"Saya mengerti Bu. Saya tidak akan mengulangi kesalahan seperti ini lagi.""Baiklah, Saya tutup dulu teleponnya.""Assalamu'alaikum Bu," Ucap Sam. "Walaikumsalam," Jawab Aisha. Aisha segera memutuskan panggilan telepon itu. 'Beruntung kali ini Adnan memeriksa dengan baik laporan itu bagaimana jika tidak. Citra perusahaan pasti akan menjadi buruk di mata klien,' batin Aisha. Aisha segera menukar pakaiannya dan bersih bersih. Aisha pun langsung kembali ke kasurnya untuk tidur.***Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, Aisha dan Adnan sama sama menghadiri sidang perdana perceraian mereka. Adnan menyetujui mediasi, sementara Aisha langsung menolak melalui Pengacaranya. Aisha sudah bulat dengan keputusannya. Ia tidak akan berubah pikiran. Sementara itu, Adnan masih berharap ada keberuntungan yang akan menghampirinya. Sidang itu berjalan sedikit tegang, dan keinginan Adnan tidak bisa terwujud. Adnan tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk merubah keputusan Aisha. Alhasil sidang itu d
Mas sama Mbaknya pengantin baru ya?" "Hah?" Tanya Aisha. "Mbaknya keliatan happy banget, baru menikah ya Mbak?" Ulang sang Juru Masak itu."Bukan Mba, baru mau Mbak." Reno menjawab dengan santai. "Huk.. Huk.. Uhuk.." Aisha batuk karena mendengar jawaban dari Reno. Ditatapnya Reno dengan penuh makna. Secepatnya Aisha menelan makanan yang memenuhi mulutnya untuk segera menjawab pernyataan Juru Masak itu. "Bukan Mbak. Kita bukan pasangan, tapi sangat dekat." Aisha memberikan senyum tipis diakhir jawabannya. Reno pun segera mengajak Aisha berpindah untuk mencari bahan bahan yang dibutuhkan Aisha. "Udah icip icipnya Aisha? Kita lanjut cari yang lain?""Boleh, ayo!" Aisha pun setuju untuk beranjak. Mereka melanjutkan kegiatan mencari bahan bahan yang dibutuhkan. Sementara itu, Adnan masih mengamati keduanya dari jarak yang masih lumayan jauh. 'Mereka kelihatan sangat serasi dan cocok. Beda sekali saat Aisha bersama dengan ku. Obrolanku hanya dipenuhi oleh ketegangan'. Adnan pun meny
"Liat deh Mas, mereka nampak serasi banget loh. Aku suka banget melihat Reno. Kenapa Reno gak menikah aja dengan Aisha ya Mas?" "Aku juga berpikir gitu, selama ini Reno selalu ada untuk Aisha. Dia pria yang sangat baik untuk Aisha. Aku sangat bersalah memilihkan jodoh untuk Aisha. Andai aku tidak tertipu dengan cover Adnan, pasti Aisha sudah hidup sangat bahagia sekarang.""Sudah lah Mas, jangan menyesali yang sudah terjadi. Aisha dan Adnan juva sempat menjalani mass mass kehidupan pernikahan yang bahagia. Sampai akhirnya, takdir lah yang memisahkan mereka.""Aku tahu, karena itu aku merasa sangat bersalah.""Kita kembali ke depan aja yuk Mas. Kita bisa ngeganggu momen yang sangat baik ini. Kasian juga Hara main sendirian di depan. ""Ya udah, ayo kita ke depan." Pak Adhi dan Bunda segera kembali ke depan. "Bahan bahannya udah cukup semua Aisha?""Hemm.. Wait wait. Aku lihat dulu ya!" Aisha segera memeriksa aa apa saja yang sudsh selesai dikerjakan Reno. Bumbu ungkep, bumbu soto, b
"Kenapa? Kenapa secepat ini Aisha?" Adnan sangat frustasi. Adnan kembali menenggak minumannya. Ini sudah botol kedua, tapi Adnan belum juga mabuk. Maksud hati ingin mabuk agar bisa melupakan sejenak apa yang terjadi. Nyata semua itu tidak berhasil. "Hai Om," Seorang wanita muda menghampiri Adnan yang sedang minum minum di meja bar. "Jangan ganggu aku, aku hanya ingin minum," Adnan menjawab dengan ketus. "Aku gak ganggu kok Om, aku bisa membuat Om lebih bergairah dan semangat lagi." Wanita sangat berani menyentuh bahu Adnan. "Lepaskan!" Adnan menyingkirkan tangan wanita itu dari bahunya. "Om sombong sekali. Apa istri Om berulah?" Tanya Aisha. "Aku tidak punya istri, aku sudah dia kali bercerai. Seharusnya kamu tidak menggodaku. Pergilah sebelum aku marah!" "Baiklah, panggil aku jika Om berubah pikiran!" Wanita itu segera beranjak. Wanita itu tidak ingin terjadi keributan. Wanita muda itu tidak berhasil, bukan berarti Adnan bisa santai menikmati minumannya. "Ternyata kam
"Tapi tetap aja keciuman gak?""Enggak lah Aisha. Aku tahu aku tidak boleh tampak buruk di depan Putri kita. Ya sudah ya, aku tutup teleponnya. Aku jalan sekarang!""Pastikan kamu tidak bau alkohol. Aku tidak ingin Hara tau kalau kamu tukan mabok!""Aku tahu, aku pergi dulu ya!" Adnan segera mematikan telepon itu.Adnan berbalik dan melihat Khadijah sudah berada tepat di depannya"Kamu udah mau pergi Adnan?" Tanya Khadijah. "Hemm.. Aku mau pergi. Ada apa?""Kamu mau kemana? Bukannya kamu beru minum sebentar?""Aku mau pergi ke rumah Aisha. Hara Menelponku dan ingin aku kesana. Aku harus kesana sekarang. Aku tidak punya banyak kesempatan, karena itu aku ingin memanfaatkannya dengan baik.""Boleh aku ikut?""Aku bukannya tidak ingin kamu ikut denganku, tapi ini menjadi pertama kalinya aku kesana setelah Pria tua itu bangun dari Koma. Aku takut kamu melihat Pria tua itu bersikapi buruk padaku. Aku tidak bisa Khadijah.""Aku tahu, dan aku tidak masalah dengan itu. Aku juga baru sekali be
"Aneh dari mana. Emang beneran kok. Kamu sengaja mencari alasan agar dapat menjauh dariku. Tapi setelah itu kamu menempel pada Reno." Adnan menaikan bibir atasnya sebelah kiri. "Suka sekali menuduhku sesuka hatimu. Terserah!""Oke oke, aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Aku kesini untuk bertemu Hara. Bukan untuk bertengkar denganmu.""Hahaha.. Oke fine. Ayo!" Ucap Aisha. Aisha juga tidak ingin Hara curiga dengan mereka karena pergi terlalu lama. Adnan dan Aisha kembali ke tempat Hara berada. "Ayah dan Ibu kok lama banget Bu?""Iya sayang, maaf ya," Jawab Adnan. "Ayah, Hara udah ngantuk. Ayah boleh bacain dongeng untuk Hara gak Yah?" Pinta Hara. "Boleh sayang. Ayo kita ke kamar Hara ya. Hara tidur dimana? Tanya Adnan. "Ayo Ayah, Hara tunjukkin. Ikuti Hara Ayah!" Ucap Hara. Hara menggandeng tangan Adnan sambil berjalan menuju kamarnya. ***Setibanya di kamarnya, Hara langsung naik ke kasurnya. Sementara itu, Adnan memperhatikan sekeliling kamarnya. Kamar Hara di desain sa
"Bapak harap kamu segera move on dari laki laki licik dan kejam itu Aisha. Bapak selalu berdoa untuk kebaikanmu. Maafkan Bapak selama ini. " Pak Adhi menyentuh punggung tangan Aisha dan mengusap usapnya. Setelah itu Pak Adhi kembali ke kamarnya, begitu juga dengan Aisha. Setibanya di kamarnya, Aisha memikirkan apa yang dikatakan oleh Pak Adhi. "Aku ingin fokus pada diriku sendiri, tapi aku tidak bisa melakukannya. semua orang ingin aku move on, tinggal dan tetap disisi mereka, melakukan apa yang mereka mau. Padahal aku punya rencana dan harapan yang ingin aku capai sendiri." Aisha bermenung sambil merebahkan dirinya di atas kasur. Aisha mbergeser menjadi posisi miring kanan dan membuka pesan di ponselnya. Pesan teratas berasal dari Reno yang mengajarinya jika Reno telah tiba di kediamannya. Pesan kedua berasal dari Wilona yang berisi bahasan tentang pekerjaan, lalu pesan selanjutnya berisi konfimasi pembelian paket holiday yang dijadwalkan bulan depan. Aisha belum memberitahu sia
"Enggak, enggak ada Pak. Bukan masalah sih, tapi keinginan hati Aisha. Aisha ingin membicarakannya sama Bapak.""Isi hati?" "Iya Pak, ayo Pak!" Aisha segera menggandeng sang Bapak keluar dari ruangan rapat itu. "Ehh.. Main jalan aja. Bapak belum selesai bicara loh." "Kita bicaranya di ruangan Bapak aja sambil minum kopi instan pake es. Kayaknya enak Pak. Ayo Pak!" Aisha pun sudah berjalan keluar dan menuju lift. Karyawan Aisha yang melihat kedekatan Aisha dan Pak Adhi pun menggunjingkan kedekatan mereka. "Syukurlah Pak Adhi kembali sehat dan bekerja seperti sekarang. Kondisi perusahaan kita semakin stabil dan Bu Aisha bisa bekerja dengan fokus." "Kamu bener Lex, tapi denger denger Bu Aisha mau berhenti bekerja loh l. Aku kemarin lewat depan ruangan Bu Aisha, Bu Aisha lagi ngobrol sama Wilona kalau Bu Aisha punya rencana mau off kerja." "Kamu serius?" "Iya, aku serius." "Tapi palingan cuma sementara. Bu Aisha mana mungkin tega membiarkan Pak Adhi mengurus perusahaan ini sendir