"Bukannya Pak Adnan ada di luar negeri Bu?" Bisik Wilona"Iya Wi, saya juga gak tahu kenapa Pak Adnan ada disini.""Perusahaan Pak Adnan juga terlibat kayaknya Bu.""Mungkin," Jawab singkat Aisha.semua orang sudah di dalam ruangan dan rapat akan segera dimulai. Aisha memandangi Adnan sejak kehadiran di ruangan itu, namun Adnan seolah tidak melihat keberadaan Aisha. "Selamat pagi semuanya." Rapat segera dibuka'Apa ini nepostisme? Apa kami akan disingkirkan dari sini?' Batin Aisha. Aisha sangat was was. "Bu, perasaan Wilona kok gak enak ya.""Saya juga Wi. Kita berdoa aja deh.""Iya Bu." Keduanya kembali fokus. Setelah pembukaan dengan kata selamat, barulah tiba ke acara inti. Kini Aisha menjadi pembicara dan menyajikan presentasi. Adnan menatap Aisha dengan serius kali ini. Hal itu membuat Aisha sedikit gerogi. 'Kenapa harus menatap aku begitu?' Aisha mulai membacakan presentasinya. Dengan lugas dan jelas, Aisha menyampaikan plan project mereka. Tatapan Adnan masih menatap Aisha d
dnan tidak peduli dengan reaksi Aisha. Adnan semakin meningkatkan keagresifannya. "Hemm.. Hemm.." Adnan mulai menikmati permainan. Adnan mulai mencumbui bibir Aisha dan juga kedua bola kenyal Aisha. Aisha sangat menikmati permainan Adnan. "Muachh.. Hemm.. Hemm" Aisha membalas ciuman Adnan. Aisha mulai mengimbangi permainan Adnan, Adnan menikmati sentuhan Aisha. Adnan sangat menantikan permainan Aisha. Selama ini Aisha sangat pasif dan baru kali sangat agresif. "Aisha, kamu diatas!" Adnan dan Aisha berada di dalam bath up. Selanjutnya sudah tahu apa yang terjadi. Adnan dan Aisha melanjutkan permainan mereka di atas kasur. "Ahh.. Ahhh..""Ahh.. Ahh.." Desahan bersahutan di kamar itu. "Enak sayang?" Ucap Adnan. Usai memadu kasih, Adnan dan Aisha tertidur lelap bersebelahan. Aisha ingin mandi dulu tapi energinya sudah tidak ada lagi. Dua jam tertidur, Aisha akhirnya terjaga lebih dulu dari Adnan. Aisha segera mandi dan bersih bersih. Sebelumnya dia memesan makanan dari layanan hotel
"Hara baik banget mau mijitin Bunda. Hara anak baik," ucap Bunda. "Iya Oma. Kasian banget Ibu udah capek pergi seharian. Ayah juga, demi Hara, Oma. Hara sayang Ibu dan Ayah.""Oma juga sayang Hara," Bunda langsung memeluk Hara. "Ibu juga sayang Hara." Mereka bertiga berpelukan. 'Terima kasih Tuhan telah menitipkan Hara padaku. Disaat aku sangat terpuruk, dia selalu ada untukku. Menjadi semangat bagiku. Dan disaat semuanya sudah membaik, kami bisa tinggal dan hidup bersama seperti sekarang. Satu lagi harapan yang belum terwujud yaitu melihat Mas Adnan bahagia seperti dulu lagi.' Batin kecil Aisha bicara. Sungguh tidak ada yang Aisha khawatirkan lagi jika suatu saat ia dipanggil oleh Tuhan. Hara dan Bunda pasti akan hidup bahagia, Adnan juga ada bersama mereka. Kapanpun ia harus pergi, dia akan ikhlas. "Wah lagi apa ini?" Adnan muncul. Mereka bertiga segera melepaskan pelukan mereka masing-masing, "Mas Adnan?" Ucap Aisha. Aisha tidak menyangka jika Adnan akan segera keluar kamar.
"Maafkan aku jika aku terlalu kasar barusan. Aku hanya ingin kamu bersikap rasional Adnan! Kamu tidak rasional akhir akhir ini. Aku pergi dulu." Khadijah mengalus punggung tangan Adnan. "Pikirkan baik baik, aku tidak ingin kamu salah langkah." Khadijah langsung pergi dari sana. Adnan duduk di kursinya sambil merenungkan apa yang dikatakan oleh Khadijah. Sementara itu di kuar, Khadijah sangat kesal dengan sikap dan perkataan Adnan. "Kita lihat saja Adnan, bagaimana kamu akan hancur lagi karena mencintai wanita itu! Aku menyukaimu karena itu aku membantumu. Tapi setelah semua upayaku, kamu kembali mencintai wanita yang sangat menyakitimu. Ini gila!" Ucap Khadijah. Sedari dulu Khadijah memang menyukai Adnan, tapi Tuhan memisahkan mereka karena tidak berjodoh. Khadijah selalu berharap bisa kembali menjadi pasangan Adnan, tapi saat Adnan bercerai dari Aishapun, Khadijah bukan orang yang diinginkan Adnan. Usai meluapkan kekesalannya, Khadijah segera pergi dari kantor Adnan. ***Sore har
"Hohh.. Ya udah. Kita ke ujung sana ya. Kita biasa nongkrong disana tu.""Hohh.." Aisha angguk angguk. Setibanya mereka di tempat yang dimaksud oleh Adnan, mereka berdua langsung duduk. Aisha masih celingak celinguk melihat kondisi sekitar. "Bagus Mas tempatnya. Ais langsung suka. Beneran deh.""Syukur. Ya udah, kita pesan makan dulu ya. Kamu belum makan kan?""Blom, udah lapar banget ini mah Mas.""Oh iya, sabar sabar. Kita pesen dulu.""Oke." Setelah Pelayan datang, mereka berdua memesan makanan dan setelah itu menunggu makanan dengan sabar. 'Aku tidak yakin dia lupa ingatan, tapi kenapa dia tidak ingat apa apa? Apa dia membohongiku?' Batin Adnan. "Mas, kamu ngelamunin apa? kok diam aja?" tanya Aisha."Hemm.. Apa?" Tanya Adnan. "Mas ngelamunin apa sih dari tadi?" Tanya Aisha lagi. "Siapa yang ngelamyn sih Ais. Aku gak ngelamun. Aku lagi mikir kenapa kamu bisa melupakan ingatan yang itu aja. Apa mungkin?""Aku juga gak ingat beberapa hal Mas. Waktu itu aku bahkan tidak ingat ak
40."Apa aku yang kelewatan dan terhasut dengan perkataan yang dikatakan oleh Khadijah tadi. Aku memang bodoh, bagaimana mungkin aku cemas akan hal yang belum terjadi. Aisha tidak mungkin meninggal aku. Tidak mungkin.""Ahh.. Gila.." Adnan benar benar sakit kepala. Tindakannya menjadi impulsif. Satu minggu berlaku, Bunda dan Hara masih belum kembali. Keadaan rumah masih sunyi sepi, Adnan dan Aisha masih diem dieman. Aisha terlalu sibuk untuk mnegurusi perselisihan mereka. Adnan juga masih bisa menahan dirinya untuk tidak mengobrol dengan Aisha. Mereka beraktivitas seperti biasa di rumah namun tanpa menyapa. Aisha juga sering menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan sesekali Adnan ikut nimbrung. Makan juga masih sering bersama. Mereka berdua masih sama sama tahan dalam mode diam. "Uhukk.. Uhuk..." Tenggorokan Aisha terasa sangat gatal dari pagi tadi. Aisha sudah minum obat tapi tenggorokannya belum juga membaik. "Uhukk.. Uhukk.. Uhukk""Minum obat toh Aisha! Nanti kalau saki
"Jangan menangis Aisha, kamu bisa pendarahan lagi nanti. Untung saja janinnya sangat kuat dan bisa bertahan tadi. Dokter bilang kamu harus tenang dan gak boleh kecapean.""Mas Adnan, kenapa semuanya harus terjadi pada Aisha?" Aisha masih menangis tanpa henti. "Hikss.. Hiks..""Hiks.. Hiks..""Aisha, dengarkan aku. Hei.. Berhenti menangis. Please dengarkan aku dulu. Aku berjanji akan mengizinkan kamu merawat kedua anak kita, oke?""Hiks.. Hikss.." "Aisha.. Please listen to me." Adnan melepaskan pelukannya dari Aisha. Adnan menyentuh pipi Aisha dan mengarahkan pandangan Aisha padanya."Lihat aku Aisha, kamu tatap mataku. Please!""Hiks.." Aisha mencoba berhenti menangis. "Kamu dan aku akan merawat anak anak kita bersama. Apapun yang terjadi nanti, kedepannya, segila gilanya aku, aku akan mengizinkanmu dekat dengan mereka. Jadi jangan khawatir. Aku berjanji.""Mas Adnan serius?" Aisha mengelap air matanya. "Aku serius, karena itu jangan berpikiran yang enggak enggak. Oke?" Adnan meya
'Ya Tuhan, kenapa aku jadi serba salah gini ya?'"Mas Adnan beneran marah ya?" Tanya Aisha memastikan lagi. "Enggak Aisha. Udah ayo buruan kita makan. Ibuk dan Hara udah jauh tu jalannya." Adnan menunjuk ke arah Bunda dan Hara yang sudah menyusuri food court. "Iya Mas." Aisha mempercepat langkahnya. Adnan dan Aisha pun sudah memasuki plantaran food court itu. Bunda dan Hara masih memimpin di depan. Adnan dan Aisha mengikuti saja dimana kedua perempuan di depan mereka akan melangkah. Bunda pun berhenti di tempat yang menjual nasi goreng sesuai dengan rencana mereka tadi. Mereka berempat masuk ke gerai itu dan memilih bangku paling pojok sisi kanan tempat itu. Masing-masing dari mereka memesan makanan, Aisha yang menuliskan pesanan mereka. Aisha memesan dua menu sekaligus untuk dirinya sendiri. 'Kenapa semuanya kelihatan enaknya.' Aisha memilih yang sangat bia inginkan saja. Dia suka semuanya, bisa bisa dia pesan semuanya kalau tidak cepat cepat menutup buku menu. "Ini udah semuan
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal