Share

Permainan 3

"Mama, aku salah , maaf." Clara menunduk dengan kesal tanganya mengepal menahan kesalnya sudah meluap.

"Brak...Bibi, rasa terh hari ini tidak enak, jangan sajikan lagi, mulai sekarang." Sean meletakan tehnya dengan keras sembari berdiri memegang tangan Clara dengan lembut menariknya kepelukanya.

"Ma, jika mama berfikir Gisel bodoh, maka jangan membawanya menghadiri acara yang tidak penting dengan Mama lagi." Sean menatap Clara dengan penuh kasih sayang.

"Apa masudmu dengan acara tidak penting? kegiatan ini demi membentuk cintra baik keluarga Adiatmaja!" Mama tiri menjawab dengan nada tinggi.

"Saat Gisel jatuh, Mama hanya berdiri menjauh tanpa membantunya, apakah ini tindakan Mama yang baik, dan membangun citra keluarga Adiatmaja?" Sean bertanya dengan senyum menghina.

"Kami sudah selesai makan, kami akan pergi beristirahat." Sean menarik Clara meninggalkan Mama tirinya.

"Kamu!!!" Teriak Mama tiri sean.

Kamar Sean.

"Kita sudah berada di kamar, kamu..." Sean melihat Clara yang hanya tertunduk.

Tanpa kata - kata Clara menepis tangan Sean dengan cepat menuju Almari.

"Banggg!" Pintu Almari yang tertutup keras.

"Ah, apa dia tersinggung?" Sean terkejut melihat sikap Clara.

"Tok...tok..istriku, bisakah kamu keluar dari lemari? aku mau mengambil pakaianku untuk berganti baju." Sean mengetuk Almari tempat Clara bersembunyi.

"HU..hu, tidak perduli!" Clara berteriak sembari menangis.

"Biarkulihat, ada apakah di dalam lemariku?" Sean membuka lemarinya dengan menatap Clara dingin.

"Menangis? merasa dirugikan?" Tanya Sean.

"Tidak aku hanya marah pada diriku sendiri, kenapa aku sangat bodoh! Aku tidak menduga rencana Mama tirimu, membawaku ke acara hari ini adalah untuk mempermalukanku!" Clara tersenyum sembari menyeka air matanya.

"Jika aku tahu ini sebelumnya, aku akan lebih  hati - hati." Tambah Clara.

"Belum terlambat untuk menyadarinya sekarang." Sean berjongkok dengan menempelkan plester di lulut Clara yang tergores almari.

"Kenapa tadi kamu minta maaf?" Sean bertanya masih dengan mengelus - elus kaki Clara membenarkan plester Clara.

"Apa yang bisa akulakukan jika aku tidak minta maaf?bagaimana jika dia terus mengoceh dan memukulku? Clara berbicara dengan nada tinggi.

"Jika dia memukulmu maka kamu harus kembali memukulnya." Jawab Sean dengan tersenyum.

"Kamu juga harus ingat ini, kamu adalah istri Sean Atmaja, kamu punya hak untuk memimpin, jangan takut memukul, bahkan jika kamu menghancurkan rumah ini, tidak ada yang berani mengatakan sepatah katapun! Tambah Sean sembari berdiri.

"Mari berdiri." Sean memegang tangan Clara.

"Tanganmu...kenapa sangat kasar. Kenapa serasa seperti amplas sih?" Sean meraba dengan melihat seksama tangan Clara.

Jlebbbbbb, Clara seperti tertusuk sangat dalam dia diam tanpa kata hatinya, merasa sangat sakit sebagai perempuan.

"Tuan Sean! bisakah kamu tidak mengatakan kata - kata yang menjengkelkan, setelah menagatkan kata - kata yang begitu menyentuh? suasanaku hancur sekarang!" Pingkan berteriak kesal sembari melepaskan tangan Sean dengan kasar.

Keesokan harinya.

"Sean pergi bekerja, jadi lebih baik aku melakukan hal penting." Clara berada di depan canvas lukisan.

"Lukisan ini mudah ditiru tapi suasana lukisan ini sangat sulit untuk ditiru.." Clara berbicara lirih.

"Aku harus melihat kembali lukisanya untuk memastikan sekali lagi." Clara meletakan kuas, berhenti melukis.

Di taman menuju aula keluarga Adiatmojo.

"Pura - pura  menjadi nyonya muda, ada manfaatnya juga. aku bisa mengamati lukisanya dengan bebas, kapanpun aku mau." Ucap Clara dalam hati dengan berjalan pelan menikmati pemandangan menuju Aula.

