66. Setelah itu, hari hari yang jalani Adnan penuh pertanyaan dari Hara tentang kapan Ibunya akan pulang. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan dari Hara, baik Bunda maupun Adnan. "Kapan Ibu akan pulang Oma?""Ibu akan pulang sebentar lagi sayang. Hara harus sabar dan doakan Ibu. Do'ain pekerjaan Ibu cepat selesai dan bisa berkumpul lagi sama kita disini.""Tapi kenapa Ibu tidak bisa dihubungi Oma? Hara rindu Ibu, biasanya Ibu selalu video call sama Hara. Tapi ini sudah lama sekali, Hara rindu Ibu." Hara kurang bersemangat beberapa waktu belakangan ini. Ia benar benar merindukan keberadaan Aisha. "Ayah, apa Ayah juga tidak berhasil menghubungi Ibu? Ibu sebenarnya ada di luar negeri mana Yah?" Kali ini giliran Adnan yang dihujani pertanyaan dari Hara. "Ayah juga tidak bisa menghubungi Ibu sayang. Mungkin Ibu terlalu sibuk. Kita doakan saja Ibu segera pulang ya Sayang." Adnan menjelaskan sama seperti Bunda tentang keberadaan Aisha. "Tap kok HP Ibu gak aktif berhari-hari juga ya A
"Lihat dan tunggu saja apa yang saya lakukan. Kalian pasti menyesal, rumah sakit ini pasti akan tercoreng." Bunda segera menelpon seseorang. Itu hanya ancaman, Bunda bukan menelpon polisi. "Tunggu dulu Bu. Kita bisa bicarakan baik baik." "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kita akan bertemu di kantor polisi." Sementara itu, Elmira yang mengamati dari jauh tentang kedatangan Bunda Reno segera menelpon Adnan secara pribadi. Dari pembicaraan itu, Adnan meminta Aisha segera dipindahkan ke ruangan lain dan membolehkan Bunda membuka ruangan 313. Setelah adanya instruksi itu, Elmira berjalan dengan yakin menghampiri Bunda dan juga Reno. Sebelumnya, Elmira sudah meminta bantuan yang lainnya untuk memindahkan Aisha ke ruangan lain. "Ibu ingin berkunjung ke ruangan 313 ya?" Elmira muncul dari belakang Reno dan Bunda. "Ya benar. Saya mencari keberadaan Putri saya yang bernama Aisha. Saya tahu kalau Adnan menyembunyikan Aisha di tempat ini. Jangan berbohong pada saya, atau saya akan melapor
68."Reno.." Ucap Aisha lembut. Aisha memberi isyarat pada Bunda agar Bunda membantunya duduk. Bunda dan Reno segera membantu Aisha duduk.Bunda memegang pipi Aisha yang dingin dan menanyakan bagaimana keadaan Aisha. "Yang mana yang sakit sayang?" Tanya Bunda. Aisha langsung menetaskan air matanya. "Ais te-lah ke-hi-la-ngan.." Terbata bata Aisha ingin menyampaikan apa yang menimpanya. "Apa sayang? Kamu ingin mengatakan apa?" Tanya Bunda. Aisha pun memegang perutnya dan membawa tangan Bunda ke perutnya. Aisha ingin memberitahu jika ia telah kehilangan bayinya. Bunda yang memegangi perut Aisha pun terkejut mengetahui perut Aisha yang seharusnya sudah membesar tapi malah menjadi sangat datar. "Dimana bayinya Ais? Atau jangan jangan kamu.." Bunda tidak sanggup mengatakan pikiran buruknya pada Aisha. Tatapan Aisha seperti akan menangis lagi. "Kamu keguguran?" Tanya Bundaberg. Aisha segera mengangguk. "Astaghfirullah, kemalangan apa yang menimpa kamu sayang. Maafkan Bunda. Maafkan
idak berlama lama, setelah hari terang, Aisha bersiap untuk pulang ke rumah Adnan. Aisha ingin segera bertemu buah hatinya. "Kita berangkat sekarang Aisha?" Tanya Reno. Reno khawatir jika Aisha masih belum pulih. "Iya Ren. Aku sangat merindukan Hara. Aku ingin melihat senyumnya." "Kamu yakin?" "Yakin" Jawab Aisha singkat. Itupun menjadi tanda iya yang tidak bisa diganggu gugat lagi. "Baiklah kita berangkat sekarang." Setelah berkendara hampir 50 menit, Aisha dan yang lainnya tiba di tempat tujuan. "Kita masuk ke dalam sekarang Aisha?" Tanya Bunda. Bunda khawatir akan ads pertengkaran hebat nanti. "Iya Bunda. Aisha tidak akan bertengkar kok Bun. Bunda jangan khawatir ya." "Baiklah," Jawab Bunda. "Kamu tunggu di luar rumah aja ya Ren. Aku mau masuk dulu sama Bunda. Kalau terjadi sesuatu di dalam, tolong tetap disini. Aku pasti bisa menyelesaikan sendiri. Percaya padaku." "Iya, aku akan menahan diriku. Kamu jangan bertengkar ya!" "Hemm" Jawab Aisha. Aisha seg
"Kamu tahu Adnan itu sangat arogan dan tidak ingin mengalah. Dia juga kejam dan dzolim sama kamu, Ais. Apalagi yang perlu dibicarakan dengannya?" Ucap Reno. "Sesungguhnya Allah Maha Melindungi Ren. Aku pasti akan baik baik saja. Aku tahu di dalam hati Adnan masih ada sisi lembut yang hampir mati. Aku yakin, semuanya akan selesai dengan baik baik.""Tok.. Tok.." Seseorang mengetuk pintu mobil Reno. Fokus mereka pun langsung mengarah ke sumber suara ketukan pintu itu. Reno segera menurunkan kaca mobilnya. "Aisha, turunlah!" Perintah Adnan. Dari tadi rupanya Adnan mengikuti Aisha dan yang lainnya.Reno diam saja dan tidak ingin mencampuri, Aisha yang menjawab Adnan. "Hemm.. Aku akan turun.""Hati hati Aisha, jaga dirimu!" Bunda memperingatkan. "Baik Bun." Aisha segera turun dari mobil reno. Segera Adnan membawa Aisha menuju mobilnya. "Masuklah!" Perintah Adnan. "Aku sangat lapar, kita bicara di tempat makan aja!""Oke," Jawab Adnan. Adnan dan Aisha segera masuk ke dalam mobil. Adna
"Kau memang naif, Aisha.""Kau menginginkan kebebasan setelah menyakiti orang lain dan itu orang orang terdekatmu Aisha?""Hello.. Astaghfirullah Adnan. Kamu keterlaluan. Kamu pikir hanya kamu satu satu nya yang menjadi korban. Lalu aku apa? Kamu mau bertumpu pada rasa sakitmu itu terus?" Suara Aisha meninggi. "Apalagi yang kamu inginkan dariku? Nyawaku?""Ambil, ambil! Ambil semuanya. Aku juga tidsk berhak hidup di dunia ininkan?" "Kau memang egois Aisha! Aku sudah memberikannu kesempatan. Tapi kamu malah kesal dan marsh marah seperti ini. Aku tidak ingin apa apa darimu. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Aku tidak ingin bercerai dan menyesali segala perbuatanku. Mari kita perbaiki bersama. Aku sungguh-sungguh. Aku sungguh-sungguh Aisha." Adnan menegaskan kata katanya. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, yang aku tahu hari ini aku sudsh memutuskan keputusan besar dari hidupku. Akau tidak ingn meneruskan pernikahan ini. Aku ingin hidup damai dan meneruskan kehidup
Aku sangat kacau!' Batin Adnan. "Tin.. Tin.." "Ayah, lampunya sudah hijau.""Ayah!" Hara menyentuh lengan Adnan. "Kenapa sayang?" Tanya Adnan. Adnan akhirnya tersadar. "Lampunya udah hijau dari tadi Ayah.""Oh iya sayang. Maafkan Ayah ya." Adnan segera menginjak pedal mobilnya. Adnan pun melanjutkan perjalanan mereka. "Ibu dan Ayah sama sama sering melamun sekarang. Apa Ayah dan Ibu bertengkar?" Celetuk Hara. "Apa sayang? Bertengkar?" "Iya, Ayah sering melemun dan Ibu baeu kembali setelah berhari hari lergu. Oma juga ikut datang bersama Ibu tadi pagi. Kalau Ayah dan ibu tidak bertengkar kenapa Ibu harus datang bersama Om Reno?""Bukan sayang. Ayah dan Ibu gak bertengkar sayang. Ayah dan Ibu cuma ada masalah sedikit, tapi masalahnya udah selesai kok.""Ohh.. Gitu, syukurlah. Hara ingin tinggal bersama Ibu dan Ayah di rumah yang sama lagi. Hara rindu bermain dengan Ibu dan Ayah. Hara juga tidak tahu kenapa perut Ibu tadi pagi raya. Sebelumnya kan ada adik bayi di dalam perut Ibu.
"Maafkan Bapak, Ais. Maafkan Bapak.""Gak perlu minta maaf Pak. Ais senang banget Bapak akhirnya sadar. Ais pikir Bapak gak akan bangun bangun lagi. Aisha kangen banget sama Bapak. Makasih udah bangun Pak. Ais sayang Bapak," Ungkapan hati Aisha keluar sepenuhnya. Aisha tidak lupa mengusap usap punggung Pak Adhi. Setelah pertemuan haru itu, Pak Adhi kembali ke kamarnya. Aisha dsn Bunda juga kembali kesana. Bunda dan Aisha tidak bicara banyak dengan Pak Adhi karena Pak Adhi harus kembali istirahat. Kondisinya masih sangat lemah. Pak Adhi pun berusaha kembali untuk tidur. "Aisha sangat bahagia Bun.""Bunda juga sayang. Bunda akhirnya bisa melihat senyum kamu lagi setelah sekian lama kamu tidak tersenyum seperti sekarang.""Selama ini Aisha selalu nampak sedih ya Bun?" Tanya Aisha. "Aura kamu nampak sendu sayang. Semenjak Bapak sakit, Bunda jarang melihat kamu tersenyum.""Aisha memang banyak bersedih Bun. Tapi kehadiran Bunda, Hara, selalu membuat Aisha