"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
Gisel, adalah putri keluarga kaya yang terkenal, dia hari ini akan menikah dengan keluarga terkaya di kotanya, keluarga Adiatomo, dan menjadi nyonya mudanya."Sedangkan aku hanya pengantin palsu." Ucap Clara dalam hati dia terduduk di atas kasur masih dengan balutan baju pengantin putih dan indah, wajahnya panik dan binggung apa yang harus dia lakukan."Ayah bodoh! Tolong selamatkan putrimu ini, putrimu yang cantik akan kehilangan keprawanannya hari ini!" Clara berteriak dalam hati, dia panik menilhat Sean berdiri di depanya.'"Gisel, hari ini hari pernikahan kita, kenapa kamu tidak terlihat bahagia?" Tanya Sean dengan membuka kerah kemeja baju pengantinya. Antara dia sudah tahu didepanya pengantin palsu atau asli dia masih memanggil dengan nama Gisel wanita aslinya."Bagaimana mungkin aku sangat bahagia...ha...ha..ha." Clara menjawab dengan cangung berusaha tersenyum."kalau begitu malam ini begitu singkat, bagaimana kalau kita tidur?" Sean mendekati Clara diatas tempat tidur dengan
"Haha, menarik aku akan menemanimu bermain kucing dan tikus denganmu!" Ucap Sean dalam hati masih berpura - pura tidak tahu.Ruang istirahat pengantin.Clara sudah berada di ruang istirahat pengantIn."Begitu aku keluar berganti pakain, dan acaranya selesai, lalu akan pergi rumah Keluarga Adiatmojo secara terang - terangan utnuk melihat lukisanya." Ucap Clara dalam hari sembari membetulkan riaanya."Klunting..."Suara pesan masuk di Hp Clara dari Ayah."AH pesan dari Ayah." Clara membuka pesan WAnya."Nak, ada hal buruk, Gisel sebagai pengantin perempuan melarikan diri dari pernikahanya! keluarga Cokro sudah mengetahuinya! cepat larilah!" Pesan yang masuk dari Ayah Clara."Apa!" Ucap Clara kaget."Ayah memang tidak bisa di andalkan, aku sudah curiga dari awal, tumben rencan ayah sangat mulus! menyebalkan dia baru memberi tahuku sekarang, pasti dia tidur di suatu tempat!" Pingkan memukul meja rias dengan marah."Ketika aku bertemu dengan Ayah pasti aku akan..." Clara dengan marah menu
"Cklek...ngeekk." Clara membuka pintu kamarnya."Selamat pagi Nyonya Sean, aku adalah sopir dan asisten anda, Tuan Sean menyuruhku membawa anda keperusahaan." Sapa Laki - laki muda dari luar kamar dengan sopan."Dia pergi keperusahaan, dan meninggalkan aku kemudian memintamu membangunkanku dn meyuruhmu mengantarku ke perusahaan?" Clara merasa tidak senang."I...Iya Nyonya Sean." Jawab pengawal dengan wajah panik."Baiklah tunggu, aku mandi dan bersiap - siap." Clara kembali masuk."Baik Nyonya." Jawab Pengawal dengan sopan.Wussss. Clara sudah berada di dalam mobil, dia mengenakan gaun merah membuatnya tampak lebih cantik."Nyonya Sean, kita sudah sampai." Ucao pengawal menghentikan mobilnya."OKe." Jawab Clara santai.Clara menuruni mobil dengan anggun."Baiklah mari kita lakukan selangkah demi selangkah." Clara menuju kantor Sean Adiatmojo.Sean sudah menunggu di depan pintu masuk perusahaan." Sayang ahirnya kamu sampai." Sapa Sean berakting penuh kasih sayang"Semuanya, izinkan a
Hari berikutnya. Clara duduk di mobil yang sesdang melaju bersama Ibu mertuanya, Mama tiri Sean."Hoam." Clara menguap di samping Ibu mertuanya."Sudah jam berapa sekarang, dan kamu masih menguap, kamu sekarang adalah menantu keluarga Adiatmojo ,kamun harus memperhatikan citramu!" Mama tiri Sean tidak suka."Iya, iya Ma, Maafkan aku." Clara menundukan kepalanya dengan tersenyum kecil."Karena kamu adalah wanita dari keluarga Adiatmojo, kamu harus menghadirin acara amal, sebelumya , aku mengaturnya sendiri sekarang kamu harus membantunya, dulu kamu menjalajankan acara semacam ini dengan ibumu saat usiamu 17 tahun aku percaya kamu mampu." Jelas Ibu tiri Sean panjang lebar."Tapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah Nyonya Seab." Tambah Mama tiri Sean."Baiklah Ma, aku mengerti." Clara tersenyum dengan terpaksa."Hah, tidak mudah menjadi Nyonya orang kaya, tidak bisa rebahan dengan santai di rumah." Ucap Clara dalam hati.Tempat Acara."Aku belum makan apapun dari tadi, ada begitu banyak m
"Mama, aku salah , maaf." Clara menunduk dengan kesal tanganya mengepal menahan kesalnya sudah meluap."Brak...Bibi, rasa terh hari ini tidak enak, jangan sajikan lagi, mulai sekarang." Sean meletakan tehnya dengan keras sembari berdiri memegang tangan Clara dengan lembut menariknya kepelukanya."Ma, jika mama berfikir Gisel bodoh, maka jangan membawanya menghadiri acara yang tidak penting dengan Mama lagi." Sean menatap Clara dengan penuh kasih sayang."Apa masudmu dengan acara tidak penting? kegiatan ini demi membentuk cintra baik keluarga Adiatmaja!" Mama tiri menjawab dengan nada tinggi."Saat Gisel jatuh, Mama hanya berdiri menjauh tanpa membantunya, apakah ini tindakan Mama yang baik, dan membangun citra keluarga Adiatmaja?" Sean bertanya dengan senyum menghina."Kami sudah selesai makan, kami akan pergi beristirahat." Sean menarik Clara meninggalkan Mama tirinya."Kamu!!!" Teriak Mama tiri sean.Kamar Sean."Kita sudah berada di kamar, kamu..." Sean melihat Clara yang hanya ter
Rumah makan mewah, malam hari."Ah aku kenyang sekali." Clara berjalan keluar melihat pemandangan sembari meregangkan tubuhnya."Lihat dirimu." Ucap Sean melihat Clara yang berjalan sempoyongan."Aku? aku memang terlihat seperti dewi bukan." Clara menjawab dengan percaya diri."Kamu mabuk?" Tanya Sean."Tidak." Jawab Clara sembari melihat sekumpulan orang - orang yangb bernyanyi dan bernari."Woe, kalian terlihat senang! apa aku boleh bergabung?" Clara berteriak dari balkon lantai satu."Awas, hati - hati!" Sean berteriak takut."Aku baik - baik saja." Clara menjawab sembali nmelepas sepatu hak tingginya."Tolong bawakan ini untuku." Aku akan segera kembali." Clara memberikan sepatunya kepada Sean sembarri berlari menuju lantai bawah tempat sekumpulan orang berkumpul."Hai, aku bergabung ya?" Tanya Clara dengan tersenyum." Boleh kemari." Salah satu orang menjawab dengan senang."Percaya diri, jujur, pandai, ini pertama kali melihat sisi lain darinya. Tiba - tiba merasa menyenangkan k
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku