'Ya Tuhan, kenapa aku jadi serba salah gini ya?'"Mas Adnan beneran marah ya?" Tanya Aisha memastikan lagi. "Enggak Aisha. Udah ayo buruan kita makan. Ibuk dan Hara udah jauh tu jalannya." Adnan menunjuk ke arah Bunda dan Hara yang sudah menyusuri food court. "Iya Mas." Aisha mempercepat langkahnya. Adnan dan Aisha pun sudah memasuki plantaran food court itu. Bunda dan Hara masih memimpin di depan. Adnan dan Aisha mengikuti saja dimana kedua perempuan di depan mereka akan melangkah. Bunda pun berhenti di tempat yang menjual nasi goreng sesuai dengan rencana mereka tadi. Mereka berempat masuk ke gerai itu dan memilih bangku paling pojok sisi kanan tempat itu. Masing-masing dari mereka memesan makanan, Aisha yang menuliskan pesanan mereka. Aisha memesan dua menu sekaligus untuk dirinya sendiri. 'Kenapa semuanya kelihatan enaknya.' Aisha memilih yang sangat bia inginkan saja. Dia suka semuanya, bisa bisa dia pesan semuanya kalau tidak cepat cepat menutup buku menu. "Ini udah semuan
"Kamu....""Ais apa Mas?"Adnan ingin melanjutkan ucapannya tapi ia tidak bisa. Adnan harus berhenti sekarang. Aisha tampak sudah terpancing emosi. "Kamu tertekan dan gak pernah bahagia hidup sama Ais ya Mas?"Adnan tidak menjawab. "Jawab dong Mas! Kenapa kamu diam aja Mas?" Tanya Aisha. "Bukan, aku tidak pernah ngomong gitu. Aku hanya ingin kamu memperbaiki cara pandangmu. Tidak semua orang bisa melakukan apa yang kamu lakukan. Kamu sering lupa bagaimana perasaan orang orang di dekat kamu. Aku juga ingi kamu ngertiin Aisha. Bukan kamu doang yang ingin dimengerti.""Aisha coba Mas. Ais akan coba apa yang Mas Adnan katakan. Apa pembicaraan kita sudah selesai Mas? Aisha lelaha dan ingin istirahat.""Istirahatlah! Dokter bilang kamu juga gak boleh kecapean.""Makasih Mas," Aisha segera beranjak dari sana dan menuju kamarnya. 'Apa aku kelewatan?' Batin Adnan. Adnan bertanya tanya apa yang telah ia katakan pada Aisha sudah bener atau tidak. "Ahh.. Sudahlah! Aku sudah mencoba dengan car
Sementara itu, Aisha hampir menyelesaikan rapatnya. "Kita sudah selesai, apa ada yang ingin ditanyakan?" "Enggak Bu," Semua orang menjawab serentak. "Kalau gitu kita tutup dan semua bisa istirahat. Selamat siang semuanya." Aisha mengakhiri rapat itu. Baru lima langkah Aisha melangkah dari sana, ia mendengar salah satu dari karyawan menggunjingkan dirinya. "Ngapain Pak Adnan sampai kesini ya, apa jangan jangan mau tahu project kita ya?""Entahlah, mungkin Pak Adnan mau menemui Bu Aisha aja. Jangan suudzon deh, yang ada malah nambah dosa entar.""Iya maaf. Soalnya Bu Aisha bener bener jadi berbeda setelah menikah lagi sama Pak Adnan. Bu Aisha jadi gak fokus.""Udah udah, lebih baik kita bubar. Nanti Bu Aisha bisa denger loh.""Iya iya." Akhirnya penggosip utama berhenti menggosip dan bubar untuk istirahat. Aisha pun kembali melanjutkan langkahnya. 'semua yang mereka katakan benar. Aku terlalu sibuk dengan urusan pribadi akhir akhir ini.' Aisha berjalan kembali ke ruangannya. Ia se
"Bener bener mirip ya kan Bu, kayak copy paste?" Ucap Adnan."Kamu benar Adnan, mereka sangat mirip." Bunda dan Adnan sekarang berada sedikit lebih jauh dari mereka berdua. Aisha dan Hara sudah berada di depan meja pemesanan makanan. "Ayo kita maju Adnan, kamu juga mau pesan makanan kan?""Iya Bu," Jawab Adnan. Adnan dan Hara maju ke depan dan memilih makanan yang ingin mereka masak. ***Mereka sudah mendapatkan makanan mereka masing-masing. Adnan dan Hara memiliki kebiasaan makan yang sedikit mirip. Mereka selalu makan disisi kanan piring mereka lebih dulu. "Mereka miripnya Bun!" Ucap Aisha. "Hara memang mirip dengan kalian berdua. Tadi Bunda mengamati kalian berdua dan Hara juga mirip dengan kamu Aisha. Hara adalah copy paste dari kalian berdua.""Iya ya Bu?" Hara sedikit malu. "Iya beneran, iyakan Adnan?" Tanya Bunda."Iya Bun.""Mas Adnan iya iya doang. Mas Adnan emangnya tahu Aisha lagi ngebahas apa sama Bunda?""Tahu, kamu ngebahas kemiripan aku dan Hara kan. Terus Bunda bi
"Mas Adnan," Panggil Aisha. Adnan berusaha menjauhkan lengan Aisha dari dirinya. Aisha mencoba memeluk Adnan satu kali lagi, dan Adnan berusaha menyingkirkannya lagi. Aisha belum menyerah berusaha menenangkan Adnan. Aisha memeluk Adnan lagi. "Bisa gak sih gak usah peluk peluk Aisha! Aku mau tidur, please.""Iya Mas." Aisha segera menjauh dari Adnan. Aisha bergeser ke tepi ujung ranjang dan membuat jarak yang jauh dari Aisha. Aisha berusaha menenangkan dirinya agar tidak baper karena kata kata Adnan tadi. Satu menit, dua menit, Aisha tidak tahan. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan berencana keluar dari sana. Adnan yang sadar akan itu segera bangkit untuk mencegah Aisha pergi. "Mau kemana?" "Balik ke kamar Aisha lah Mas. ngapain disini, Mas Adnan juga cuma punggung punggungan sama Aisha." "Siapa yang ngizinin kamu keluar dari kamar ini?" Tanya Adnan. Aisha menatap tajam mata Adnan. "Siapa yang ngizinin kamu keluar hah?" Adnan bertanya ulang. "Mas Adnan, Aisha capek. Pleas
"Kita langsung balik ke Bu?""Iya Wi. Ayo kita balik semuanya!""Iya Bu.""Mereka pun segera kembali ke kota."Mereka menghabiskan waktu yang lumayan panjang dalam perjalanan balik karena arus lalu lintas sangat padat. Aisha minta diantarkan langsung ke rumahnya. "Terimakasih telah mengantarkan saya pulang ya semuanya.""Sama sama Bu," Jawab semua Orang.Aisha pun segera turun dan masuk ke rumah. Di rumah, Adnan sudah menunggu kepulangan Aisha. Adnan bertanya tanya kenapa Aisha belum sampai di rumah, namun enggan untuk bertanya langsung. Adnan menyimpulkan Aisha mungkin hanya lembur saja. "Assalamualaikum," Ucap Aisha. "Walaikumsalam," Sahut Adnan. Kebetulan Adnan ada di ruang depan depan. "Mas, kamu ngapain gelap gelapan?" Aisha menekan saklar lampu. "Nungguin kamu?""Tumben Mas?" "Kamu belum pulang padahal udah malam. Aku sedikit khawatir.""Hohh.." Aisha pun segera duduk di sebelah Adnan. Aisha menyenderkan kepalanya di paha Adnan. Aisha berbaring di pangkuan Adnan lebih tep
'Aku sudah lama tidak berada di tempat seperti ini. Aku sedikit rindu dengan suasana ini. Aku tersentuh dengan semua yang Aisha lakukan,' Adnan ngelamun. "Mas, Mas Adnan!" Panggil Aisha. Aisha bahkan menepuk pelan lengan untuk menyadarkan Adnan dari lamunannya. "Mas Adnan sayang!" Panggil Aisha lagi. "Sayang?" Adnan langsung menatap Aisha."Sayang?" Ulang Adnan lagi. Adnan sudah lama sekali tidak mendengar seseorang memanggilnya dengan panggilan itu. "Iya kenapa Mas?" Tanya Aisha balik. "Sayang??" "Iya, Mas Adnan sayang. Ais gak boleh manggil Mas Adnan gitu ya?""Gak biasanya, kamu kenapa?" Tanya Adnan lagi. "Gak kenapa napa Mas. Aisha cuma mau manggil Mas Adnan dengan sebutan sayang.""Hohh.. Atas dasar apa?" Tanya Adnan. Raut wajah Adnan yang tadinya lembut berubah menjadi tegas. "Maaf Mas, Aisha gak akan manggil Mas Adnan gitu lagi." Aisha sedikit menyesal karena terlalu bahagia hingga memanggik Adnan dengan sebut6 sayang. "Maaf ya Mas. Kita kesana yuk Mas, kita bagiin uan
"Hara mirip banget sama kamu, Ais. Kamu juga sering bangun pagi dan gangguin aku kalau lagi ada maunya.""Masa sih Mas?" Aisha ingin meminta penjelasan. "Masa sih gak tuh.""Kapan Mas?""Ya udah kalau gak ngaku ya gak papa. Sayang, ayo kita mandi dan beli ice cream yang banyak ya sayang. Ibu kita tinggalin aja karena Ibu belum mandi.""Yeayyy.. Ayo Yah!" Hara sangat bersemangat. Adnan menggendong Hara menuju pintu keluar. Adnan akan memandikan Hara pagi ini dan mengajaknya pergi ke mini market untuk membeli ice cream sebelum berangkat kerja. Serupa dengan Adnan, Aisha juga bersiap siao untuk segera pergi bekerja. Hampir sejam berlalu, Bunda menunggu semua orang di meja makan untuk sarapan pagi. Bunda bikin roti panggang tadi. Namun setelah menunggu, tidak seorang pun mampir ke dapur. "Aisha! Adnan!" Panggil Bunda yang ada di ruangan tengah. "Cekrekk" Aisha membuka ointu kamarnya. "Iya Bun. Kenapa?" Tanya Aisha. "Kamu gak mau sarapan dulu sebelum pergi kerja?" "Iya Bun. Ini Ai