"Nikmati makan siang kita, dan tunjukkan kinerja terbaik kita nanti!" Ucap Aisha lagi. "Baik Bu."Masing-masing dari karyawan Aisha sibuk memilih menu makanan yang akan merekaa pesan, yang jelas mereka semua akan BBQ an. Sedangkan Aisha, ia sibuk dengan ponselnya. I mengirim banyak pesan pada Adnan terkait laporan yang hampir semua bagiannya di tandai. [Kamu sangat tidak profesional Adnan, kenapa kamu melakukan hal yang kekanak-kanakan pada lapo yang kami kirimkan?] Aisha segera menekaan tombol send. "Bu mau pesan apa?" Tanya Wilona. "Yang spicy ya Wi. Tambah sama bola bola ayamnya juga.""Oke Bu," Jawab Wilona. Aisha masih sibuk dengan ponselnya dan menunggu balasan dari pesannya. Aisha menunggu hingga beberapa detik dan barulah pesannya dibaca oleh Adnan. Adnan is typing... Adnan mengetik cukup lama dan belum juga mengirimkan pesannya. 'Lama banget?' Batin Aisha. Aisha masih menunggu pesan balasan dari Adnan. Dan setelah menunggu lumayan lama, akhirnya masuk sebuah pesan da
85. "Oke, kita save dan kirim ke Klien ya. " Adnan segera menekan tombol save dan menutup filenya. Adma segera mengirimkan file itu lewat email. "Sudah terkirim," Ucap. Adnan. "Alhamdulillah, kalau gitu aku mau balik.""Iya, oke." Adnan menjauhkan dirinya dari Aisha yang mau beranjak. "Terima kasih ya, aku pamit cabut dulu.""Oke." Adnan tidak mengantarkan Aisha pergi. Aisha pun tak ingin basa basi dan segera keluar dari ruangan Adnan. Adnan pun terdiam dan bingung. Ia belum ingin berpisah dari Aisha, tapi tidak memiliki cara untuk menahan Aisha. Adnan menyusul Aisha segera, "Aisha tunggu!"Aisha pun menoleh ke Adnan, "kenapa?"Adnan pun segera menyusul Aisha, Adnan menggenggam lengan Aisha dan membawa Aisha bersamanya. Mereka berdua berjalan dengan tangan yang bertautan hingga mereka menjadi pusat perhatian sekantor. "Lepasin Adnan! Semua orang melihat kita sekarang.""Gak papa, lagian mereka juga sudah sering menggunjingkan kita.""Ih.. Tapi tetap aja. Tetap aja gak enak dili
"Saya mengerti Bu. Saya tidak akan mengulangi kesalahan seperti ini lagi.""Baiklah, Saya tutup dulu teleponnya.""Assalamu'alaikum Bu," Ucap Sam. "Walaikumsalam," Jawab Aisha. Aisha segera memutuskan panggilan telepon itu. 'Beruntung kali ini Adnan memeriksa dengan baik laporan itu bagaimana jika tidak. Citra perusahaan pasti akan menjadi buruk di mata klien,' batin Aisha. Aisha segera menukar pakaiannya dan bersih bersih. Aisha pun langsung kembali ke kasurnya untuk tidur.***Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, Aisha dan Adnan sama sama menghadiri sidang perdana perceraian mereka. Adnan menyetujui mediasi, sementara Aisha langsung menolak melalui Pengacaranya. Aisha sudah bulat dengan keputusannya. Ia tidak akan berubah pikiran. Sementara itu, Adnan masih berharap ada keberuntungan yang akan menghampirinya. Sidang itu berjalan sedikit tegang, dan keinginan Adnan tidak bisa terwujud. Adnan tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk merubah keputusan Aisha. Alhasil sidang itu d
Mas sama Mbaknya pengantin baru ya?" "Hah?" Tanya Aisha. "Mbaknya keliatan happy banget, baru menikah ya Mbak?" Ulang sang Juru Masak itu."Bukan Mba, baru mau Mbak." Reno menjawab dengan santai. "Huk.. Huk.. Uhuk.." Aisha batuk karena mendengar jawaban dari Reno. Ditatapnya Reno dengan penuh makna. Secepatnya Aisha menelan makanan yang memenuhi mulutnya untuk segera menjawab pernyataan Juru Masak itu. "Bukan Mbak. Kita bukan pasangan, tapi sangat dekat." Aisha memberikan senyum tipis diakhir jawabannya. Reno pun segera mengajak Aisha berpindah untuk mencari bahan bahan yang dibutuhkan Aisha. "Udah icip icipnya Aisha? Kita lanjut cari yang lain?""Boleh, ayo!" Aisha pun setuju untuk beranjak. Mereka melanjutkan kegiatan mencari bahan bahan yang dibutuhkan. Sementara itu, Adnan masih mengamati keduanya dari jarak yang masih lumayan jauh. 'Mereka kelihatan sangat serasi dan cocok. Beda sekali saat Aisha bersama dengan ku. Obrolanku hanya dipenuhi oleh ketegangan'. Adnan pun meny
"Liat deh Mas, mereka nampak serasi banget loh. Aku suka banget melihat Reno. Kenapa Reno gak menikah aja dengan Aisha ya Mas?" "Aku juga berpikir gitu, selama ini Reno selalu ada untuk Aisha. Dia pria yang sangat baik untuk Aisha. Aku sangat bersalah memilihkan jodoh untuk Aisha. Andai aku tidak tertipu dengan cover Adnan, pasti Aisha sudah hidup sangat bahagia sekarang.""Sudah lah Mas, jangan menyesali yang sudah terjadi. Aisha dan Adnan juva sempat menjalani mass mass kehidupan pernikahan yang bahagia. Sampai akhirnya, takdir lah yang memisahkan mereka.""Aku tahu, karena itu aku merasa sangat bersalah.""Kita kembali ke depan aja yuk Mas. Kita bisa ngeganggu momen yang sangat baik ini. Kasian juga Hara main sendirian di depan. ""Ya udah, ayo kita ke depan." Pak Adhi dan Bunda segera kembali ke depan. "Bahan bahannya udah cukup semua Aisha?""Hemm.. Wait wait. Aku lihat dulu ya!" Aisha segera memeriksa aa apa saja yang sudsh selesai dikerjakan Reno. Bumbu ungkep, bumbu soto, b
"Kenapa? Kenapa secepat ini Aisha?" Adnan sangat frustasi. Adnan kembali menenggak minumannya. Ini sudah botol kedua, tapi Adnan belum juga mabuk. Maksud hati ingin mabuk agar bisa melupakan sejenak apa yang terjadi. Nyata semua itu tidak berhasil. "Hai Om," Seorang wanita muda menghampiri Adnan yang sedang minum minum di meja bar. "Jangan ganggu aku, aku hanya ingin minum," Adnan menjawab dengan ketus. "Aku gak ganggu kok Om, aku bisa membuat Om lebih bergairah dan semangat lagi." Wanita sangat berani menyentuh bahu Adnan. "Lepaskan!" Adnan menyingkirkan tangan wanita itu dari bahunya. "Om sombong sekali. Apa istri Om berulah?" Tanya Aisha. "Aku tidak punya istri, aku sudah dia kali bercerai. Seharusnya kamu tidak menggodaku. Pergilah sebelum aku marah!" "Baiklah, panggil aku jika Om berubah pikiran!" Wanita itu segera beranjak. Wanita itu tidak ingin terjadi keributan. Wanita muda itu tidak berhasil, bukan berarti Adnan bisa santai menikmati minumannya. "Ternyata kam
"Tapi tetap aja keciuman gak?""Enggak lah Aisha. Aku tahu aku tidak boleh tampak buruk di depan Putri kita. Ya sudah ya, aku tutup teleponnya. Aku jalan sekarang!""Pastikan kamu tidak bau alkohol. Aku tidak ingin Hara tau kalau kamu tukan mabok!""Aku tahu, aku pergi dulu ya!" Adnan segera mematikan telepon itu.Adnan berbalik dan melihat Khadijah sudah berada tepat di depannya"Kamu udah mau pergi Adnan?" Tanya Khadijah. "Hemm.. Aku mau pergi. Ada apa?""Kamu mau kemana? Bukannya kamu beru minum sebentar?""Aku mau pergi ke rumah Aisha. Hara Menelponku dan ingin aku kesana. Aku harus kesana sekarang. Aku tidak punya banyak kesempatan, karena itu aku ingin memanfaatkannya dengan baik.""Boleh aku ikut?""Aku bukannya tidak ingin kamu ikut denganku, tapi ini menjadi pertama kalinya aku kesana setelah Pria tua itu bangun dari Koma. Aku takut kamu melihat Pria tua itu bersikapi buruk padaku. Aku tidak bisa Khadijah.""Aku tahu, dan aku tidak masalah dengan itu. Aku juga baru sekali be
"Aneh dari mana. Emang beneran kok. Kamu sengaja mencari alasan agar dapat menjauh dariku. Tapi setelah itu kamu menempel pada Reno." Adnan menaikan bibir atasnya sebelah kiri. "Suka sekali menuduhku sesuka hatimu. Terserah!""Oke oke, aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Aku kesini untuk bertemu Hara. Bukan untuk bertengkar denganmu.""Hahaha.. Oke fine. Ayo!" Ucap Aisha. Aisha juga tidak ingin Hara curiga dengan mereka karena pergi terlalu lama. Adnan dan Aisha kembali ke tempat Hara berada. "Ayah dan Ibu kok lama banget Bu?""Iya sayang, maaf ya," Jawab Adnan. "Ayah, Hara udah ngantuk. Ayah boleh bacain dongeng untuk Hara gak Yah?" Pinta Hara. "Boleh sayang. Ayo kita ke kamar Hara ya. Hara tidur dimana? Tanya Adnan. "Ayo Ayah, Hara tunjukkin. Ikuti Hara Ayah!" Ucap Hara. Hara menggandeng tangan Adnan sambil berjalan menuju kamarnya. ***Setibanya di kamarnya, Hara langsung naik ke kasurnya. Sementara itu, Adnan memperhatikan sekeliling kamarnya. Kamar Hara di desain sa
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal