"Bukan, bukan begitu. Aku sedang menyiapkan sebuah acara di dalam. Aku harus memastikan semuanya berjalan baik sebelum acaranya dimulai. Aku tidak bisa memberikan waktu lebih lama. Aku mohon mengertilah!""Acara apa yang begitu penting?" Tanya Adnan. "Sudahlah, kamu juga tidak akan mengerti jika aku menjelaskannya padamu. Sudah ya, aku masuk dulu kalau gitu!""Wait, aku belum selesai bicara. Mana boleh ditinggal gitu aja.""Iya aku tahu, kita bicara nanti lagi ya. Setelah acara ini selesai nanti.""Oke baiklah. Aku tunggu. Jam berapa acaranya selesai?""Mungkin hampir larut malam. Aku janji aku akan datang.""Oke, baiklah."Adnan segera meningggalkan Aisha. Walau tidak ikhlas, Adnan memilih menunggu saja. ***Waktu sudah menunjukkan hampir setengah 10 malam, Aisha sudah hampir tiba diakhir acara. Ia pun bergegas untuk segera pergi dari tempat itu. Mau tidak mau, ia harus menepati janjinya yaitu untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Adnan. "Mau kemana Ais?" Tanya Pak Adhi. "Aisha
Aisha berusaha untuk tidak emosional dan menahan air matanya, tapi justru Adnan yang menunjukkan sisi emosionalnya. Adnan tidk bisa menahan lagi sesak di dadanya. "Terlambat, terlambat Adnan!" "Beri aku kesempatan satu kali Aisha. Aku mohon!" Adnan menyeka air matanya. "Ini semua kebodohanku dan aku layak menderita. Aku tahu itu, tapi aku mohon beri aku kesempatan satu kali lagi. Aku tidak akan membuat kecewa lagi. Aku janji, setulus hatiku." "Kamu punya kesempatan yang sangat banyak beberapa bulan ini, dan kamu hanya menyia nyiakannya. Aku tidak akan menurutimu lagi Adnan. Aku dan kamu sudah sampai di akhir. Senang bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi maaf, kesempatan yang kamu maksud, aku tidak bisa memberikannya." "Pikir lah dulu. Jangan menjawabnya dengan sangat mudah. Aku tidak memberikanmu batas waktu. Persidangan pertama nanti pasti diminta untuk mediasi. Dan aku mohon pertimbangkan permintaanku." "No.. Big no!" Tegas Aisha. Aisha mulai beranjak dari tempatnya dan ing
"Nikmati makan siang kita, dan tunjukkan kinerja terbaik kita nanti!" Ucap Aisha lagi. "Baik Bu."Masing-masing dari karyawan Aisha sibuk memilih menu makanan yang akan merekaa pesan, yang jelas mereka semua akan BBQ an. Sedangkan Aisha, ia sibuk dengan ponselnya. I mengirim banyak pesan pada Adnan terkait laporan yang hampir semua bagiannya di tandai. [Kamu sangat tidak profesional Adnan, kenapa kamu melakukan hal yang kekanak-kanakan pada lapo yang kami kirimkan?] Aisha segera menekaan tombol send. "Bu mau pesan apa?" Tanya Wilona. "Yang spicy ya Wi. Tambah sama bola bola ayamnya juga.""Oke Bu," Jawab Wilona. Aisha masih sibuk dengan ponselnya dan menunggu balasan dari pesannya. Aisha menunggu hingga beberapa detik dan barulah pesannya dibaca oleh Adnan. Adnan is typing... Adnan mengetik cukup lama dan belum juga mengirimkan pesannya. 'Lama banget?' Batin Aisha. Aisha masih menunggu pesan balasan dari Adnan. Dan setelah menunggu lumayan lama, akhirnya masuk sebuah pesan da
85. "Oke, kita save dan kirim ke Klien ya. " Adnan segera menekan tombol save dan menutup filenya. Adma segera mengirimkan file itu lewat email. "Sudah terkirim," Ucap. Adnan. "Alhamdulillah, kalau gitu aku mau balik.""Iya, oke." Adnan menjauhkan dirinya dari Aisha yang mau beranjak. "Terima kasih ya, aku pamit cabut dulu.""Oke." Adnan tidak mengantarkan Aisha pergi. Aisha pun tak ingin basa basi dan segera keluar dari ruangan Adnan. Adnan pun terdiam dan bingung. Ia belum ingin berpisah dari Aisha, tapi tidak memiliki cara untuk menahan Aisha. Adnan menyusul Aisha segera, "Aisha tunggu!"Aisha pun menoleh ke Adnan, "kenapa?"Adnan pun segera menyusul Aisha, Adnan menggenggam lengan Aisha dan membawa Aisha bersamanya. Mereka berdua berjalan dengan tangan yang bertautan hingga mereka menjadi pusat perhatian sekantor. "Lepasin Adnan! Semua orang melihat kita sekarang.""Gak papa, lagian mereka juga sudah sering menggunjingkan kita.""Ih.. Tapi tetap aja. Tetap aja gak enak dili
"Saya mengerti Bu. Saya tidak akan mengulangi kesalahan seperti ini lagi.""Baiklah, Saya tutup dulu teleponnya.""Assalamu'alaikum Bu," Ucap Sam. "Walaikumsalam," Jawab Aisha. Aisha segera memutuskan panggilan telepon itu. 'Beruntung kali ini Adnan memeriksa dengan baik laporan itu bagaimana jika tidak. Citra perusahaan pasti akan menjadi buruk di mata klien,' batin Aisha. Aisha segera menukar pakaiannya dan bersih bersih. Aisha pun langsung kembali ke kasurnya untuk tidur.***Hari yang ditunggu tunggu pun tiba, Aisha dan Adnan sama sama menghadiri sidang perdana perceraian mereka. Adnan menyetujui mediasi, sementara Aisha langsung menolak melalui Pengacaranya. Aisha sudah bulat dengan keputusannya. Ia tidak akan berubah pikiran. Sementara itu, Adnan masih berharap ada keberuntungan yang akan menghampirinya. Sidang itu berjalan sedikit tegang, dan keinginan Adnan tidak bisa terwujud. Adnan tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk merubah keputusan Aisha. Alhasil sidang itu d
Mas sama Mbaknya pengantin baru ya?" "Hah?" Tanya Aisha. "Mbaknya keliatan happy banget, baru menikah ya Mbak?" Ulang sang Juru Masak itu."Bukan Mba, baru mau Mbak." Reno menjawab dengan santai. "Huk.. Huk.. Uhuk.." Aisha batuk karena mendengar jawaban dari Reno. Ditatapnya Reno dengan penuh makna. Secepatnya Aisha menelan makanan yang memenuhi mulutnya untuk segera menjawab pernyataan Juru Masak itu. "Bukan Mbak. Kita bukan pasangan, tapi sangat dekat." Aisha memberikan senyum tipis diakhir jawabannya. Reno pun segera mengajak Aisha berpindah untuk mencari bahan bahan yang dibutuhkan Aisha. "Udah icip icipnya Aisha? Kita lanjut cari yang lain?""Boleh, ayo!" Aisha pun setuju untuk beranjak. Mereka melanjutkan kegiatan mencari bahan bahan yang dibutuhkan. Sementara itu, Adnan masih mengamati keduanya dari jarak yang masih lumayan jauh. 'Mereka kelihatan sangat serasi dan cocok. Beda sekali saat Aisha bersama dengan ku. Obrolanku hanya dipenuhi oleh ketegangan'. Adnan pun meny
"Liat deh Mas, mereka nampak serasi banget loh. Aku suka banget melihat Reno. Kenapa Reno gak menikah aja dengan Aisha ya Mas?" "Aku juga berpikir gitu, selama ini Reno selalu ada untuk Aisha. Dia pria yang sangat baik untuk Aisha. Aku sangat bersalah memilihkan jodoh untuk Aisha. Andai aku tidak tertipu dengan cover Adnan, pasti Aisha sudah hidup sangat bahagia sekarang.""Sudah lah Mas, jangan menyesali yang sudah terjadi. Aisha dan Adnan juva sempat menjalani mass mass kehidupan pernikahan yang bahagia. Sampai akhirnya, takdir lah yang memisahkan mereka.""Aku tahu, karena itu aku merasa sangat bersalah.""Kita kembali ke depan aja yuk Mas. Kita bisa ngeganggu momen yang sangat baik ini. Kasian juga Hara main sendirian di depan. ""Ya udah, ayo kita ke depan." Pak Adhi dan Bunda segera kembali ke depan. "Bahan bahannya udah cukup semua Aisha?""Hemm.. Wait wait. Aku lihat dulu ya!" Aisha segera memeriksa aa apa saja yang sudsh selesai dikerjakan Reno. Bumbu ungkep, bumbu soto, b
"Kenapa? Kenapa secepat ini Aisha?" Adnan sangat frustasi. Adnan kembali menenggak minumannya. Ini sudah botol kedua, tapi Adnan belum juga mabuk. Maksud hati ingin mabuk agar bisa melupakan sejenak apa yang terjadi. Nyata semua itu tidak berhasil. "Hai Om," Seorang wanita muda menghampiri Adnan yang sedang minum minum di meja bar. "Jangan ganggu aku, aku hanya ingin minum," Adnan menjawab dengan ketus. "Aku gak ganggu kok Om, aku bisa membuat Om lebih bergairah dan semangat lagi." Wanita sangat berani menyentuh bahu Adnan. "Lepaskan!" Adnan menyingkirkan tangan wanita itu dari bahunya. "Om sombong sekali. Apa istri Om berulah?" Tanya Aisha. "Aku tidak punya istri, aku sudah dia kali bercerai. Seharusnya kamu tidak menggodaku. Pergilah sebelum aku marah!" "Baiklah, panggil aku jika Om berubah pikiran!" Wanita itu segera beranjak. Wanita itu tidak ingin terjadi keributan. Wanita muda itu tidak berhasil, bukan berarti Adnan bisa santai menikmati minumannya. "Ternyata kam