etibanya di rumah sakit, malam makin larut. Aisha segera diperiksa oleh Dokter. Mereka menunggu lumayan lama sampai hasil pemeriksaan Aisha keluar. Hasil pemeriksaan menujukkan tidak ada masalah dengan kesehatan Aisha. Ia hanya kelelahan saja. Aisha dan Adnan pun segera merasa lega. "Kamu jangan terlalu sibuk Aisha!" Adnan mengingatkan Aisha. "Kamu harus menjaga kesehatan kamu, jangan terlalu banyak pikiran dan kerjaan.""Iya, aku akan lebih memperhatikan kesehatanku kedepannya. Terimakasih karena telah membantuku Adnan. Aku berhutang budi padamu.""Lupakan itu. Kamu tidak perlu sungkan. Setelah ini mau kemana?""Aku mau pulang. Kita berpisah disini aja ya. Kamu juga pasti sangat lelah. Aku akan pulang naik taksi aja.""Biar aku antar, ayo!""Baiklah," Jawab Aisha. Aisha mengikuti langkah Adnan tepat di belakangnya. "Tap.. Tap.. Tap.." Langkah kaki mereka berdua seirama. Begitu sampai mereka tiba di parkiran rumah sakit. "Aku sangat lapar, apa kita boleh mampir dulu untuk membeli
"Pak.. Ini saya lihat ada surat dari Pengadilan. Apa Bapak mau membukanya?" Dikta menyampaikan surat menyurat pada Adnan. "Letakkan di meja Dik. Saya mau membacanya, tapi nanti. Sekarang masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan dulu.""Baik Pak. Saya letakkan disini sama surat surat lain ya Pak.""Iya, terima kasih."Dikta pun segera keluar dari ruangan Adnan. Sementara itu, Adnan masih membaca dokumen yang tadi sudah ia buka. Adnan juga membaca dokumen yang di laptopnya. Ia sudah berulang kali membaca salah satu halaman. Ia terhenti di halaman itu juga karena tidak bisa memahami isinya. 'Apa ini?' Batin Adnan. Dokumen yang dibaca adalah laporan dari hasil kerjasama Proyek yang dikerjakan bersama dengan Perusahaan Aisha. Dokumen itu baru dikirim tadi pagi oleh Perusahaan Aisha dan langsung ditinjau oleh Adnan. 'Bagaimana mungkin Aisha tidak memeriksa angka angka ini. Ini sangat aneh!' Batin Adnan. Adnan segera mengambil ponselnya dan berniat untuk menelpon Aisha. Tapi baru s
"Thankyou Max." Adnan segera mengakhiri panggilan telepon itu dan menuju keluar ruangan. Ia bergegas keluar kantor dan segera berkendara. Baru saja ia menyetir meninggalkan parkiran kantornya, suara notif pesan masuk berbunyi. Adnan memeriksa ponselnya dan menurunkan kecepatan mobilnya. Ya hanya beberapa saat, Adnan sudah berhasil mendapatkan lokasi keberadaan Aisha. Ia langsung menuju kesana. Lokasi Aisha yang dikirim oleh Max ada di sebuah Hotel. "Apa yang dilakukannya disana ya?" Adnan bergumam.Setibanya Adnan di hotel itu, ia langsung mencari keberadaan Aisha. Ia butuh melihat Aisha setelah kegaduhan yang baru saja diciptakan oleh Pakk Adhi. 'Dimana dia?' Adnan mencari ke ballroom dimana lokasi Aisha yang dimaksud oleh Max.Adnan melihat ada persiapan pesta dan beberapa orang Pekerja yang sibuk menata nata ruangan yang lumayan luas itu. Jika lihat, sepertinya beberapa saat lagi ada acara yang akan di gelar disana. Jika itu acara pergelaran bisnis, pasti Adnan mengetahuinya. "A
"Bukan, bukan begitu. Aku sedang menyiapkan sebuah acara di dalam. Aku harus memastikan semuanya berjalan baik sebelum acaranya dimulai. Aku tidak bisa memberikan waktu lebih lama. Aku mohon mengertilah!""Acara apa yang begitu penting?" Tanya Adnan. "Sudahlah, kamu juga tidak akan mengerti jika aku menjelaskannya padamu. Sudah ya, aku masuk dulu kalau gitu!""Wait, aku belum selesai bicara. Mana boleh ditinggal gitu aja.""Iya aku tahu, kita bicara nanti lagi ya. Setelah acara ini selesai nanti.""Oke baiklah. Aku tunggu. Jam berapa acaranya selesai?""Mungkin hampir larut malam. Aku janji aku akan datang.""Oke, baiklah."Adnan segera meningggalkan Aisha. Walau tidak ikhlas, Adnan memilih menunggu saja. ***Waktu sudah menunjukkan hampir setengah 10 malam, Aisha sudah hampir tiba diakhir acara. Ia pun bergegas untuk segera pergi dari tempat itu. Mau tidak mau, ia harus menepati janjinya yaitu untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Adnan. "Mau kemana Ais?" Tanya Pak Adhi. "Aisha
Aisha berusaha untuk tidak emosional dan menahan air matanya, tapi justru Adnan yang menunjukkan sisi emosionalnya. Adnan tidk bisa menahan lagi sesak di dadanya. "Terlambat, terlambat Adnan!" "Beri aku kesempatan satu kali Aisha. Aku mohon!" Adnan menyeka air matanya. "Ini semua kebodohanku dan aku layak menderita. Aku tahu itu, tapi aku mohon beri aku kesempatan satu kali lagi. Aku tidak akan membuat kecewa lagi. Aku janji, setulus hatiku." "Kamu punya kesempatan yang sangat banyak beberapa bulan ini, dan kamu hanya menyia nyiakannya. Aku tidak akan menurutimu lagi Adnan. Aku dan kamu sudah sampai di akhir. Senang bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi maaf, kesempatan yang kamu maksud, aku tidak bisa memberikannya." "Pikir lah dulu. Jangan menjawabnya dengan sangat mudah. Aku tidak memberikanmu batas waktu. Persidangan pertama nanti pasti diminta untuk mediasi. Dan aku mohon pertimbangkan permintaanku." "No.. Big no!" Tegas Aisha. Aisha mulai beranjak dari tempatnya dan ing
"Nikmati makan siang kita, dan tunjukkan kinerja terbaik kita nanti!" Ucap Aisha lagi. "Baik Bu."Masing-masing dari karyawan Aisha sibuk memilih menu makanan yang akan merekaa pesan, yang jelas mereka semua akan BBQ an. Sedangkan Aisha, ia sibuk dengan ponselnya. I mengirim banyak pesan pada Adnan terkait laporan yang hampir semua bagiannya di tandai. [Kamu sangat tidak profesional Adnan, kenapa kamu melakukan hal yang kekanak-kanakan pada lapo yang kami kirimkan?] Aisha segera menekaan tombol send. "Bu mau pesan apa?" Tanya Wilona. "Yang spicy ya Wi. Tambah sama bola bola ayamnya juga.""Oke Bu," Jawab Wilona. Aisha masih sibuk dengan ponselnya dan menunggu balasan dari pesannya. Aisha menunggu hingga beberapa detik dan barulah pesannya dibaca oleh Adnan. Adnan is typing... Adnan mengetik cukup lama dan belum juga mengirimkan pesannya. 'Lama banget?' Batin Aisha. Aisha masih menunggu pesan balasan dari Adnan. Dan setelah menunggu lumayan lama, akhirnya masuk sebuah pesan da
85. "Oke, kita save dan kirim ke Klien ya. " Adnan segera menekan tombol save dan menutup filenya. Adma segera mengirimkan file itu lewat email. "Sudah terkirim," Ucap. Adnan. "Alhamdulillah, kalau gitu aku mau balik.""Iya, oke." Adnan menjauhkan dirinya dari Aisha yang mau beranjak. "Terima kasih ya, aku pamit cabut dulu.""Oke." Adnan tidak mengantarkan Aisha pergi. Aisha pun tak ingin basa basi dan segera keluar dari ruangan Adnan. Adnan pun terdiam dan bingung. Ia belum ingin berpisah dari Aisha, tapi tidak memiliki cara untuk menahan Aisha. Adnan menyusul Aisha segera, "Aisha tunggu!"Aisha pun menoleh ke Adnan, "kenapa?"Adnan pun segera menyusul Aisha, Adnan menggenggam lengan Aisha dan membawa Aisha bersamanya. Mereka berdua berjalan dengan tangan yang bertautan hingga mereka menjadi pusat perhatian sekantor. "Lepasin Adnan! Semua orang melihat kita sekarang.""Gak papa, lagian mereka juga sudah sering menggunjingkan kita.""Ih.. Tapi tetap aja. Tetap aja gak enak dili
"Saya mengerti Bu. Saya tidak akan mengulangi kesalahan seperti ini lagi.""Baiklah, Saya tutup dulu teleponnya.""Assalamu'alaikum Bu," Ucap Sam. "Walaikumsalam," Jawab Aisha. Aisha segera memutuskan panggilan telepon itu. 'Beruntung kali ini Adnan memeriksa dengan baik laporan itu bagaimana jika tidak. Citra perusahaan pasti akan menjadi buruk di mata klien,' batin Aisha. Aisha segera menukar pakaiannya dan bersih bersih. Aisha pun langsung kembali ke kasurnya untuk tidur.***Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, Aisha dan Adnan sama sama menghadiri sidang perdana perceraian mereka. Adnan menyetujui mediasi, sementara Aisha langsung menolak melalui Pengacaranya. Aisha sudah bulat dengan keputusannya. Ia tidak akan berubah pikiran. Sementara itu, Adnan masih berharap ada keberuntungan yang akan menghampirinya. Sidang itu berjalan sedikit tegang, dan keinginan Adnan tidak bisa terwujud. Adnan tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk merubah keputusan Aisha. Alhasil sidang itu d