"Maafkan Bapak, Ais. Maafkan Bapak.""Gak perlu minta maaf Pak. Ais senang banget Bapak akhirnya sadar. Ais pikir Bapak gak akan bangun bangun lagi. Aisha kangen banget sama Bapak. Makasih udah bangun Pak. Ais sayang Bapak," Ungkapan hati Aisha keluar sepenuhnya. Aisha tidak lupa mengusap usap punggung Pak Adhi. Setelah pertemuan haru itu, Pak Adhi kembali ke kamarnya. Aisha dsn Bunda juga kembali kesana. Bunda dan Aisha tidak bicara banyak dengan Pak Adhi karena Pak Adhi harus kembali istirahat. Kondisinya masih sangat lemah. Pak Adhi pun berusaha kembali untuk tidur. "Aisha sangat bahagia Bun.""Bunda juga sayang. Bunda akhirnya bisa melihat senyum kamu lagi setelah sekian lama kamu tidak tersenyum seperti sekarang.""Selama ini Aisha selalu nampak sedih ya Bun?" Tanya Aisha. "Aura kamu nampak sendu sayang. Semenjak Bapak sakit, Bunda jarang melihat kamu tersenyum.""Aisha memang banyak bersedih Bun. Tapi kehadiran Bunda, Hara, selalu membuat Aisha
"Ayah, Hara pergi dulu ya. Muachh" Sebuah ciuman pun mendarat di pipi Adnan. Segera Hara dan Aisha keluar dari rumah. Aisha tidak berpamitan dengan Adnan dan langsung saja naik ke mobil. Memang seharusnya ia tidak perlu berpamitan dengan Adnan. Adnan bukan bagian dari hidupnya lagi. Harapan Aisha untuk mengembalikan Adnan seperti Adnan yang dulu sudah terjun bebas ke jurang. Semuanya tinggal kenangan. "Kok lama sayang?""Hara siap siap dulu tadi Oma, terus pamit sama Ayah," Jawab Hara. Yang ditanyai Aisha tapi yang menjawab justru cucu kecilnya. "Iya Bun, tadi Hara lama pamitannya sama Mas Adnan.""Hohh.. Kalau gitu kita langsung pulang atau ada mampir kemana dulu, Ais?""Kita langsung pulang aja ya Bu. Ais udah ngantuk.""Oke sayang," Jawab Bunda***Dua hari pun berlalu, kondisi Pak Adhi semakin stabil dan mungkin bisa segera dibawa pulang hari ini juga. Aisha juga masuk kantor . Banyak hal yang harus Aisha kerjakan dan memerlukan perhatian besarnya. Perlahan, kesibukan itu melup
Hari hari pun berlalu, Aisha pun tenggelam dalam lautan kesibukannya mengurus perusahaan dan juga Pak Adhi. Aisha melupakan semua hal hal yang seharusnya memang lebih baik dilupakan. "Dret.. Dret.." "Dret.. Dret.."Aisha memandangi layar ponselnya beberapa detik dan segera menjawab panggilan telepon itu. "Hal Pak Hendra, selamat siang.""Selamat siang Bu Aisha," Jawab Pak Hendra. "Ada apa Pak?" Tanya Aisha. "Saya sudah melakukan apa yang Bu Aisha minta. Saya juga sudah memasukkan berkasnya ke Pengadilan.""Makasih ya Pak sudah membantu saya.""Sama sama Bu. Nanti saya follow up perkembangannya ke depannya. Terima kasih Bu.""Seharusnya saya yang mengucapkan terimakasih Pak. Terimakasih sudah membantu saya."Pembicaraan itu pun selesai begitu saja. Aisha pun kembali melanjutkan kegiatannya yang benar benar padat. Perlahan tapi pasti, langkah Aisha menjadi semakin terarah. Ia jadi punya tujuan dan harapan yang harus ua wujudkan. Selama
"Walaikumsalam.. Sa..""Tut.." Panggilan telepon itu diakhiri oleh Hara. Dada Aisha kini terasa sangat sesak. Ia tidak tahu harus menghubungi siapa. Aisha tidsk ingin mengganggu Reno, Wilona juga pasti dalam perjalanan pulang. Aisha hanya kepikiran satu nama, yaitu Adnan. Aisha pun langsung menelpon Adnan. Ia tidak tahu mengapa ia harus meminta bantuan dari orang yang seharusnya ia hindari. 'Aku hanya minta bantuan, itupun kalau Adnan mau membantuku' Aisha membenarkan tindakan yang ia ambilSegera Aisha berhasil menghubungi Adnan lewat telepon. Adnan mengerutkan keningnya karena ia meras aneh dengan tindakan Aisha. Seharusnya Aisha tidak memberitahu dirinya, apalagi meminta bantuan darinya. "Kenapa Pak?" Tanya Dikta. Dikta tahu jika Adnan mengangkat telepon dari Aisha. "Aisha minta bantuan saya. Katanya mobilnya mogok dan meminta saya untuk menjemputnya ke kantornya.""What? Buat Aisha cuma ngomong itu doang Pak?""Ia, Aisha cuma ngomong itu. Saya bingung Dik.""Bapak bingung ken
lashback off. "Astaghfirullah.. Kenapa aku teringat tentang kejadian itu. Itu sudah lama sekali, tapi aku mas8h ingat jelas bagaimana kami berpisah. Apa ingatan ini kembali karena aku baru saja melihat Bapak tadi ya?" Adnan self talk. Adnan menambah kecepatan mobilnya karena ia ingin segera tiba di kantor Aisha. Semakin lama sendirian di mobilnya, Adnan pasti kepikiran tentang perpisahan mereka di masa lalu. Setelah 10 menit kemudian, Adnan pun tiba di kantor Aisha. Aisha telah memberitahu Adnan ia ada di parkiran. Adnan jadi langsung menuju kesana. Setibanya disana, Adnan mendatangi minio Aisha dan mengetuk pintu mobilnya. "Tok.. Tok.. "Adnan menunggu Aisha membuka kaca jendela mobilnya, tapi belum ada reaksi. "Tok.. Tok.." Adnan mencoba lagi. Aisha pun segera menurunkan kaca jendela mobilnya. "Adnan.. Kamu udah sampe?" Adnan mengangguk. "Ayo cepat keluar!" Ajak Adnan. Adnan segera menjauh dari mobil Aisha. Aisha ingin minta tolong untuk memapahnya turun, tapi Adnan sudah ke
etibanya di rumah sakit, malam makin larut. Aisha segera diperiksa oleh Dokter. Mereka menunggu lumayan lama sampai hasil pemeriksaan Aisha keluar. Hasil pemeriksaan menujukkan tidak ada masalah dengan kesehatan Aisha. Ia hanya kelelahan saja. Aisha dan Adnan pun segera merasa lega. "Kamu jangan terlalu sibuk Aisha!" Adnan mengingatkan Aisha. "Kamu harus menjaga kesehatan kamu, jangan terlalu banyak pikiran dan kerjaan.""Iya, aku akan lebih memperhatikan kesehatanku kedepannya. Terimakasih karena telah membantuku Adnan. Aku berhutang budi padamu.""Lupakan itu. Kamu tidak perlu sungkan. Setelah ini mau kemana?""Aku mau pulang. Kita berpisah disini aja ya. Kamu juga pasti sangat lelah. Aku akan pulang naik taksi aja.""Biar aku antar, ayo!""Baiklah," Jawab Aisha. Aisha mengikuti langkah Adnan tepat di belakangnya. "Tap.. Tap.. Tap.." Langkah kaki mereka berdua seirama. Begitu sampai mereka tiba di parkiran rumah sakit. "Aku sangat lapar, apa kita boleh mampir dulu untuk membeli
"Pak.. Ini saya lihat ada surat dari Pengadilan. Apa Bapak mau membukanya?" Dikta menyampaikan surat menyurat pada Adnan. "Letakkan di meja Dik. Saya mau membacanya, tapi nanti. Sekarang masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan dulu.""Baik Pak. Saya letakkan disini sama surat surat lain ya Pak.""Iya, terima kasih."Dikta pun segera keluar dari ruangan Adnan. Sementara itu, Adnan masih membaca dokumen yang tadi sudah ia buka. Adnan juga membaca dokumen yang di laptopnya. Ia sudah berulang kali membaca salah satu halaman. Ia terhenti di halaman itu juga karena tidak bisa memahami isinya. 'Apa ini?' Batin Adnan. Dokumen yang dibaca adalah laporan dari hasil kerjasama Proyek yang dikerjakan bersama dengan Perusahaan Aisha. Dokumen itu baru dikirim tadi pagi oleh Perusahaan Aisha dan langsung ditinjau oleh Adnan. 'Bagaimana mungkin Aisha tidak memeriksa angka angka ini. Ini sangat aneh!' Batin Adnan. Adnan segera mengambil ponselnya dan berniat untuk menelpon Aisha. Tapi baru s
"Thankyou Max." Adnan segera mengakhiri panggilan telepon itu dan menuju keluar ruangan. Ia bergegas keluar kantor dan segera berkendara. Baru saja ia menyetir meninggalkan parkiran kantornya, suara notif pesan masuk berbunyi. Adnan memeriksa ponselnya dan menurunkan kecepatan mobilnya. Ya hanya beberapa saat, Adnan sudah berhasil mendapatkan lokasi keberadaan Aisha. Ia langsung menuju kesana. Lokasi Aisha yang dikirim oleh Max ada di sebuah Hotel. "Apa yang dilakukannya disana ya?" Adnan bergumam.Setibanya Adnan di hotel itu, ia langsung mencari keberadaan Aisha. Ia butuh melihat Aisha setelah kegaduhan yang baru saja diciptakan oleh Pakk Adhi. 'Dimana dia?' Adnan mencari ke ballroom dimana lokasi Aisha yang dimaksud oleh Max.Adnan melihat ada persiapan pesta dan beberapa orang Pekerja yang sibuk menata nata ruangan yang lumayan luas itu. Jika lihat, sepertinya beberapa saat lagi ada acara yang akan di gelar disana. Jika itu acara pergelaran bisnis, pasti Adnan mengetahuinya. "A