"Adnan sudah melenyapkan Aisha dari dunia ini Bu. Ibu dan Hara harus melanjutkan hidup tanpa Aisha mulai detik ini juga Bu! Atau Ibu juga ingin menyusul Aisha ke akhirat?" Ucap Adnan sebagai ancaman.
"Apa maksud kamu Adnan? Kamu saat ini dikuasai oleh alkohol dan tidak rasional. Nanti kita bicara lagi setelah kamu sadar.""Apa maksud Ibu, aku sangat sadar sekarang. Aku memang sudah melenyapkan Aisha. Aku serius Bu!""Adnan, Aisha itu sedang mengandung calon bayi kalian. Jangan bermain main dengan ucapan gila kamu itu Adnan!""Ibu tidak tahu apa yang dilakukan Aisha di belakang kita semua. Mungkin saja bayi yang ada di dalam kandungan Aisha itu bukan milikku, Bu.""Astaghfirullah, apa yang kamu katakan Adnan. Istighfar!""Adnan melihat Aisha tidur dengan pria lainnya di rumah ini, Bu. Tuhan telah menunjukkan siapa Aisha sebenarnya. Ia berlaku seperti wanita lugu dan polos, nyatanya lebih buruk dari wanita penghibur di luar sana, Bu.""Siapa? Kapan?" AishAisha menyerah menunggu, sudah lebih sejam dia menunggu tapi tidak juga ada tanda tanda Petugas itu datang ke kamarnya. Aisha pun kembali rebahan di atas tempat tidurnya. Makan siang Aisha masih berada di atas meja, ia enggan menyentuh makanannya. Aisha tidak berselera sedikitpun. Aisha menghadap meja dimana makan siangnya diletakkan. 'Aku sangat lapar, tapi aku gak suka makanan itu. Sabar ya Nak, kita pasti akan segera keluar dari sini. Bagaimanapun caranya.'"Srekk" Tiba tiba terdengar suara pintu terbuka dan membuat Aisha langsung melihat siapa yang datang. Petuga itu tidak datang di jak jak seperti sekarang, lalu siapa yang datang. Itu membuat Aisha sangat antusias. "Kau tidak memakan makananmu, Aisha?" Suara bariton seorang pria yang sangat dikenalnya memecah keheningan ruangan Aisha. "Ternyata Mas Adnan yang datang. Apa Mas Adnan sudsh kepikiran cara untuk membunuhku?" Aisha kembali berbaring di ranjangnya. "Aku sudah memikirkannya, tapi masih belum akan membunuhmu Aisha. I
'Aku belum mati, semuanya masih terlihat sama. Aku tidak boleh terus terusan disiksa seperti ini. Aku harus memikirkan jalan untuk terhindar dari kegilaan Mas Adnan. Come on Aisha. Kita harus bangkit dari situasi ini,' batin Aisha. "Auu! Hahh! Hah!" Aisha berteriak sekencang kencangnya."Hei, ada apa?""Haaaaah.. Haah.." Aisha memukul mukul kepalanya. Aisha mengarahkan tindakannya ke orang yang kehilangan kontrol atas dirinya. Aisha segera bangkit dan menarik Adnan menuju pintu keluar. Aish menggunakan seluruh tenaganya untuk menarik Adnan. Aisha membuka pintu itu, pintu itu dikunci menggunakan pin. Adnan tidak mengunci pintu itu dan Aisha bisa membukanya begitu saja."Srekk" Suara pintu. "Keluar dari sini setan! Aku takut setan!" Teriak Aisha."Apa kau katakan? Setan?" Adnan menjambak rambut Aisha. "Hemm... Ada Pembunuh disini. Pembunuh ini sangat menyeramkan. Setan.. Pria ini setan!" Teriak Aisha. Tidak ada seorangpun muncul untuk melihat apa yang terjadi. Semua bangsal Aisha mem
66. Setelah itu, hari hari yang jalani Adnan penuh pertanyaan dari Hara tentang kapan Ibunya akan pulang. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan dari Hara, baik Bunda maupun Adnan. "Kapan Ibu akan pulang Oma?""Ibu akan pulang sebentar lagi sayang. Hara harus sabar dan doakan Ibu. Do'ain pekerjaan Ibu cepat selesai dan bisa berkumpul lagi sama kita disini.""Tapi kenapa Ibu tidak bisa dihubungi Oma? Hara rindu Ibu, biasanya Ibu selalu video call sama Hara. Tapi ini sudah lama sekali, Hara rindu Ibu." Hara kurang bersemangat beberapa waktu belakangan ini. Ia benar benar merindukan keberadaan Aisha. "Ayah, apa Ayah juga tidak berhasil menghubungi Ibu? Ibu sebenarnya ada di luar negeri mana Yah?" Kali ini giliran Adnan yang dihujani pertanyaan dari Hara. "Ayah juga tidak bisa menghubungi Ibu sayang. Mungkin Ibu terlalu sibuk. Kita doakan saja Ibu segera pulang ya Sayang." Adnan menjelaskan sama seperti Bunda tentang keberadaan Aisha. "Tap kok HP Ibu gak aktif berhari-hari juga ya A
"Lihat dan tunggu saja apa yang saya lakukan. Kalian pasti menyesal, rumah sakit ini pasti akan tercoreng." Bunda segera menelpon seseorang. Itu hanya ancaman, Bunda bukan menelpon polisi. "Tunggu dulu Bu. Kita bisa bicarakan baik baik." "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kita akan bertemu di kantor polisi." Sementara itu, Elmira yang mengamati dari jauh tentang kedatangan Bunda Reno segera menelpon Adnan secara pribadi. Dari pembicaraan itu, Adnan meminta Aisha segera dipindahkan ke ruangan lain dan membolehkan Bunda membuka ruangan 313. Setelah adanya instruksi itu, Elmira berjalan dengan yakin menghampiri Bunda dan juga Reno. Sebelumnya, Elmira sudah meminta bantuan yang lainnya untuk memindahkan Aisha ke ruangan lain. "Ibu ingin berkunjung ke ruangan 313 ya?" Elmira muncul dari belakang Reno dan Bunda. "Ya benar. Saya mencari keberadaan Putri saya yang bernama Aisha. Saya tahu kalau Adnan menyembunyikan Aisha di tempat ini. Jangan berbohong pada saya, atau saya akan melapor
68."Reno.." Ucap Aisha lembut. Aisha memberi isyarat pada Bunda agar Bunda membantunya duduk. Bunda dan Reno segera membantu Aisha duduk.Bunda memegang pipi Aisha yang dingin dan menanyakan bagaimana keadaan Aisha. "Yang mana yang sakit sayang?" Tanya Bunda. Aisha langsung menetaskan air matanya. "Ais te-lah ke-hi-la-ngan.." Terbata bata Aisha ingin menyampaikan apa yang menimpanya. "Apa sayang? Kamu ingin mengatakan apa?" Tanya Bunda. Aisha pun memegang perutnya dan membawa tangan Bunda ke perutnya. Aisha ingin memberitahu jika ia telah kehilangan bayinya. Bunda yang memegangi perut Aisha pun terkejut mengetahui perut Aisha yang seharusnya sudah membesar tapi malah menjadi sangat datar. "Dimana bayinya Ais? Atau jangan jangan kamu.." Bunda tidak sanggup mengatakan pikiran buruknya pada Aisha. Tatapan Aisha seperti akan menangis lagi. "Kamu keguguran?" Tanya Bundaberg. Aisha segera mengangguk. "Astaghfirullah, kemalangan apa yang menimpa kamu sayang. Maafkan Bunda. Maafkan
idak berlama lama, setelah hari terang, Aisha bersiap untuk pulang ke rumah Adnan. Aisha ingin segera bertemu buah hatinya. "Kita berangkat sekarang Aisha?" Tanya Reno. Reno khawatir jika Aisha masih belum pulih. "Iya Ren. Aku sangat merindukan Hara. Aku ingin melihat senyumnya." "Kamu yakin?" "Yakin" Jawab Aisha singkat. Itupun menjadi tanda iya yang tidak bisa diganggu gugat lagi. "Baiklah kita berangkat sekarang." Setelah berkendara hampir 50 menit, Aisha dan yang lainnya tiba di tempat tujuan. "Kita masuk ke dalam sekarang Aisha?" Tanya Bunda. Bunda khawatir akan ads pertengkaran hebat nanti. "Iya Bunda. Aisha tidak akan bertengkar kok Bun. Bunda jangan khawatir ya." "Baiklah," Jawab Bunda. "Kamu tunggu di luar rumah aja ya Ren. Aku mau masuk dulu sama Bunda. Kalau terjadi sesuatu di dalam, tolong tetap disini. Aku pasti bisa menyelesaikan sendiri. Percaya padaku." "Iya, aku akan menahan diriku. Kamu jangan bertengkar ya!" "Hemm" Jawab Aisha. Aisha seg
"Kamu tahu Adnan itu sangat arogan dan tidak ingin mengalah. Dia juga kejam dan dzolim sama kamu, Ais. Apalagi yang perlu dibicarakan dengannya?" Ucap Reno. "Sesungguhnya Allah Maha Melindungi Ren. Aku pasti akan baik baik saja. Aku tahu di dalam hati Adnan masih ada sisi lembut yang hampir mati. Aku yakin, semuanya akan selesai dengan baik baik.""Tok.. Tok.." Seseorang mengetuk pintu mobil Reno. Fokus mereka pun langsung mengarah ke sumber suara ketukan pintu itu. Reno segera menurunkan kaca mobilnya. "Aisha, turunlah!" Perintah Adnan. Dari tadi rupanya Adnan mengikuti Aisha dan yang lainnya.Reno diam saja dan tidak ingin mencampuri, Aisha yang menjawab Adnan. "Hemm.. Aku akan turun.""Hati hati Aisha, jaga dirimu!" Bunda memperingatkan. "Baik Bun." Aisha segera turun dari mobil reno. Segera Adnan membawa Aisha menuju mobilnya. "Masuklah!" Perintah Adnan. "Aku sangat lapar, kita bicara di tempat makan aja!""Oke," Jawab Adnan. Adnan dan Aisha segera masuk ke dalam mobil. Adna
"Kau memang naif, Aisha.""Kau menginginkan kebebasan setelah menyakiti orang lain dan itu orang orang terdekatmu Aisha?""Hello.. Astaghfirullah Adnan. Kamu keterlaluan. Kamu pikir hanya kamu satu satu nya yang menjadi korban. Lalu aku apa? Kamu mau bertumpu pada rasa sakitmu itu terus?" Suara Aisha meninggi. "Apalagi yang kamu inginkan dariku? Nyawaku?""Ambil, ambil! Ambil semuanya. Aku juga tidsk berhak hidup di dunia ininkan?" "Kau memang egois Aisha! Aku sudah memberikannu kesempatan. Tapi kamu malah kesal dan marsh marah seperti ini. Aku tidak ingin apa apa darimu. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Aku tidak ingin bercerai dan menyesali segala perbuatanku. Mari kita perbaiki bersama. Aku sungguh-sungguh. Aku sungguh-sungguh Aisha." Adnan menegaskan kata katanya. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, yang aku tahu hari ini aku sudsh memutuskan keputusan besar dari hidupku. Akau tidak ingn meneruskan pernikahan ini. Aku ingin hidup damai dan meneruskan kehidup
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal