"Ingat yang pertama dana harus dirolakasikan di lingkungan." Ucap Sean mengingatkan Clara. "Ibu tirimu dulu pernah mengajaku kan, aku sudah sedikit beradaptasi dan sekarang aku disini mengikuti rencanamu, dan kerja sama kita, aku pasti akan melaksanakan tugasku dengan baik." Jawab Clara dengan tersenyum manis. "Kerja sama?" Tanya Sean tidak mengerti. "Iya kerja sama pernikahan palsu kita, bukankah itu kerja sama kita sekarang?" Jawab Clara menoleh kearah Sean yang di kursi supir. "Apakah hubungan kita hanya sebatas rekan kerja dan pengantin palsu?" Tanya Sean dalam hati. "Ciiiitt... kita sudah sampai." mobil berhenti gedung pertemuan Amal. "Bakilah, waktunya berperang." Clara turun dari mobil sembari merengangkan tubuhnya pemanasan bersiap perang dengan keadaan. "Baiklah nantikan kabar baiknya." Ucap Clara sembari berjalan masuk ke dalam gedung megah. "Malam ini, hubungan kita akan menjadi lebih dari kerja sama, lihat saja." Ucap Sean tersenyum sembari memndangi Clara yang ber
"Ohh, apa artinya kamu memilki perasaan kepdaku?" Tanya sean merai tangan Clara yang membelai pipinya sembari menciumnya dengan lembut."A...aku, jika aku memiliki perasaan kepadamu, apa tanggapanmu?" Jawab Clara Ragu."Jika dia berencana untuk bermain kekasih denganku,tapi hanya cinta bertepuk sebelah tangan, aku tidak akan melakukanya.' Ucap Clara dalam hati."Itu tergantu pada kemampuanmu membuatku jatuh cinta." Jawab Sean mendekatkan badanya diatas tubuh Clara."upakan saja, aku hanya sedikit tertarik dengan ketampananmu, mungkin besuk aku akan menyukai orang lain." Clara memalingkan wajahnya menghindari Sean."Aku tidak ingin membuang waktumu." Tambah Clara dengan wajah malas."Dia sangat jujur, tapi dimatanya penuh dengan rasa khawatir." Ucap Sean dalam hati."Aku tidak meronta karena aku tertarik kepdamu." jawab Clara singkat."Dengan dia berjujur kenapa aku semakin menyayanginya." Ucap Sean dalam hati tubuhnya semakin menekan tubuh Clara sembari mencium bibir Clara dengan lem
Ruang makan Sean"Kenapa kak Vino tidak ikut makan bersama kita?" Clara mrmbuka percakapan."DIa ada janji." Jawab Sean dengan ajah kesal."VIno lagi, Vino lagi, kelihatanya memecatnya adalah pilihan yang tepat!" Ucap Sean dalam hati."Janji? apakah itu pria? atau apoakah dia wanita?seperti apa dia? apakah kamu pernah melihatnya?" Clara bertanya bertubi - tubi dengan polosn ya."Itu bukan urusanmu bukan? ayo kita makan" . Sean menjawab dengan kesal."Itu bukan masalah besar kenapa kamu merahasiakanya?" Clara menjawab dengan ngedumal."Ngomong - ngomong bukankah kamu sangat sibuk kenapa kamu kembali lebih awal?" Tanya Clara sembari menikmati makananya."Setelah kejadian tadi malam, hatiku gelisa saat aku tidak melihatmu di kantor jadi aku membawa pulang pekerjaanku.." Ucap Sean dalam mhati, wajahnya tersipu malu."Ahem..uhuk...uhuk aku menyerahkan pekerjaanku keopda bawahanku." Sean menjaab dengan gugup."Ohh." Jawab Clara singkat."MMMm...siapa yang akan percaya pada seorang penggil
"Jika dia sangat dekat dengan Gisel, lalu kenapa di pertemuan kemarin dia tidak curiga?" Tanya Clara lirih."Nona Muda apa yang anda katakan barusan?" Tanya Vino di kursi kemudi."Bukan apa - apa, berapa lama lagi kita sampai dirumah?" Clara mengalihkan pembicaraan.Rumah keluarga Cokro."Tok...tok..tok." Suara Pintu utama yang di ketuk dari luar."Ya sebentar!" Teriak Mama Gisel membukakan pintu."Kamu, ada apa berkunjung kesini?" Tanya Mama Gisel terkejut."Aku hanya mampir dan sedikit mencari informasi tentang Gisel, agar mempermudah aku menjalankan tugas." Jawab Clara dengan sopan."Oh begitu silahkan masuk." Jawab Mama Gisel mempersilahkan masuk."Tante dimana kamar Gisel?" Tanya Clara."Ada di atas, apa kamu butuh bantuanku?" Tanya mama Gisel."Ya aku membutuhkan beberapa informasi mengenai Gisel, mengetahui leboh banyak tentang dia, akan bermanfaat bagiku, apakah anda mempunyai petunjuk?" Jawab Clara sembari mencari beberapa petunjuk di kamar Gisel."Baiklah , silahkan mencari
"Kapan aku berkata begitu?" Tanya Sean berpura - pura polos."Meminta untuk melihat foto dan memanggilnyan Mama mertua, ya artinya apa yang aku lukis benar - benar seperti Mamamu kan."Aku akan menganggapnya sebagai pujian." Jawab Clara dengan senyj manis."Deg...deg..deg." Jantung Sean berdebar kencang."Muahhh...ummmhhhh...emmmmhhhhh." Sean mencium Clara secara tiba - tiba."Kenapa selalu tiba - tiba." Ucap Clara dalam hati terhanyut dalam ciuman Sean."Terimakasih." Sean melepas Ciumanya perlahan."He,em." Clara menjawab dengan malu."Dulu aku pergi belajar di luar negeri selama beberapa tahun, Mama tiba - tiba sakit, aku bahkan tidak bisa melihatnya utuk yang terakhir kali.." Sean menceritakan masa lalunya yang kelam." Saat aku pulang, rumah ini tidak sama lagi seperti dulu, semua yang berhubungan denganya sudah hilang, aku bahkan tidak memiliki fotonya." Tambah Sean dengan menahan air mata."Sean..." Clara merasa sedih mendengar Cerita Sean."Sekarang kamu sudah meiliki fotonya
"Hei, cepat lihat pria itu, dia sangat tampan, tidak tahu apakah dia masih lajang atau tidak." Ucap dua perempuan remaja di belakang Sean."Ada gadis disebelahnya, bagaimana bisa dia lajang." Jawab Gadis remaja lainya."Tapi dia sangat imut dan tampan, mungkin dia kakak perempuanya." Jawab Gadis berambut ikal."Betul juga haruskah kita kesana dan bertanya?" Kedua gadis berjalan dengan cepat kearah Sean."Kalianlah yang tua, apakah aku setua itu!' Ucap Clara dalam hati."Sayang, berapa lama kita harus menunggu? kakiku sakit saat berdiri." Ucap CLara romatis sembari mengandeng tangan Sean."Apa gadis konyol ini cemburu?" Tanya Sean dalam hati dengan tersenyum kecil."Bersabarlah, ini tidak akan lama, Muaach." Sean mencium mesra Clara."Oh..." Jawab Clara singkat.Kamar Sean."Hehehe, sate malam ini sangat enak, Minumanya juga tidak terlalu buruk, besuk kita harus kecafe itu lagi." Clara mabuk sembari berbiacara ngalntur digendongan Sean."Kamu tidak bisa minum tetrtalun banyak, tapi kam
Gedung persta rekan bisnis."Senang berbisnis dengnmu, aku akan merepotkanmu tahun depan?" Ucap Sean dengan rekan bisnisnya sembari bersulang."Dengan senang hati aku akan menunggunya." Jawab rekan bisnis Sean mmbalas Sean."Tuan gawat, nona muda jatuh dari tangga, dan dia pingsan." Teriak slah satu pelayan melihat Clara terjatuh dari tangga."Apa!" Teriak Sean kaget."Oh tidak, dia mengeluarkan banyak darah." Di bawah tangga sudah banyak orang mengerubugi Clara yang terbaring pingsan."Biarkan aku lewat awas." Sean belari kerah Clara."Giseeeel! Teriak Sean dengan keras."Tunggu apa lagi! pangil supirku selkarang!" Teriak Sean panik sembari mengangkat kepala sean ke atas pahanya."Sayanag, bisakah kamu mendengarkanku? bangunlah." Teriak Sean sembari menggoyang - goyangkan tubuh Clara yang terbaring lemah."Ini!" Sean melihat darah di tanganya."Oh tidak, Nona muda keguguran." UCap salah satu tamu yang berada di depanya."Meski aku beberapa kali berhubungan dengan Clara aku yakin dia
"Hmmmph." Sean memalingkan wajah berjalan menghindari CLara yang terus menggodanya."Aku melihat wajahmu yang memerah, he..he..he." Clara terus menggoda Sean."Apa Sean pernah semanis ini sebelumnya? dia bisa cemburu dan bahkan tersipu malu, dua hari sebelumnya dia masih mengatakan dia tidak menyukaiku, kenapa dia cemburu... dan dia tau bahwa aku ingin makan pangsit.." Ucap Clara dalam hati."Dreeeet...dreeettt." Suara panggilan di HP Clara."Halo?" Clara mengangkat telefon yang berbunyi."Kami dari kepolisisan , ayahmu..." Pemanggil dari telefon berhenti berbicara mendengar Clara tertawa."Hahahah, di Zaman apa kita sekarang, kenapa jenis penipuan seeperti ini masih ada, aku orang miskin tidak bisa memberimu uang." Jawab Clara dengan tertawa kepas."Nona Clara, kami bukan penipuan, ayahmu dicurigai kasus penipian dan telah di tangap, sekarang berada di kantor polisi." Ucap pemsanggil dari telefon."A...Apa!" Clara berteriak kaget."Tolong Segera kekantor polisi XXX." Jawab kepolisi
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku