40."Apa aku yang kelewatan dan terhasut dengan perkataan yang dikatakan oleh Khadijah tadi. Aku memang bodoh, bagaimana mungkin aku cemas akan hal yang belum terjadi. Aisha tidak mungkin meninggal aku. Tidak mungkin.""Ahh.. Gila.." Adnan benar benar sakit kepala. Tindakannya menjadi impulsif. Satu minggu berlaku, Bunda dan Hara masih belum kembali. Keadaan rumah masih sunyi sepi, Adnan dan Aisha masih diem dieman. Aisha terlalu sibuk untuk mnegurusi perselisihan mereka. Adnan juga masih bisa menahan dirinya untuk tidak mengobrol dengan Aisha. Mereka beraktivitas seperti biasa di rumah namun tanpa menyapa. Aisha juga sering menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan sesekali Adnan ikut nimbrung. Makan juga masih sering bersama. Mereka berdua masih sama sama tahan dalam mode diam. "Uhukk.. Uhuk..." Tenggorokan Aisha terasa sangat gatal dari pagi tadi. Aisha sudah minum obat tapi tenggorokannya belum juga membaik. "Uhukk.. Uhukk.. Uhukk""Minum obat toh Aisha! Nanti kalau saki
"Jangan menangis Aisha, kamu bisa pendarahan lagi nanti. Untung saja janinnya sangat kuat dan bisa bertahan tadi. Dokter bilang kamu harus tenang dan gak boleh kecapean.""Mas Adnan, kenapa semuanya harus terjadi pada Aisha?" Aisha masih menangis tanpa henti. "Hikss.. Hiks..""Hiks.. Hiks..""Aisha, dengarkan aku. Hei.. Berhenti menangis. Please dengarkan aku dulu. Aku berjanji akan mengizinkan kamu merawat kedua anak kita, oke?""Hiks.. Hikss.." "Aisha.. Please listen to me." Adnan melepaskan pelukannya dari Aisha. Adnan menyentuh pipi Aisha dan mengarahkan pandangan Aisha padanya."Lihat aku Aisha, kamu tatap mataku. Please!""Hiks.." Aisha mencoba berhenti menangis. "Kamu dan aku akan merawat anak anak kita bersama. Apapun yang terjadi nanti, kedepannya, segila gilanya aku, aku akan mengizinkanmu dekat dengan mereka. Jadi jangan khawatir. Aku berjanji.""Mas Adnan serius?" Aisha mengelap air matanya. "Aku serius, karena itu jangan berpikiran yang enggak enggak. Oke?" Adnan meya
'Ya Tuhan, kenapa aku jadi serba salah gini ya?'"Mas Adnan beneran marah ya?" Tanya Aisha memastikan lagi. "Enggak Aisha. Udah ayo buruan kita makan. Ibuk dan Hara udah jauh tu jalannya." Adnan menunjuk ke arah Bunda dan Hara yang sudah menyusuri food court. "Iya Mas." Aisha mempercepat langkahnya. Adnan dan Aisha pun sudah memasuki plantaran food court itu. Bunda dan Hara masih memimpin di depan. Adnan dan Aisha mengikuti saja dimana kedua perempuan di depan mereka akan melangkah. Bunda pun berhenti di tempat yang menjual nasi goreng sesuai dengan rencana mereka tadi. Mereka berempat masuk ke gerai itu dan memilih bangku paling pojok sisi kanan tempat itu. Masing-masing dari mereka memesan makanan, Aisha yang menuliskan pesanan mereka. Aisha memesan dua menu sekaligus untuk dirinya sendiri. 'Kenapa semuanya kelihatan enaknya.' Aisha memilih yang sangat bia inginkan saja. Dia suka semuanya, bisa bisa dia pesan semuanya kalau tidak cepat cepat menutup buku menu. "Ini udah semuan
"Kamu....""Ais apa Mas?"Adnan ingin melanjutkan ucapannya tapi ia tidak bisa. Adnan harus berhenti sekarang. Aisha tampak sudah terpancing emosi. "Kamu tertekan dan gak pernah bahagia hidup sama Ais ya Mas?"Adnan tidak menjawab. "Jawab dong Mas! Kenapa kamu diam aja Mas?" Tanya Aisha. "Bukan, aku tidak pernah ngomong gitu. Aku hanya ingin kamu memperbaiki cara pandangmu. Tidak semua orang bisa melakukan apa yang kamu lakukan. Kamu sering lupa bagaimana perasaan orang orang di dekat kamu. Aku juga ingi kamu ngertiin Aisha. Bukan kamu doang yang ingin dimengerti.""Aisha coba Mas. Ais akan coba apa yang Mas Adnan katakan. Apa pembicaraan kita sudah selesai Mas? Aisha lelaha dan ingin istirahat.""Istirahatlah! Dokter bilang kamu juga gak boleh kecapean.""Makasih Mas," Aisha segera beranjak dari sana dan menuju kamarnya. 'Apa aku kelewatan?' Batin Adnan. Adnan bertanya tanya apa yang telah ia katakan pada Aisha sudah bener atau tidak. "Ahh.. Sudahlah! Aku sudah mencoba dengan car
Sementara itu, Aisha hampir menyelesaikan rapatnya. "Kita sudah selesai, apa ada yang ingin ditanyakan?" "Enggak Bu," Semua orang menjawab serentak. "Kalau gitu kita tutup dan semua bisa istirahat. Selamat siang semuanya." Aisha mengakhiri rapat itu. Baru lima langkah Aisha melangkah dari sana, ia mendengar salah satu dari karyawan menggunjingkan dirinya. "Ngapain Pak Adnan sampai kesini ya, apa jangan jangan mau tahu project kita ya?""Entahlah, mungkin Pak Adnan mau menemui Bu Aisha aja. Jangan suudzon deh, yang ada malah nambah dosa entar.""Iya maaf. Soalnya Bu Aisha bener bener jadi berbeda setelah menikah lagi sama Pak Adnan. Bu Aisha jadi gak fokus.""Udah udah, lebih baik kita bubar. Nanti Bu Aisha bisa denger loh.""Iya iya." Akhirnya penggosip utama berhenti menggosip dan bubar untuk istirahat. Aisha pun kembali melanjutkan langkahnya. 'semua yang mereka katakan benar. Aku terlalu sibuk dengan urusan pribadi akhir akhir ini.' Aisha berjalan kembali ke ruangannya. Ia se
"Bener bener mirip ya kan Bu, kayak copy paste?" Ucap Adnan."Kamu benar Adnan, mereka sangat mirip." Bunda dan Adnan sekarang berada sedikit lebih jauh dari mereka berdua. Aisha dan Hara sudah berada di depan meja pemesanan makanan. "Ayo kita maju Adnan, kamu juga mau pesan makanan kan?""Iya Bu," Jawab Adnan. Adnan dan Hara maju ke depan dan memilih makanan yang ingin mereka masak. ***Mereka sudah mendapatkan makanan mereka masing-masing. Adnan dan Hara memiliki kebiasaan makan yang sedikit mirip. Mereka selalu makan disisi kanan piring mereka lebih dulu. "Mereka miripnya Bun!" Ucap Aisha. "Hara memang mirip dengan kalian berdua. Tadi Bunda mengamati kalian berdua dan Hara juga mirip dengan kamu Aisha. Hara adalah copy paste dari kalian berdua.""Iya ya Bu?" Hara sedikit malu. "Iya beneran, iyakan Adnan?" Tanya Bunda."Iya Bun.""Mas Adnan iya iya doang. Mas Adnan emangnya tahu Aisha lagi ngebahas apa sama Bunda?""Tahu, kamu ngebahas kemiripan aku dan Hara kan. Terus Bunda bi
"Mas Adnan," Panggil Aisha. Adnan berusaha menjauhkan lengan Aisha dari dirinya. Aisha mencoba memeluk Adnan satu kali lagi, dan Adnan berusaha menyingkirkannya lagi. Aisha belum menyerah berusaha menenangkan Adnan. Aisha memeluk Adnan lagi. "Bisa gak sih gak usah peluk peluk Aisha! Aku mau tidur, please.""Iya Mas." Aisha segera menjauh dari Adnan. Aisha bergeser ke tepi ujung ranjang dan membuat jarak yang jauh dari Aisha. Aisha berusaha menenangkan dirinya agar tidak baper karena kata kata Adnan tadi. Satu menit, dua menit, Aisha tidak tahan. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan berencana keluar dari sana. Adnan yang sadar akan itu segera bangkit untuk mencegah Aisha pergi. "Mau kemana?" "Balik ke kamar Aisha lah Mas. ngapain disini, Mas Adnan juga cuma punggung punggungan sama Aisha." "Siapa yang ngizinin kamu keluar dari kamar ini?" Tanya Adnan. Aisha menatap tajam mata Adnan. "Siapa yang ngizinin kamu keluar hah?" Adnan bertanya ulang. "Mas Adnan, Aisha capek. Pleas
"Kita langsung balik ke Bu?""Iya Wi. Ayo kita balik semuanya!""Iya Bu.""Mereka pun segera kembali ke kota."Mereka menghabiskan waktu yang lumayan panjang dalam perjalanan balik karena arus lalu lintas sangat padat. Aisha minta diantarkan langsung ke rumahnya. "Terimakasih telah mengantarkan saya pulang ya semuanya.""Sama sama Bu," Jawab semua Orang.Aisha pun segera turun dan masuk ke rumah. Di rumah, Adnan sudah menunggu kepulangan Aisha. Adnan bertanya tanya kenapa Aisha belum sampai di rumah, namun enggan untuk bertanya langsung. Adnan menyimpulkan Aisha mungkin hanya lembur saja. "Assalamualaikum," Ucap Aisha. "Walaikumsalam," Sahut Adnan. Kebetulan Adnan ada di ruang depan depan. "Mas, kamu ngapain gelap gelapan?" Aisha menekan saklar lampu. "Nungguin kamu?""Tumben Mas?" "Kamu belum pulang padahal udah malam. Aku sedikit khawatir.""Hohh.." Aisha pun segera duduk di sebelah Adnan. Aisha menyenderkan kepalanya di paha Adnan. Aisha berbaring di pangkuan Adnan lebih tep
"Iya, iya. Kalau gitu sampai besok ya. Kita berangkat besok pagi pagi ya. Jangan datang siang, kita berangkat jam 9 pagi ya.""Iya iya, tenang aja. Jangan khawatir. Aku pasti tepat waktu kok. Aku juga semangat banget mau kita bisa pergi bertiga setelah sekian lama gak ngumpul.""Oke oke, assalamu'alaikum. Aku tutup dulu telponnya. Besok save drive ya.""Walaikumsalam." Adnan pun menutup teleponnya. ***Esok harinya, Adnan, Aisha dan Adnan baru saja tiba di kebun binatang. Layaknya anak kecil biasanya, Hara sangat bahagia diajak berwisata. Hara banyak bertanya pada Adnan maupun Aisha tentang hewan hewan yang ia lihat disana. Dengan senang hati, Adnan dan Aisha menjelaskan setiap pertanyaan Hara. Hingga siang hari, tibalah Hara mengajukan pernyataan yang serius. Mereka baru saja selesai makan siang dan bersiap siap untuk melanjutkan kunjungan mereka ke tempat lainnya. Adnan berencana mengajak Hara untuk pergi berenang. "Kita sudah setengah hari bersama-sama Ayah, Ibu. Apa Ibu dan Aya
15. "Bukan gitu Ayah, Hara hanya merasa jika Ibu seharusnya bahagia dan memiliki pasangan seperti orang lain Yah. Hara juga ingin melihat Ayah bahagia. Kalau Ibu gak berencana mau punya pasangan baru, apa Ayah juga tidak?""Apa Ayah terlihat menyedihkan dengan kondisi Ayah sekarang sayang?""Bukan begitu Ayah, Hara sangat mencemaskan Ayah dan Ibu. Hara pasti akan bahagia jika Ayah dan Ibu bahagia.""Kamu masih sangat kecil dan sudah kepikiran sampai sejauh itu sayang, maafkan Ibu dan Ayah ya sayang membuat kamu khawatir.""Ayah kenapa minta maaf, Ayah kan gak ngelakuin hal yang salah.""Andai Ayah dan Ibu seharusnya bisa menahan ego lagi sedikit, agar kita semua bahagia sayang.""Hara tidak mengerti apa yang Ayah katakan. Yang jelas, Hara ingin Ayah dan Ibu bahagia lagi seperti dulu. Benar benar bahagia, bukan hanya tersenyum di depan Hara, tapi di setiap harinya.""Ayah akan berusaha untuk menjadi seperti yang Hara inginkan sayang, Ayah juga nanti bakal bilang ke Ibu ya. Kamu janga
"Om hati hati nanti di jalan pulang. Sampai ketemu lagi ya Om," Hara juga menyalami Denis. Adnan dan Hara pun meninggalkan rumah itu, namun belum sampai ke mobilnya, Adnan mendengar Bunda. "Ini Bunda ada cemilan dan juga kopi. Ayo dinikmati Nak Denis," Ucap Bunda. Adnan pun menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang. 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi 'Aku tahu dimana posisi diriku, tapi aku tidak menyangka jika aku akan kalah dengan Pria asing yang entah berasal dari mana. Aku harus menyerah berapa kali lagi dan harus menunggu berapa lama lagi. Aku ingin selesai dengan perasaan ini, tapi aku selalu kembali pada Aisha,' batin Adnan. Dengan hati yang gundah, Adnan pergi meninggalkan rumah Aisha. "Ayah kenapa ngelamun? Apa Ayah sakit?" Tanya Hara. Hara menyadari jika Adnan sepertinya kurang nyaman dan banyak diam. Hara yang masih terlalu kecil menafsirkan sikap Adnan itu mungkin karena sakit. "Engga sayang, Ayah gak sakit. Kenapa Hara pikir Ayah sakit?""Ayah terlihat m
"Aku?" "Ya kamu..""Aku alhamdulillah baik, ayo duduk dulu yuk. Masa dari tadi bengong bengong doang?""Oh iya iya, ayo masuk!" Ajak Pak Adhi.Semua orang pun masuk ke dalam rumah. Kedatangan Adnan pada jak makan siang, jadi mereka semua langsung menuju dapur karena akan bersama. "Wah.. Banyak banget makanannya. Ada apa ini?" Tanya Adnan. "Assalamu'alaikum," Suara seseorang terdengar dari luar. Pintu depan yang belum ditutup pun membuat suara itu terdengar hingga di dapur. "Kayaknya ada yang datang deh," Ucap Bunda. "Iya Bun, tadi Aisha mengundang satu teman baru Aisha Bun. Aisha ke depan dulu buat ajak masuk ya Bun.""Iya sayang," Jawab Bunda. Yang lainnya melanjutkan kegiatan mereka dan sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Pak Adhi bahkan sudah menyendok nasi ke piringnya. Disusul oleh Adnan yang sekaligus menyendokkan nasi ke piring Hara. "Hai! Kamu sudah sampai. Tadi langsung ketemu rumahnya atau gimana?" Tanya Aisha."Assalamu'alaikum," Ucap Tamu yang kini sudah ber
ak Denis, tunggu saya!" Ucap Aisha. "Ayolah lebih cepat. Kamu sih kebanyakan bengong. Ngapain sih bengong?" Ucap Denis. Denis berusaha menurunkan kecepatan langkah kakinya."Saya gak bengong Pak, saya lagi mikir tadi." Aisha pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Denis. "Bapak kok mau numpangin saya, Pak?" Tanya Aisha. "Kan searah. Lagian says juga bakal lewat sana juga.""Hohh.. Gitu ya Pak." Aisha dan Adnan pun sudah tiba di depan mobil Denis. "Ayo masuk buruan! Jangan bengong lagi.""Iya iya Pak. Saya gak bengong kok.""Ya udah, kalau gitu ayo buruan masuk!" Ajak Denis. Denis dan Aisha pun segera masuk ke dalam mobil. Jalanan yang dilalui mereka sudah tidak macet lagi. Lalu lintas juga terpantau lancar. "Di mana tadi parkir mobilnya?""Dekat sih Pak, beberapa meter di depan sana.""Hoh.. Mini market yang di ujung jalan itu ya?""Ya Pak, bener banget. Yang itu Pak.""Kamu kenapa dari tadi manggil saya Bapak terus. Kita kan dalam kondisi formal. Panggil Denis aja, lagian kit
"Alhamdulillah, sejauh ini sayang. Kita sudah benar-benar stabil, tidak akan mudah untuk menggoyahkan kita.""Alhamdulillah, semoga seterusnya juga begitu Pak.""Aamiin."Aisha pun segera bangkit dari tempat duduknya karena ingin mengakhiri kunjungannya. "Loh mau kemana?" Tanya Pak Adhi. "Aisha cuma berkunjung sebentar Pak. Nanti Aisha mau ke tempat lain. Ada pertemuan sama beberapa donatur Yayasan Pak," Jelas Aisha. "Oh gitu, nanti kamu terlambat sayang. Pergilah, hati hati di Jalan ya sayang. Lebih naik kita datang lebih dulu dibandingkan mereka yang harus menunggu. Jaga sopan santun kita.""Oke Pak, Aisha berangkat dulu ya Pak," Aisha segera salim pada Pak Adhi. Dalam beberapa menit Aisha sudsh berada di jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati perjalanannya menuju pertemuan dengan para Donatur Yayasan. Namun perjalanannya tidak begitu mulus. Sekitar 2 kilometer hampir sampai ke tempat tujuan ada macet. Aisha tidak kepikiran kalau jalanan disana ak
"Ya, sebuah keajaiban terjadi begitu saja. Saya juga tidak menyangka bisa memiliki bayi Bu. Alhamdulillah, anugerah itu datang ke kehidupan saya," Jelas Bela. Aisha langsung mendekati Bela dan memeluknya. "Alhamdulillah, saya sangat bahagia untukmu Bela."Iya Bu. Makasih banyak Bu." Aisha pun melepaskan pelukannya. "Ibu gimana kabarnya?" Tanya Bela. "Saya..?""Iya Ibu, Ibu gimana?""Saya masih begini begini aja Bel. Saya gak ada kepikiran buat yang lain. Sekarang fokus ngerawat Hara sambil ngurus Yayasan aja.""Ini udah lumayan lama loh Bu. Gak ada kepikiran mau cari pasangan Bu?""Iya Bu," Tambah Bianca. Bianca pun penasaran dengan perkembangan percintaan dsei mantan bosnya itu. Aisha tersenyum lalu menjawab, "Saya belum ketemu yang cocok. Kalau ada saya mau loh," Jawab Aisha dengan nada bercanda. "Iya iya bener Sih Bu. Hemm.. Oh iya Bu, mau saya kenalin gak Bu sama sepupu Saya?" Tanya Bela. "Sepupu kamu?" "Iya Bu, sepupu saya. Orangnya cakep, putih, tinggi dan punya usaha sen
"Bukan gitu Bunda. Aisha gak mau balik ke kehidupan yang pernah Aisha tinggalkan Bun. Aisha masih ingat sakitnya gimana Bunda. Aisha kehilangan banyak hal di masa lalu Bun. Aisha juga kehilangan calon anak Aisha Bun. Rasanya sangat membekas Bunda. Aisha benar-benar tidak akan kembali ke lingkaran setan itu Bunda. Kalau untuk kembali kesana, itu rasanya tidak mungkin Bunda.""Begitu ya sayang, Bunda juga masih ingat gimana sakitnya kamu waktu itu. Maafkan Bunda bisa kepikiran sampai sana Aisha. Maafkan Bunda. Bunda salah Aisha." Bunda menyesali pikirannya yang terlalu jauh. Bunda benar-benar menyesal. "Gak papa Bunda. Bunda mungkin terlalu khawatir.""Sekali lagi maafkan Bunda ya sayang.""Iya Bunda. Aisha gak papa kok." Usai pembicaraan itu, Aisha kembali ke kamarnya untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Selesai mandi, Aisha merebahkan dirinya di atas kasur empuknya. Ia mencari tahu tentang siapa Denis. Benarkah yang dilihatnya tadi hanya Pria bernama Denis yang mi
"Tok.. Tok.." Aisha mengetuk jendela mobil itu. Aisha belum melihat siapapun turun dari sana, pasti Pemiliknya masih ada di dalam mobil. Tidak mendapat respon setelah mengetuk sekali, Aisha mencoba ulang. "Tok.. Tok..tok.." Kali ini Aisha mengetuk lebih kencang dari sebelumnya.Akhirnya usaha Aisha berhasil, Aisha mendengar jika sang Pemilik mobil membuka pintu mobil itu. Dan seorang Pria turun dari mobil itu. Aisha terperangah melihat Pria itu. "Astaghfirullah," Ucap Aisha tanpa sadar. Aisha mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat. Aisha melakukannya beberapa kali."Reno..?" Bibir Aisha sangat kelu mengucapkan nama itu. "Reno.. It's you? Ren.." Aisha segera menarik lengan Pria itu dan menggenggamnya."Ih.. Kamu siapa? Aneh banget!" Dengan cepat Pria itu menarik lengannya dan menjauh dari Aisha. "Kamu siapa? Kenapa kamu sangat tidak sopan?""Reno.. Ini kamu? Beneran kamukan?" Tanya Aisha."Me? Reno?" Tanya Pria itu. "Iya.. Kamu Reno?""Aku gak kenal