"Bismillahirrahmanirrahim," Ucap Aisha. Aisha mencuci tangannya dengan asal saja menggunakan air mineral sedikit. "Cuci yang bersih dong Ais, gimana nanti kalau sakit perut karena cuci tangannya gak bersih?""Enggak bakal sakit Mas. Tangan Ais bersih kok.""No no! Ayo cuci tangan dulu yang bersih." Adnan menggandeng Aisha menuju toilet yang juga ada di ruangan itu. Aisha sudah sangat ngiler tapi terpaksa harus mau dipaksa cuci tangan. Setelah selesai cuci tangan, mereka berdua kembali duduk dan bersiap menyantap nasi padang yang sangat menggiurkan itu. Adnan juga tidak lupa membeli kerupuk agar makan mereka lebih lengkap. "Bismillahirrahmanirrahim." Kali ini Aisha benar-benar berhasil melahap makanan masuk ke perutnya "Bismillahirrahmanirrahim," Adnan juga menyusul."Gimana Ais, enak gak?" Tanya Adnan. "Enak Mas. Enak banget, Ais lapar banget Mas.""Iya pelan pelan makannya Ais, Mas gak akan minta kok.""Iya iya Mas, habisnya enak banget."Adnan mengambil nasi yang ada di bibir k
"Sambutan di depan luar biasa Pak," Jawab Aisha. "Sambutan seperti apa yang kamu maksud?" Tanya Adnan. "Sambutan hangat dari wanita yang gak ada kerjaan Pak," Kini giliran Wilona yang menjawab. "Maksudnya gimana ya?" tanya Adnan. "Ada Khadijah di depan Pak," Jawab Aisha. "Kalian bertemu dengannya?" Tanya Adnan. "Benar, Bu Khadijah ada di depan bersama Dikta. Mereka terlihat asik mengobrol.""Dasar gak ada kerjaan, ngapain dia disini?" Celetuk Adnan. Adnan segera keluar dari ruangan untuk melihat apa yang dikatakan Aisha. Adnan membuka pintu ruangannya dan terlihat Khadijah dan Dikta masih mengobrol. Kembali Adnan menutup pintu ruangannya setelah itu. "Maaf jika Bu Aisha dan yang lainnya merasa terganggu. Kalau begitu kita mulai saja pembahasan kita ya.""Baiklah Pak."Mereka berdiskusi dengan serius hingga siang hari. Tidak ada masalah selema diskusi itu. Semua hal yang perlu dibicarakan juga tersampaikan dengan baik. Adnan dan beberapa anggota timnya juga ada di ruangan itu j
"Mau gimana lagi. Mau gak maulah," Jawab Wilona. Wilina, Sarah dan Kevin bergabung dengan Adnan dan Aisha. Mereka memesan menu makanan yang mereka inginkan. Begitu juga Adnan dan Aisha. Aisha diperlakukan dengan sangat manis oleh Adan. Seolah ingin mencari perhatian dari karyawan Aisha. "Kita pesan sayur dan juga tempe dan lainnya. Terus makannya mau apa Ais?" Tanya Adnan. "Cah kangkungnya jangan lupa Mas.""Iya udah, terus mau makan apa?""Ayam, ikan goreng, sambal nya jangan lupa Mas. Terus.. Es juga bileh Mas, air es."Adnan memandangi Aisha dengan serius, 'Ini serius dia mau makan semua yang dia pesan?' Pikir Adnan. Aisha pun sadar akan tatatlam Adnan yang menatapnya intens. "Nanti Aisha makan semuanya kok Mas. Aisha lapar banget.""Iya iya. I see." Adnan tersenyum penuh makna. "Yang lain gimana? Udah pesan belum?" Aisha menutup buku menu. Ia sudah selesai memilih makanan yang ingin di makan. Menunggu yang lainnya memesan makanan, Aisha m
Aku akan menghancurkanmu jika tidak bisa ku miliki, Adnan!' Batin Khadijah. Adnan segera menutup pintu ruangannya rapata rapat. Ia kehilangan ketenangannya. Khadijah berhasil membuatnya terguncang. Kata kata Khadijah sedikit banyaknya benar.Saat ini Adnan memang sedang merasakan banyak kebahagiaan dan seolah lupa dengan tujuannya kembali bersama Aisha. Tidak satupun rencana balas dendam Adnan berjalan setelah mereka kembali menikah. "Aku tidak tahu apa yang aku lakukan sekarang benar atau tidak. Yang jelas aku inhin merasakan hidup bahagia dengan orang yang aku cintai. Itu saja. Walaupun aku akan terpuruk lagi suatu hari nanti, aku akan bangkit lagi asal mereka masih bersamaku. Aku selama ini sendirian, aku tidak ingin sendiri lagi." Adnan berdialog dengan dirinya sendiri. Sedangkan di luar ruangannya, Khadijah belum beranjak. Khadijah menelpon seseorang untuk dimintai bantuan. Khadijah akan menggunakan Powernya. Ia tahu jika tidak bertindak sekarang, maka ia akan kehilangan pelua
'Ais, Ais.. Kok bisa kamu justru nyari ini?' Batin Aisha. Aisha tersenyum tipis karena dirinya sendiri. Bisa bisanya yang muncul di layar ponselnya adalah Bluberry cake. Keinginannya makan Bluberry Cake bahkan sampai masuk ke alam bawah sadarnya. Dan di waktu yang bersamaan, Ponsel Aisha pun mendapatkan panggilan masuk. "Drett.. drett..." "Pas banget nih, akhirnya aku bisa melepaskan dahagaku. Thanks God." Yang menelpon Aisha adalah sang Bunda. Aisha bisa minta dibuatkan Bluberry Cake kalau Adnan tidak berhasil juga membelinya. "Assalamualaikum Bunda," Aisha menjawab panggilan telepon Bunda. "Walaikumsalam sayang," Jawab Bunda. "Bunda kapan balik?""Mungkin dua hari lagi sayang. Emangnya kenapa sayang?""Aisha lagi pengen makan Bluberry cake Bun. Tapi dari tadi malam sampai sekarang Aisha belum dapat kuenya Bun.""Udah coba pesan online belum sayang?""Mas Adnan katanya yang mau cariin Bun. Tapi kalau gak ada juga, Aisha mau minta dibikinin sama Bunda boleh gak Bun?""Bileh sa
'Aku tidak tahu mengapa aku masih menginginkan kamu, Adnan. Aku terobsesi padamu. Jika bukan aku, aku juga tidak akan membiarkan Aisha memilikimu.' Khadijah menscroll ponselnya untuk mencari nomor seseorang. Khadijah bermaksud untuk meminta bantuan orang itu. Begitu mendapatkan nama orang yang ingin ditelponya, Aisha langsung menekan tombol dial. "Tut.. Tut.. Tut..""Halo selamat siang Bu," Jawab seseorang di balik telepon itu. "Siang, kamu kemana saja? Lama sekali ngangkat teleponnya.""Maaf Bu, tadi lagi di jalan. Ada apa Bu, ada yang bisa saya kerjakan?" "Tentu karena itu saya menelpon kamu.""Apa yang bisa saya bantu Bu?""Datanglah ke kantorku. Aku akan menjelaskan apa tugas untukmu!""Baiklah Bu. Saya akan segera ke kantor Ibu.""Oke, saya tunggu." Khadijah segera memastikan panggilan telepon itu. ***Waktu berlalu cepat, hari lelang pun tiba. Adnan, Khadijah, Aisha dan para pebisnis lain pun mengikuti acara itu. Malam itu acara berjalan lancar hingga tiba tiba Aisha kehilan
Setelah menutup teleponnya, Adnan kembali berbaring di atas kasurnya. Ia memposisikan dirinya miring sambil memandangi wajah Aisha yang sedang tertidur nyenyak. 'Akan aku pastikan aku akan melindungimu Aisha. Aku tidak akan membiarkan siapapun menganggu hiduo kita lagi. Aku berjanji,' batin Adnan. Adnan tidak tahu apa yang akan terjadi besokz, yang jelas saat ini perasaan dan keinginannya adalah sepenuhnya ingin bersama dengan Aisha. Adnan pun tertidur tidak lama setelah itu. Adnan dan Aisha sama sama tertidur hingga subuh hari. Subuh haringa, Aisha terjagaebi dulu. Aisha bangun setelah alarmnya berbunyi, Aisha masih sangat mengantuk. Walaupun begitu, Aisha harus bangun. Ia harus menunaikan sholat subuh yang tah menjadi kewajibannya. ***Pagi pagi sekali, Aisha sudah berangkat ke kantor seperti biasa. Adnan yang mengantarkan Hara pervi sekolah pagi itu. Adnan pun audsh memastikan bahwa foro foto syur Aisha juga sudah menghilang dari peredaran dunia maya. Tidak ada satupun yang t
[Aku tidak akan membiarkan kamu hidup terlalu bahagia. Ini baru permulaan! ] pesan itu berisi kalimat ancaman. Adnan langsung menelpon balik nomor itu, tapi nomor itu langsung tidak aktif. Adnan mencoba menelpon sampai dua kali dan masih sama. Nomor itu sudah tidak aktif. "Beraninya ia mengancamku!" Gumam Adnan. Adnan terpancing dan merasa sedikit kesal. Walaupun behitu, Adnan tidak ingin mengaggapi lebih lanjut. Adnan terlalu sibuk untuk memikirkan hal itu. Jika orang yang mengancamnya melakukan hal gilalainnya lagi, Adnan akan segera bertindak. Adnan tidak akan tinggal diam. Adnan tahu banyak orang atau saingan bisnisnya yang ingin Adnan hancur, tapi firasatnya membaww ke satu nama. Adnan tahu betul, orang itu pasti akan mengusik Adnan. Tapi Adnan masih kurang yakin, karena cata dipakai sangat kotor. Adnan pun segera masuk ke dalam ruangannya. Ia memilih fokus pada kerjaan dari pada meladeni orang orang gila yang ingin menghancurkannya. Sedangkan di tempat lain, orang yang memil
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal