Satu bulan berlalu..Pagi tadi di kantor Adnan terjadi masalah yang cukup berarti. Salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaannya mengalami masalah. Masyarakat di sekitar pembangunan bangunan mengadakan demo besar besaran. Adnan pun harus turun langsung untuk menindaklanjutinya. Masalah itu tampaknya tidak akan mudah diselesaikan. Diskusi yang dilakukan dengan perwakilan masyarakat sekitar berjaoan alot. Adnan pun memilih untuk mempending dulu penyelesaian masalah itu. Hari pun berlalu sangat singkat bagi Adnan. Ia pun baru tiba di rumah setelah waktu magrib. "Aisha! Aisha!" Panggil Adnan. Mobil Aisha sudah terparkir di garasi, karena itu Adnan sangat yakin jika Aisha ada di rumah. "Aisha!" Adnan berjalan mendekati kamar Aisha. Setibanya disana, Adnan berusaha mengetuk pintu kamar Aisha. "Tok.. Tok... Tok.." Ketuk Adnan. Adnan mencoba lagi, "Tok.. Tok.." Kali ini pun Adnan tidak mendapatkan jawaban, Adnan pun membuka pintu kamar Ai
"Mas Adnan!" Teriak Aisha. "Kamu pasti akan menyesal dengan perbuatan kamu ini Mas!" Ancam Aisha. Selepas Adnan pergi, Aisha pun duduk di lantai sambil melamun. "Bagaimana aku dan Reno ada di rumah dalam keadaan seperti itu?" Ucap Aisha. Aisha mengingat ingat apa yang terjadi terkahir kali. Aisha ada di tempat makan dan bertemu Reno disana. Mereka makan bersama dan ingatan Aisha berakhir disana. 'Siapa yang tega melakukan semua ini padaku? Apa ini perbuatan orang orang yang tidak suka dengan Mas Adnan, atau justru padaku. Kaisan sekali Reno harus terjebak dalam hal seperti ini.'Sementara itu, Adnan mengemudikan mobilnya kembali menuju rumah. Pikirannya masih sangat kalut. "Bagaimana mungkin hal buruk selalu meminpaku saat aku bersama dengannya? Aku hanya ingin sedikit berbahagia dalam hidupku ini. Apa itu juga tidak bisa?" Teriak Adnan di dalam mobilnya. Semua harapannya tentang mass depan bersama Aisha, Hara dan calon bayi mereka sudah pupus. Adnan akan membalasku dendamnya de
"Adnan sudah melenyapkan Aisha dari dunia ini Bu. Ibu dan Hara harus melanjutkan hidup tanpa Aisha mulai detik ini juga Bu! Atau Ibu juga ingin menyusul Aisha ke akhirat?" Ucap Adnan sebagai ancaman. "Apa maksud kamu Adnan? Kamu saat ini dikuasai oleh alkohol dan tidak rasional. Nanti kita bicara lagi setelah kamu sadar.""Apa maksud Ibu, aku sangat sadar sekarang. Aku memang sudah melenyapkan Aisha. Aku serius Bu!" "Adnan, Aisha itu sedang mengandung calon bayi kalian. Jangan bermain main dengan ucapan gila kamu itu Adnan!""Ibu tidak tahu apa yang dilakukan Aisha di belakang kita semua. Mungkin saja bayi yang ada di dalam kandungan Aisha itu bukan milikku, Bu.""Astaghfirullah, apa yang kamu katakan Adnan. Istighfar!""Adnan melihat Aisha tidur dengan pria lainnya di rumah ini, Bu. Tuhan telah menunjukkan siapa Aisha sebenarnya. Ia berlaku seperti wanita lugu dan polos, nyatanya lebih buruk dari wanita penghibur di luar sana, Bu.""Siapa? Kapan?" Aish
Aisha menyerah menunggu, sudah lebih sejam dia menunggu tapi tidak juga ada tanda tanda Petugas itu datang ke kamarnya. Aisha pun kembali rebahan di atas tempat tidurnya. Makan siang Aisha masih berada di atas meja, ia enggan menyentuh makanannya. Aisha tidak berselera sedikitpun. Aisha menghadap meja dimana makan siangnya diletakkan. 'Aku sangat lapar, tapi aku gak suka makanan itu. Sabar ya Nak, kita pasti akan segera keluar dari sini. Bagaimanapun caranya.'"Srekk" Tiba tiba terdengar suara pintu terbuka dan membuat Aisha langsung melihat siapa yang datang. Petuga itu tidak datang di jak jak seperti sekarang, lalu siapa yang datang. Itu membuat Aisha sangat antusias. "Kau tidak memakan makananmu, Aisha?" Suara bariton seorang pria yang sangat dikenalnya memecah keheningan ruangan Aisha. "Ternyata Mas Adnan yang datang. Apa Mas Adnan sudsh kepikiran cara untuk membunuhku?" Aisha kembali berbaring di ranjangnya. "Aku sudah memikirkannya, tapi masih belum akan membunuhmu Aisha. I
'Aku belum mati, semuanya masih terlihat sama. Aku tidak boleh terus terusan disiksa seperti ini. Aku harus memikirkan jalan untuk terhindar dari kegilaan Mas Adnan. Come on Aisha. Kita harus bangkit dari situasi ini,' batin Aisha. "Auu! Hahh! Hah!" Aisha berteriak sekencang kencangnya."Hei, ada apa?""Haaaaah.. Haah.." Aisha memukul mukul kepalanya. Aisha mengarahkan tindakannya ke orang yang kehilangan kontrol atas dirinya. Aisha segera bangkit dan menarik Adnan menuju pintu keluar. Aish menggunakan seluruh tenaganya untuk menarik Adnan. Aisha membuka pintu itu, pintu itu dikunci menggunakan pin. Adnan tidak mengunci pintu itu dan Aisha bisa membukanya begitu saja."Srekk" Suara pintu. "Keluar dari sini setan! Aku takut setan!" Teriak Aisha."Apa kau katakan? Setan?" Adnan menjambak rambut Aisha. "Hemm... Ada Pembunuh disini. Pembunuh ini sangat menyeramkan. Setan.. Pria ini setan!" Teriak Aisha. Tidak ada seorangpun muncul untuk melihat apa yang terjadi. Semua bangsal Aisha mem
66. Setelah itu, hari hari yang jalani Adnan penuh pertanyaan dari Hara tentang kapan Ibunya akan pulang. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan dari Hara, baik Bunda maupun Adnan. "Kapan Ibu akan pulang Oma?""Ibu akan pulang sebentar lagi sayang. Hara harus sabar dan doakan Ibu. Do'ain pekerjaan Ibu cepat selesai dan bisa berkumpul lagi sama kita disini.""Tapi kenapa Ibu tidak bisa dihubungi Oma? Hara rindu Ibu, biasanya Ibu selalu video call sama Hara. Tapi ini sudah lama sekali, Hara rindu Ibu." Hara kurang bersemangat beberapa waktu belakangan ini. Ia benar benar merindukan keberadaan Aisha. "Ayah, apa Ayah juga tidak berhasil menghubungi Ibu? Ibu sebenarnya ada di luar negeri mana Yah?" Kali ini giliran Adnan yang dihujani pertanyaan dari Hara. "Ayah juga tidak bisa menghubungi Ibu sayang. Mungkin Ibu terlalu sibuk. Kita doakan saja Ibu segera pulang ya Sayang." Adnan menjelaskan sama seperti Bunda tentang keberadaan Aisha. "Tap kok HP Ibu gak aktif berhari-hari juga ya A
"Lihat dan tunggu saja apa yang saya lakukan. Kalian pasti menyesal, rumah sakit ini pasti akan tercoreng." Bunda segera menelpon seseorang. Itu hanya ancaman, Bunda bukan menelpon polisi. "Tunggu dulu Bu. Kita bisa bicarakan baik baik." "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kita akan bertemu di kantor polisi." Sementara itu, Elmira yang mengamati dari jauh tentang kedatangan Bunda Reno segera menelpon Adnan secara pribadi. Dari pembicaraan itu, Adnan meminta Aisha segera dipindahkan ke ruangan lain dan membolehkan Bunda membuka ruangan 313. Setelah adanya instruksi itu, Elmira berjalan dengan yakin menghampiri Bunda dan juga Reno. Sebelumnya, Elmira sudah meminta bantuan yang lainnya untuk memindahkan Aisha ke ruangan lain. "Ibu ingin berkunjung ke ruangan 313 ya?" Elmira muncul dari belakang Reno dan Bunda. "Ya benar. Saya mencari keberadaan Putri saya yang bernama Aisha. Saya tahu kalau Adnan menyembunyikan Aisha di tempat ini. Jangan berbohong pada saya, atau saya akan melapor
68."Reno.." Ucap Aisha lembut. Aisha memberi isyarat pada Bunda agar Bunda membantunya duduk. Bunda dan Reno segera membantu Aisha duduk.Bunda memegang pipi Aisha yang dingin dan menanyakan bagaimana keadaan Aisha. "Yang mana yang sakit sayang?" Tanya Bunda. Aisha langsung menetaskan air matanya. "Ais te-lah ke-hi-la-ngan.." Terbata bata Aisha ingin menyampaikan apa yang menimpanya. "Apa sayang? Kamu ingin mengatakan apa?" Tanya Bunda. Aisha pun memegang perutnya dan membawa tangan Bunda ke perutnya. Aisha ingin memberitahu jika ia telah kehilangan bayinya. Bunda yang memegangi perut Aisha pun terkejut mengetahui perut Aisha yang seharusnya sudah membesar tapi malah menjadi sangat datar. "Dimana bayinya Ais? Atau jangan jangan kamu.." Bunda tidak sanggup mengatakan pikiran buruknya pada Aisha. Tatapan Aisha seperti akan menangis lagi. "Kamu keguguran?" Tanya Bundaberg. Aisha segera mengangguk. "Astaghfirullah, kemalangan apa yang menimpa kamu sayang. Maafkan Bunda. Maafkan