[Aku tidak akan membiarkan kamu hidup terlalu bahagia. Ini baru permulaan! ] pesan itu berisi kalimat ancaman. Adnan langsung menelpon balik nomor itu, tapi nomor itu langsung tidak aktif. Adnan mencoba menelpon sampai dua kali dan masih sama. Nomor itu sudah tidak aktif. "Beraninya ia mengancamku!" Gumam Adnan. Adnan terpancing dan merasa sedikit kesal. Walaupun behitu, Adnan tidak ingin mengaggapi lebih lanjut. Adnan terlalu sibuk untuk memikirkan hal itu. Jika orang yang mengancamnya melakukan hal gilalainnya lagi, Adnan akan segera bertindak. Adnan tidak akan tinggal diam. Adnan tahu banyak orang atau saingan bisnisnya yang ingin Adnan hancur, tapi firasatnya membaww ke satu nama. Adnan tahu betul, orang itu pasti akan mengusik Adnan. Tapi Adnan masih kurang yakin, karena cata dipakai sangat kotor. Adnan pun segera masuk ke dalam ruangannya. Ia memilih fokus pada kerjaan dari pada meladeni orang orang gila yang ingin menghancurkannya. Sedangkan di tempat lain, orang yang memil
"Aku memang tidak yakin kapan hal seperti itu akan terwujud Mas. Yang jelas Aisha tidak akan mundur atau takut lagi. Jika Bapak sadar dan bermaksud memisahkan kita, Aisha akan bersikeras memilih tinggal bersama Mas Adnan. Kecuali, kecuali..." Kalimat Aisha belum selesai"Kecuali apa?""Kecuali Mas Adnan tidak menginginkan Aisha. Mas Adnan yang menyuruh Aisha pergi bersama Bapak. Aisha masih ingat bagaimana rasa sakitnya waktu. Aisha kehilangan calon bayi kita dan harus menerima kenyataan pahit. Huhh.. Sudahlah. Mari lupakan pembahasan ini Mas. Aisha berharap keluarga kita akan baik baik saja.""Baiklah, aku juga tidak ingin membahas hal ini. Aku juga lelah. Ayo masuklah!" Ajak Adnan. Aisha mengikuti Adnan masuk ke dalam rumah. "Kamu mau makan apa malam ini?" Tanya Adnan. "Kenapa emangnya Mas?""Aku mau masak. Kamu mau makan apa?""Mas Adnan mau massk buat Aisha juga?""Bukan hanya untuk kamu. Aku akan memasak untuk semua orang.""Benarkah?" "Hemm.. Aku ingin sekali memasak sesuatu
"Aneh!""Gak papa Mas. Memang anak kamu seleranya yang aneh. Bentar ya Mas, Aisha bikin dulu. Mas Adnan udah boleh panggil Bunda sama Hara. Tolong ya Mas!" Pintq Aisha. "Hemm..." Adnan segera pergi dari dapur. Segera Aisha memasak telur dadar dan juga kerupuk. Keinginannya itu muncul ketika sedang masak rawon tadi. Tiba tiba saja keinginan Aisha muncul begitu saja. Aisha segera mengaduk telur yang sebentar lagi akan jadi telur dadar itu. "Bismillah.." Aisha menggoreng telur itu. Aisha sangat antusias menyambut telur dadar yang hampir matang di depannya. Dan disaat itu oula Bunda dan Hara tiba di dapur. "Masak apa lagi sayang?" Tanya Bunda. "Hah?" Aisha menoleh ke arah sumber suara. Aisha sangat fokus menatap telur dadar itu sehingga pertanyaan Bunda tidak terdengar dengan jelas. "Kamu masak apa?" Bunda mengulang pertanyaannya lagi. "Masak telur dadar Bun." "Loh.. Bukannya tadi katanya mau makan yang beekuah kuah!""Iya bener Bun.
"Beli camilan Mas. Keripik kek, apa gitu. Roti juga boleh.""Kamu bawaannya pengen makan terus ya?" Tanya Adnan. "Iya Mas, Aisha lagi selera makan. Mungkin karena calon bayinya. Misalnya Aisha lagi makan sesuatu nih kayak sekarang, Aisha kebayang mau makan yang lainnya juga. Bawaannya pengen aja, gak lapar sih.""Hohh.. Ya udah, aku bayar dulu ya. Kita langsung ke mini marketnya. Udah sore ini, kita bisa kemaleman nanti sampe sana.""Tapi Mas..""Tapi apa?""Aisha mau lagi Mas. Boleh Mas?""Mau lagi apa?""Es krim nya Mas. Tapi yang pake corn ya Mas.""Emang kalau Ibu hamil gak papa kalau makan es banyak banyak?""Gak papa Mas. Kali ini aja, please.""Ya udah, cepet bilang ke Bapak yang jual. Biar langsung aku bayar.""Iya iya. Oke Mas." Aisha segera memesan es krim yang dia mau. Barulah setelah itu, Aisha dan Adnan masuk ke dalam mini market. Aisha berbelanja cukup banyak disana. Adnan juga mengambil beberapa cemilan yang ia suka. Selesai berbelanja, Adnan membayar semua belanjaan
Satu bulan berlalu..Pagi tadi di kantor Adnan terjadi masalah yang cukup berarti. Salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaannya mengalami masalah. Masyarakat di sekitar pembangunan bangunan mengadakan demo besar besaran. Adnan pun harus turun langsung untuk menindaklanjutinya. Masalah itu tampaknya tidak akan mudah diselesaikan. Diskusi yang dilakukan dengan perwakilan masyarakat sekitar berjaoan alot. Adnan pun memilih untuk mempending dulu penyelesaian masalah itu. Hari pun berlalu sangat singkat bagi Adnan. Ia pun baru tiba di rumah setelah waktu magrib. "Aisha! Aisha!" Panggil Adnan. Mobil Aisha sudah terparkir di garasi, karena itu Adnan sangat yakin jika Aisha ada di rumah. "Aisha!" Adnan berjalan mendekati kamar Aisha. Setibanya disana, Adnan berusaha mengetuk pintu kamar Aisha. "Tok.. Tok... Tok.." Ketuk Adnan. Adnan mencoba lagi, "Tok.. Tok.." Kali ini pun Adnan tidak mendapatkan jawaban, Adnan pun membuka pintu kamar Ai
"Mas Adnan!" Teriak Aisha. "Kamu pasti akan menyesal dengan perbuatan kamu ini Mas!" Ancam Aisha. Selepas Adnan pergi, Aisha pun duduk di lantai sambil melamun. "Bagaimana aku dan Reno ada di rumah dalam keadaan seperti itu?" Ucap Aisha. Aisha mengingat ingat apa yang terjadi terkahir kali. Aisha ada di tempat makan dan bertemu Reno disana. Mereka makan bersama dan ingatan Aisha berakhir disana. 'Siapa yang tega melakukan semua ini padaku? Apa ini perbuatan orang orang yang tidak suka dengan Mas Adnan, atau justru padaku. Kaisan sekali Reno harus terjebak dalam hal seperti ini.'Sementara itu, Adnan mengemudikan mobilnya kembali menuju rumah. Pikirannya masih sangat kalut. "Bagaimana mungkin hal buruk selalu meminpaku saat aku bersama dengannya? Aku hanya ingin sedikit berbahagia dalam hidupku ini. Apa itu juga tidak bisa?" Teriak Adnan di dalam mobilnya. Semua harapannya tentang mass depan bersama Aisha, Hara dan calon bayi mereka sudah pupus. Adnan akan membalasku dendamnya de
"Adnan sudah melenyapkan Aisha dari dunia ini Bu. Ibu dan Hara harus melanjutkan hidup tanpa Aisha mulai detik ini juga Bu! Atau Ibu juga ingin menyusul Aisha ke akhirat?" Ucap Adnan sebagai ancaman. "Apa maksud kamu Adnan? Kamu saat ini dikuasai oleh alkohol dan tidak rasional. Nanti kita bicara lagi setelah kamu sadar.""Apa maksud Ibu, aku sangat sadar sekarang. Aku memang sudah melenyapkan Aisha. Aku serius Bu!" "Adnan, Aisha itu sedang mengandung calon bayi kalian. Jangan bermain main dengan ucapan gila kamu itu Adnan!""Ibu tidak tahu apa yang dilakukan Aisha di belakang kita semua. Mungkin saja bayi yang ada di dalam kandungan Aisha itu bukan milikku, Bu.""Astaghfirullah, apa yang kamu katakan Adnan. Istighfar!""Adnan melihat Aisha tidur dengan pria lainnya di rumah ini, Bu. Tuhan telah menunjukkan siapa Aisha sebenarnya. Ia berlaku seperti wanita lugu dan polos, nyatanya lebih buruk dari wanita penghibur di luar sana, Bu.""Siapa? Kapan?" Aish
Aisha menyerah menunggu, sudah lebih sejam dia menunggu tapi tidak juga ada tanda tanda Petugas itu datang ke kamarnya. Aisha pun kembali rebahan di atas tempat tidurnya. Makan siang Aisha masih berada di atas meja, ia enggan menyentuh makanannya. Aisha tidak berselera sedikitpun. Aisha menghadap meja dimana makan siangnya diletakkan. 'Aku sangat lapar, tapi aku gak suka makanan itu. Sabar ya Nak, kita pasti akan segera keluar dari sini. Bagaimanapun caranya.'"Srekk" Tiba tiba terdengar suara pintu terbuka dan membuat Aisha langsung melihat siapa yang datang. Petuga itu tidak datang di jak jak seperti sekarang, lalu siapa yang datang. Itu membuat Aisha sangat antusias. "Kau tidak memakan makananmu, Aisha?" Suara bariton seorang pria yang sangat dikenalnya memecah keheningan ruangan Aisha. "Ternyata Mas Adnan yang datang. Apa Mas Adnan sudsh kepikiran cara untuk membunuhku?" Aisha kembali berbaring di ranjangnya. "Aku sudah memikirkannya, tapi masih belum akan membunuhmu Aisha. I