"Bapak harap kamu segera move on dari laki laki licik dan kejam itu Aisha. Bapak selalu berdoa untuk kebaikanmu. Maafkan Bapak selama ini. " Pak Adhi menyentuh punggung tangan Aisha dan mengusap usapnya. Setelah itu Pak Adhi kembali ke kamarnya, begitu juga dengan Aisha. Setibanya di kamarnya, Aisha memikirkan apa yang dikatakan oleh Pak Adhi. "Aku ingin fokus pada diriku sendiri, tapi aku tidak bisa melakukannya. semua orang ingin aku move on, tinggal dan tetap disisi mereka, melakukan apa yang mereka mau. Padahal aku punya rencana dan harapan yang ingin aku capai sendiri." Aisha bermenung sambil merebahkan dirinya di atas kasur. Aisha mbergeser menjadi posisi miring kanan dan membuka pesan di ponselnya. Pesan teratas berasal dari Reno yang mengajarinya jika Reno telah tiba di kediamannya. Pesan kedua berasal dari Wilona yang berisi bahasan tentang pekerjaan, lalu pesan selanjutnya berisi konfimasi pembelian paket holiday yang dijadwalkan bulan depan. Aisha belum memberitahu sia
"Enggak, enggak ada Pak. Bukan masalah sih, tapi keinginan hati Aisha. Aisha ingin membicarakannya sama Bapak.""Isi hati?" "Iya Pak, ayo Pak!" Aisha segera menggandeng sang Bapak keluar dari ruangan rapat itu. "Ehh.. Main jalan aja. Bapak belum selesai bicara loh." "Kita bicaranya di ruangan Bapak aja sambil minum kopi instan pake es. Kayaknya enak Pak. Ayo Pak!" Aisha pun sudah berjalan keluar dan menuju lift. Karyawan Aisha yang melihat kedekatan Aisha dan Pak Adhi pun menggunjingkan kedekatan mereka. "Syukurlah Pak Adhi kembali sehat dan bekerja seperti sekarang. Kondisi perusahaan kita semakin stabil dan Bu Aisha bisa bekerja dengan fokus." "Kamu bener Lex, tapi denger denger Bu Aisha mau berhenti bekerja loh l. Aku kemarin lewat depan ruangan Bu Aisha, Bu Aisha lagi ngobrol sama Wilona kalau Bu Aisha punya rencana mau off kerja." "Kamu serius?" "Iya, aku serius." "Tapi palingan cuma sementara. Bu Aisha mana mungkin tega membiarkan Pak Adhi mengurus perusahaan ini sendir
"Bapak sama Bu Aisha masih berhubungan baik kan Pak?""Masih, sekedarnya doang tapi.""Sekedar gimana Pak?""Saya tahu Aisha masih hidup. Sekedar itu doang. Lebihnya saya gak tahu.""Ih berarti bapak gak tahu kalau ada isu yang beredar kalau Bu Aisha mau berhenti dan akan segera menikah dengan Pak Reno ya Pak?""Hahaha.. Emang iya?""Iya Pak. Pak Reno kemana-mana sering bareng Bu Aisha. Gosipnya hot banget di kalangan para pengusaha.""Biarinlah Dik.""Biarin Pak? Bapak udh sepasrah itu Pak?""Hemm.. Saya mau move on Dik. Saya capek banget terbelenggu sama masa lalu. Saya mau fokus kerja dan merawat Hara. Itu aja, gak lagi deh mikirin hubungan asmara. Buang buang energi. Saya gak pernah beruntung dalam urusan asmara.""Wah.. Kelihatannya Bapak udah pake logika Pak. Bener sih Pak. Kalau ngurusin urusan asmara memang menguras energi sih Pak. Apalagi mengingat hubungan Bapak sama Bu Aisha yang penuh lika liku. Hemm.. Terus gimana sama Bu Khadijah, Pak?""Saya gak tahu deh Dik. Saya gakna
"Ais ngapain ngelamun toh?""Apa Bun?""Nah loh, ngelamun beneran ternyata.""Maaf Bun.""Yuk disendok nasinya. Makan dulu. Ngelamun juga butuh energi loh. Atau jangan jangan lagi ngelamunin Nak Reno ya? Orangnya ada di depan mata kok, ngapain dilamunin."Kata kata Bunda otomatis membuat Aisha tersipu malu dan pipinya sedikit memerah. "Nak Reni tunggu apalagi nih. Aisha beneran mikirin kamu nih," Goda Bunda. "Bunda.. " Protes Aisha. "Hahaha.." Tawa semua orang pecah. ***Setelah makan bersama itu usai, Reno langsung pamit pulang. Ia masih harus menghadiri sebuah pertemuan. "Aku pamit pulang dulu Ais. Makasih untuk makan malamnya.""Sama sama. Hati hati di jalan. Nyetirnya jangan ngebut ngebut.""Hemm.. Assalamu'alaikum," Reno melambaikan tangannya pada Aish. Sebenarnya dalam hati Reno ia ingin sekali memeluk Aisha, namun hal itu tentu tidak boleh dilakukan. "Walaikumsalam," Jawab Aisha. Reno pun segera pergi dan setelah itu barulah Aisha masuk ke dalam rumah. "Aisha!" Panggil
"Apa sih? Aku gak ngerti." "Kalau gak ngerti ya gak usah kepo dong!" Buru buru Aisha meninggalkan Adnan. Namun Adnan segera menyusulnya. Hingga menunggu koper, Adnan masih juga menempel pada Aisha. "Kamu ngapain sih dekat dekat?" Aisha tidak suka jika Adnan terus mengikutinya. "Ihh.. Kenapa sih dari tadi. Siapa lagi juga yang menempel sama kamu Aisha? Aku lagi nungguin koperku.""Ya kan bisa disana," Aisha menujuk ke arah lainnya. "Iya suka suka aku la. Bandara ini kan bukan punya kamu. Suka suka aku mau berdiri dimana juga.""Oke fine, aku yang geser. Awas ngikutin aku." Aisha sedikit bergeser menjauh dari Adnan. Setelah menunggu antrian koper mereka, keduanya pun menuju tujuan mereka masing-masing. Aisha pergi ke penginapan tempat ia akan menginap sedangkan Adnan menuju satu kantor untuk bertemu dengan kliennya. ***Setibanya di hotel, Aisha merasa sangat mengantuk dan memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur dan tidak lama, ia pun tertidur.Malam harinya, Aisha terjaga
Aku pasti akan melakukannya," Ucap Adnan. Adnan juga ikut berdiri karena akan kembali ke kamarnya. "Mau kemana?" Tanya Aisha. "Aku mau kembali ke kamarlah, bukan mau ngikutin kamu!" "Iya tahu kok, jangan esmosi lah Pak Adnan." Mereka pun menuju kamar masing-masing, Aisha sedikit penasaran kenapa Adnan masih mengikuti langkahnya. Tapi Aisha mengabaikan rasa ingin tahunya itu sampai tibalah Aisha di depan kamarnya, dan Adnan juga berdiri di depan pintu kamar yang ada tepat di sebelah kamarnya. 'Ini takdir apalagi Ya Tuhan. Kenapa harus di sebelah kamarku banget?' Batin Aisha. "Aku gak ngikutin kamu ya, jelas jelas aku mau ke kamarku," Ucap Adnan. Adnan sadar jika Aisha memperhatikannya. "Oh.. Gitu. Kenapa takdir terus mempertemukan kita ya?" "Entahlah, selamat malam." Adnan segera masuk ke dalam kamarnya meninggal Aisha yang masih berdiri di depan kamarnya. "Malam," Jawab Aisha. Aisha oun segera masuk ke dalam kamarnya. Hari kedua di Singapura, Aisha rencananya
Woi Ren, sadarlah!" Ucap temen Reno. Reno pun segera tersadar dan melihat sosok yang telah mengagetkannya itu. "Kamu..?" "Ya ini aku, aku sudah berulang kali memanggilmu. Tapi kamu gak ngejawab. Ngelamunin apa sih""Kapan kamu kembali?" Tanya Reno."Bukannya menjawab pertanyaanku, malah nanya balik nih orang.""Kamu sih gak ada bilang kapan kembali. Karena itu aku nanya. Apa sulitnya sih ngejawab?""Aku baru tiba tadi pagi. Dan langsung kesini.""Hohh... Udah makan?""Blom.. Perhatian banget lo nanyain aku udah makan atau belum segala.""Perhatian lah. Demi apa gue gak harus perhatian.""Ya elah, jadi lebay deh dia. Oh iya dimana wanita yang kamu maksud itu. Aku sengaja jauh jauh kesini karena mau melihatnya. Wanita mana yang mampu membuat kamu jatuh hati dan menyukainya melebihi aku."Reno pun tersenyum mendengar ucapan teman terdekatnya itu. "Kenapa kamu hanya tersenyum? Dimana wanita itu?" Tanya lagi. "Kamu sangat terlambat Wil. Dia sedang dalam perjalanan keluar negeri untuk b
"Ya udah itu aja Aisha." Reno segera menuju sofa yang ada di kamar Aisha dan berbaring di atasnya."Kamu mau aku bantu pesenin kamar hotel?" Aisha memberikan minuman ion kepada Reno. "Emang gak boleh kalau aku menumpang disini aja Ais?""Serius mau disini aja? Emang gak mau tiduran gitu, biar nyaman.""Haha.. Kamu gak ngerti maksudku ya." Reno yang tadi sudah rebahan kembali duduk. Aisha pun memberikan minuman dingin pada Reno. Reno mengambilnya. "Makasih," Ucap Reno. "Iya. Maksud kamu tadi apa Ren?""Maksudku, aku ingin bermalam disini, tapi aku cuma bercanda loh. Gak beneran, jangan marah oke!""Hohh..""Hoh..??" Tanya Reno."Iya, tadi aku ngeh kamu punya maksud gitu. Tapi aku pikir kamu hanya menggodaku saja. Ya gak mungkin kan kamu mau menginap disini.""Haha.. Iya iya."***Malam hari pun tiba, Aisha mengajak Reno untuk menikmati makan malam di salah satu tempat makan yang dekat dengan hotel. "Kamu udah kemana saja?""Belum ada yang terlalu jauh sih. Aku cuma muter muter kita
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal