"Aneh dari mana. Emang beneran kok. Kamu sengaja mencari alasan agar dapat menjauh dariku. Tapi setelah itu kamu menempel pada Reno." Adnan menaikan bibir atasnya sebelah kiri. "Suka sekali menuduhku sesuka hatimu. Terserah!""Oke oke, aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Aku kesini untuk bertemu Hara. Bukan untuk bertengkar denganmu.""Hahaha.. Oke fine. Ayo!" Ucap Aisha. Aisha juga tidak ingin Hara curiga dengan mereka karena pergi terlalu lama. Adnan dan Aisha kembali ke tempat Hara berada. "Ayah dan Ibu kok lama banget Bu?""Iya sayang, maaf ya," Jawab Adnan. "Ayah, Hara udah ngantuk. Ayah boleh bacain dongeng untuk Hara gak Yah?" Pinta Hara. "Boleh sayang. Ayo kita ke kamar Hara ya. Hara tidur dimana? Tanya Adnan. "Ayo Ayah, Hara tunjukkin. Ikuti Hara Ayah!" Ucap Hara. Hara menggandeng tangan Adnan sambil berjalan menuju kamarnya. ***Setibanya di kamarnya, Hara langsung naik ke kasurnya. Sementara itu, Adnan memperhatikan sekeliling kamarnya. Kamar Hara di desain sa
"Bapak harap kamu segera move on dari laki laki licik dan kejam itu Aisha. Bapak selalu berdoa untuk kebaikanmu. Maafkan Bapak selama ini. " Pak Adhi menyentuh punggung tangan Aisha dan mengusap usapnya. Setelah itu Pak Adhi kembali ke kamarnya, begitu juga dengan Aisha. Setibanya di kamarnya, Aisha memikirkan apa yang dikatakan oleh Pak Adhi. "Aku ingin fokus pada diriku sendiri, tapi aku tidak bisa melakukannya. semua orang ingin aku move on, tinggal dan tetap disisi mereka, melakukan apa yang mereka mau. Padahal aku punya rencana dan harapan yang ingin aku capai sendiri." Aisha bermenung sambil merebahkan dirinya di atas kasur. Aisha mbergeser menjadi posisi miring kanan dan membuka pesan di ponselnya. Pesan teratas berasal dari Reno yang mengajarinya jika Reno telah tiba di kediamannya. Pesan kedua berasal dari Wilona yang berisi bahasan tentang pekerjaan, lalu pesan selanjutnya berisi konfimasi pembelian paket holiday yang dijadwalkan bulan depan. Aisha belum memberitahu sia
"Enggak, enggak ada Pak. Bukan masalah sih, tapi keinginan hati Aisha. Aisha ingin membicarakannya sama Bapak.""Isi hati?" "Iya Pak, ayo Pak!" Aisha segera menggandeng sang Bapak keluar dari ruangan rapat itu. "Ehh.. Main jalan aja. Bapak belum selesai bicara loh." "Kita bicaranya di ruangan Bapak aja sambil minum kopi instan pake es. Kayaknya enak Pak. Ayo Pak!" Aisha pun sudah berjalan keluar dan menuju lift. Karyawan Aisha yang melihat kedekatan Aisha dan Pak Adhi pun menggunjingkan kedekatan mereka. "Syukurlah Pak Adhi kembali sehat dan bekerja seperti sekarang. Kondisi perusahaan kita semakin stabil dan Bu Aisha bisa bekerja dengan fokus." "Kamu bener Lex, tapi denger denger Bu Aisha mau berhenti bekerja loh l. Aku kemarin lewat depan ruangan Bu Aisha, Bu Aisha lagi ngobrol sama Wilona kalau Bu Aisha punya rencana mau off kerja." "Kamu serius?" "Iya, aku serius." "Tapi palingan cuma sementara. Bu Aisha mana mungkin tega membiarkan Pak Adhi mengurus perusahaan ini sendir
"Bapak sama Bu Aisha masih berhubungan baik kan Pak?""Masih, sekedarnya doang tapi.""Sekedar gimana Pak?""Saya tahu Aisha masih hidup. Sekedar itu doang. Lebihnya saya gak tahu.""Ih berarti bapak gak tahu kalau ada isu yang beredar kalau Bu Aisha mau berhenti dan akan segera menikah dengan Pak Reno ya Pak?""Hahaha.. Emang iya?""Iya Pak. Pak Reno kemana-mana sering bareng Bu Aisha. Gosipnya hot banget di kalangan para pengusaha.""Biarinlah Dik.""Biarin Pak? Bapak udh sepasrah itu Pak?""Hemm.. Saya mau move on Dik. Saya capek banget terbelenggu sama masa lalu. Saya mau fokus kerja dan merawat Hara. Itu aja, gak lagi deh mikirin hubungan asmara. Buang buang energi. Saya gak pernah beruntung dalam urusan asmara.""Wah.. Kelihatannya Bapak udah pake logika Pak. Bener sih Pak. Kalau ngurusin urusan asmara memang menguras energi sih Pak. Apalagi mengingat hubungan Bapak sama Bu Aisha yang penuh lika liku. Hemm.. Terus gimana sama Bu Khadijah, Pak?""Saya gak tahu deh Dik. Saya gakna
"Ais ngapain ngelamun toh?""Apa Bun?""Nah loh, ngelamun beneran ternyata.""Maaf Bun.""Yuk disendok nasinya. Makan dulu. Ngelamun juga butuh energi loh. Atau jangan jangan lagi ngelamunin Nak Reno ya? Orangnya ada di depan mata kok, ngapain dilamunin."Kata kata Bunda otomatis membuat Aisha tersipu malu dan pipinya sedikit memerah. "Nak Reni tunggu apalagi nih. Aisha beneran mikirin kamu nih," Goda Bunda. "Bunda.. " Protes Aisha. "Hahaha.." Tawa semua orang pecah. ***Setelah makan bersama itu usai, Reno langsung pamit pulang. Ia masih harus menghadiri sebuah pertemuan. "Aku pamit pulang dulu Ais. Makasih untuk makan malamnya.""Sama sama. Hati hati di jalan. Nyetirnya jangan ngebut ngebut.""Hemm.. Assalamu'alaikum," Reno melambaikan tangannya pada Aish. Sebenarnya dalam hati Reno ia ingin sekali memeluk Aisha, namun hal itu tentu tidak boleh dilakukan. "Walaikumsalam," Jawab Aisha. Reno pun segera pergi dan setelah itu barulah Aisha masuk ke dalam rumah. "Aisha!" Panggil
"Apa sih? Aku gak ngerti." "Kalau gak ngerti ya gak usah kepo dong!" Buru buru Aisha meninggalkan Adnan. Namun Adnan segera menyusulnya. Hingga menunggu koper, Adnan masih juga menempel pada Aisha. "Kamu ngapain sih dekat dekat?" Aisha tidak suka jika Adnan terus mengikutinya. "Ihh.. Kenapa sih dari tadi. Siapa lagi juga yang menempel sama kamu Aisha? Aku lagi nungguin koperku.""Ya kan bisa disana," Aisha menujuk ke arah lainnya. "Iya suka suka aku la. Bandara ini kan bukan punya kamu. Suka suka aku mau berdiri dimana juga.""Oke fine, aku yang geser. Awas ngikutin aku." Aisha sedikit bergeser menjauh dari Adnan. Setelah menunggu antrian koper mereka, keduanya pun menuju tujuan mereka masing-masing. Aisha pergi ke penginapan tempat ia akan menginap sedangkan Adnan menuju satu kantor untuk bertemu dengan kliennya. ***Setibanya di hotel, Aisha merasa sangat mengantuk dan memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur dan tidak lama, ia pun tertidur.Malam harinya, Aisha terjaga
Aku pasti akan melakukannya," Ucap Adnan. Adnan juga ikut berdiri karena akan kembali ke kamarnya. "Mau kemana?" Tanya Aisha. "Aku mau kembali ke kamarlah, bukan mau ngikutin kamu!" "Iya tahu kok, jangan esmosi lah Pak Adnan." Mereka pun menuju kamar masing-masing, Aisha sedikit penasaran kenapa Adnan masih mengikuti langkahnya. Tapi Aisha mengabaikan rasa ingin tahunya itu sampai tibalah Aisha di depan kamarnya, dan Adnan juga berdiri di depan pintu kamar yang ada tepat di sebelah kamarnya. 'Ini takdir apalagi Ya Tuhan. Kenapa harus di sebelah kamarku banget?' Batin Aisha. "Aku gak ngikutin kamu ya, jelas jelas aku mau ke kamarku," Ucap Adnan. Adnan sadar jika Aisha memperhatikannya. "Oh.. Gitu. Kenapa takdir terus mempertemukan kita ya?" "Entahlah, selamat malam." Adnan segera masuk ke dalam kamarnya meninggal Aisha yang masih berdiri di depan kamarnya. "Malam," Jawab Aisha. Aisha oun segera masuk ke dalam kamarnya. Hari kedua di Singapura, Aisha rencananya
Woi Ren, sadarlah!" Ucap temen Reno. Reno pun segera tersadar dan melihat sosok yang telah mengagetkannya itu. "Kamu..?" "Ya ini aku, aku sudah berulang kali memanggilmu. Tapi kamu gak ngejawab. Ngelamunin apa sih""Kapan kamu kembali?" Tanya Reno."Bukannya menjawab pertanyaanku, malah nanya balik nih orang.""Kamu sih gak ada bilang kapan kembali. Karena itu aku nanya. Apa sulitnya sih ngejawab?""Aku baru tiba tadi pagi. Dan langsung kesini.""Hohh... Udah makan?""Blom.. Perhatian banget lo nanyain aku udah makan atau belum segala.""Perhatian lah. Demi apa gue gak harus perhatian.""Ya elah, jadi lebay deh dia. Oh iya dimana wanita yang kamu maksud itu. Aku sengaja jauh jauh kesini karena mau melihatnya. Wanita mana yang mampu membuat kamu jatuh hati dan menyukainya melebihi aku."Reno pun tersenyum mendengar ucapan teman terdekatnya itu. "Kenapa kamu hanya tersenyum? Dimana wanita itu?" Tanya lagi. "Kamu sangat terlambat Wil. Dia sedang dalam perjalanan keluar negeri untuk b