"Srak...srak." Suara orang berjalan dari kejauhan.

"Aku bangun pagi untuk  jalan - jalan di taman ini, dan apa yang aku lihat? Kakak iparku, menggunakan gaun seksi di pagi hari." Ucap pemuda, dari kejauhan, dia putra Mama tiri Sean. Cleo.

"Apa kamu sengaja melakukanya, dan menggodaku? untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan untuku?" Cleo memegang dengan kasar tangan Clara.

"Hentikan omong kosong apa itu! lepaskan aku!" Clara menronta berusaha m elepaskan tangan Cleo yang memegangnya dengan erat.

"Jangan malu, kakak ipar, aku tahu apa yang ada di hatimu." Jawab Cleo semekin menaarik Clara.

"Ahh, pengangan orang ini sangat kuat!kenapa aku bertemu orang mesum seperti ini, tidak ada orang di sekitar sini, apa yang harus aku lakukan." Ucap Clara dalam hati masih berusaha melepaskan diri dari Cleo.

"Tuan muda kedua, Cleo Adiatmojo, Apa yang kamu lakukan!" Teriak pemuda yang berada di belakang Cleo.

"Lepaskan Nyonya muda! Vino memegang tangan Cleo dengan keras.

"Vino!" Cleo berbiacara dengan nada tinggi, dia terkejut mendengar seseorang di belakangnya.

Se"Yah, ternyata kamu, peliharaan Sean yang setia." Tambah Cleo sembari melepaskan tangan Clara.

"Hem," Vino batuk kecil dengan wajah suram.

"Karena sekarang kita tidak nyaman karena ada orang luar disini, sampai jumpa lain kali, kakak ipar." Cleo pergi dengan senyum menghina meninggalkan Clara dan Vino.

"Pergi! siapa yang ingin melihatmu!" Clara mendawab dengan kasar.

"Nyonya muda Apakah anda baik - baik saja?" Vino bertanya dengan khawatir.

"Aku baik - baik saja.." Jawab Clara sembari memijat tanganya yang terasa sakit.

"Apa yang akan terjadi kepadaku? untung kamu datang kesini tepat waktu, atau aku akan membunuh Sean jika terhjadi sesuatu denganku!" Clara berteriak marah dia sangat kesal.

"Maaf Nyonya muda, Tuan sean baru saja mengatakan kepada saya, bahwa anda di rumah sendirian, dan meminta saya untuk membawa anda keluar." Jawab Vino dengan sopan.

"Untuk apa?" Tanya Clara dalam hati.

Salon kecantikan.

"Aku tidak menyangka Sean begitu perhatian, kemarin dia mengatakan  tanganku kasar, dan hari ini dia mengatur janji dengan salon untuku." Ucap Clara dalam hati sembari menikmati layanan salon.

"Nyonya muda, sudah selesi, saya akan membantu anda mengoleskan krim di tangan anda." Ucap pelayan dengan sopan.

"Oke, terimakasih." Jawab Clara santai.

"Biarkan aku saja." Ucap Sean yang berdiri di depan Clara yang sedang berbaring di tempat tidur khusus salon.

"Baik tuan." Jawab Pelayan dengan menundukan kepala.

"Aku datang menjemputmu untuk makan malam." Sean berbicara dengan lembut menghampiri Clara, duduk di samping Clara.

"Terimakasih sayang! Aku sangat tersentuh, aku hampir menangis." Clara m,endawab dengan nada di paksa untuk romantis.

"Drama selesai." Jawab Sean tersenyum sembari mengoleskan krim di tangan Clara.

"Apa yang terjadi dengan pergelangan tanganmu?!" Sean terkejut melihat pergelangan tanagan Clara yang membiru.

"Apa karena Cleo?" Tanya Sean dengan melihat Vino yang berada di belakangnya.

"Iya, Saya melihat Tuan Cleo memegang tanagan Nyonya muda dengan kasar di taman siang ini." Vino menjawab dengan menudukan kepalanya.

"Bagus kalau begitu, Cleo kali ini aku tidak akan pernah melupakan ini." Sean berbicara dengan nada marah.

"Kita hanya berpura - pura sebagai pasangan, kenapa wajah Sean terlihat sangat marah?apa dia juga berakting?" Ucap Clara dalam hati terdiam tidak mengerti, dengan mengamati wajah Sean.

"Sayang, bukankah kau bilang kita akan makan malam?" Clara melambaikan tanganya di depan wajah Sean.

"Oh, baiklah." Jawab Sean.

Bersambung....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status