. Kita pesen dulu.""Oke." Setelah Pelayan datang, mereka berdua memesan makanan dan setelah itu menunggu makanan dengan sabar. 'Aku tidak yakin dia lupa ingatan, tapi kenapa dia tidak ingat apa apa? Apa dia membohongiku?' Batin Adnan. "Mas, kamu ngelamunin apa? kok diam aja?" tanya Aisha."Hemm.. Apa?" Tanya Adnan. "Mas ngelamunin apa sih dari tadi?" Tanya Aisha lagi. "Siapa yang ngelamyn sih Ais. Aku gak ngelamun. Aku lagi mikir kenapa kamu bisa melupakan ingatan yang itu aja. Apa mungkin?""Aku juga gak ingat beberapa hal Mas. Waktu itu aku bahkan tidak ingat ak
40."Apa aku yang kelewatan dan terhasut dengan perkataan yang dikatakan oleh Khadijah tadi. Aku memang bodoh, bagaimana mungkin aku cemas akan hal yang belum terjadi. Aisha tidak mungkin meninggal aku. Tidak mungkin.""Ahh.. Gila.." Adnan benar benar sakit kepala. Tindakannya menjadi impulsif. Satu minggu berlaku, Bunda dan Hara masih belum kembali. Keadaan rumah masih sunyi sepi, Adnan dan Aisha masih diem dieman. Aisha terlalu sibuk untuk mnegurusi perselisihan mereka. Adnan juga masih bisa menahan dirinya untuk tidak mengobrol dengan Aisha. Mereka beraktivitas seperti biasa di rumah namun tanpa menyapa. Aisha juga sering menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan sesekali Adnan ikut nimbrung. Makan juga masih sering bersama. Mereka berdua masih sama sama tahan dalam mode diam. "Uhukk.. Uhuk..." Tenggorokan Aisha terasa sangat gatal dari pagi tadi. Aisha sudah minum obat tapi tenggorokannya belum juga membaik. "Uhukk.. Uhukk.. Uhukk""Minum obat toh Aisha! Nanti kalau saki
"Jangan menangis Aisha, kamu bisa pendarahan lagi nanti. Untung saja janinnya sangat kuat dan bisa bertahan tadi. Dokter bilang kamu harus tenang dan gak boleh kecapean.""Mas Adnan, kenapa semuanya harus terjadi pada Aisha?" Aisha masih menangis tanpa henti. "Hikss.. Hiks..""Hiks.. Hiks..""Aisha, dengarkan aku. Hei.. Berhenti menangis. Please dengarkan aku dulu. Aku berjanji akan mengizinkan kamu merawat kedua anak kita, oke?""Hiks.. Hikss.." "Aisha.. Please listen to me." Adnan melepaskan pelukannya dari Aisha. Adnan menyentuh pipi Aisha dan mengarahkan pandangan Aisha padanya."Lihat aku Aisha, kamu tatap mataku. Please!""Hiks.." Aisha mencoba berhenti menangis. "Kamu dan aku akan merawat anak anak kita bersama. Apapun yang terjadi nanti, kedepannya, segila gilanya aku, aku akan mengizinkanmu dekat dengan mereka. Jadi jangan khawatir. Aku berjanji.""Mas Adnan serius?" Aisha mengelap air matanya. "Aku serius, karena itu jangan berpikiran yang enggak enggak. Oke?" Adnan meya