"Cklek...ngeekk." Clara membuka pintu kamarnya.
"Selamat pagi Nyonya Sean, aku adalah sopir dan asisten anda, Tuan Sean menyuruhku membawa anda keperusahaan." Sapa Laki - laki muda dari luar kamar dengan sopan.
"Dia pergi keperusahaan, dan meninggalkan aku kemudian memintamu membangunkanku dn meyuruhmu mengantarku ke perusahaan?" Clara merasa tidak senang.
"I...Iya Nyonya Sean." Jawab pengawal dengan wajah panik.
"Baiklah tunggu, aku mandi dan bersiap - siap." Clara kembali masuk.
"Baik Nyonya." Jawab Pengawal dengan sopan.
Wussss. Clara sudah berada di dalam mobil, dia mengenakan gaun merah membuatnya tampak lebih cantik.
"Nyonya Sean, kita sudah sampai." Ucao pengawal menghentikan mobilnya.
"OKe." Jawab Clara santai.
Clara menuruni mobil dengan anggun.
"Baiklah mari kita lakukan selangkah demi selangkah." Clara menuju kantor Sean Adiatmojo.
Sean sudah menunggu di depan pintu masuk perusahaan.
" Sayang ahirnya kamu sampai." Sapa Sean berakting penuh kasih sayang
"Semuanya, izinkan aku memperkenalkan ini adalah istriku, Gisel Cokro." Sean memperkenalkan Clara pada semua kariawannya dengan keras.
"Halo semunya." Clara menyapa dengan anggun.
"Prok...prok..prok." Suara tepuk tanggan dari kariawan perusahaa Sean.
"Gisel, kemarilah dan sapa Paman Bram." Sean memberi arahan pada Clara.
"Halo, senag bertemu dengan anda, kedepanya.." Clara menjulurkan tangganya untuk berjabat tangan.
"Dasar gadis bodoh kenapa kamu mengatakan hal seperti itu, kepada pamanmu?" Jawab Paman bram dengan tersenyum. Tanpa membalas jabat tangan Clara.
"Pa...paman?" Clara menjawab dengan tersenyum panik.
"SIal." Ucap Clara dalam hati sembari membalikan badanya melihat Sean.
"Hehe...Kena!" Ucap Sean dalam hati sembari melihat Clara dengan tajam.
"Apa aku ketahuan." Clara merasa panik melihat tatapan Sean yang tajam.
Kantor Presdir.
"Pertunjukan yang lumayan, Nona Gisel " Palsu". Sean membuka pembicaraan tanpa basa - basi.
"Aku hanya bercanda dengan pamanku tadi, bagaimana aku dikatakan palsu?" Clara masih berusaha santai dan tersenyum seperti biasa.
"Clara melarikan diri dengan cinta masa lalunya, dimalam sebelum pernikahan. Kamu benar - benar mirip denganya, kecuali tahi lalat yang ada dilehernya." Sean menjawab dengan nada ,engitimidasi. Wajahnya berubah dingin.
"Mesum! kenapa kamu memperhatikanku sedekat itu!" Clara tanpa sadar berteriak dengan memaki.
"Ehhhhh..." Clara baru sadar apa yang dia katakan membenarkan ucapan Sean.
"Hah, kamu mau apa? kamu sudah tahu identitasku, tapi kamu masih saja rept -repot meneruskan pertunjukan ini, dan mengespkspos diriku, kamu pasti punya rencana." Clara menjawab engan menghela nafas panjang.
"Katakan." Tambah Clara pasrah.
"Ternyata kamu tidak bodoh." Sean tersenyum menakutkan.
"Mama tiriku selalu memikirkan cara untuk menyingkirkanku dari kedudukan wakil presdir dan ingin menggantikan aku dengan putranya. Gisel Cokro dan Ibu tiriku adalah saudara jauh, alasan ibu tiriku menjadikan dia istriku adalah untuk bisa memata -mataiku." Jawab Sean menjelaskan panjang lebar.
"Dia akan segera mengatakan hal ini padamu." Tambah Sean dengan tersenyum.
"Jadi kamu mau aku jadi mata - mata dua sisi dan melaporkan tindakan ibu tirimu kepadamu?" Clara menjawab dengan wajah bingung.
" Yah benar." Sean menjawab dengan bangga.
"Sekarang, keadaan telah berubah, aku akan membantumu, tapi kamu harus membayar gajiku sesuai jabatan menager umum. dan gaji tambahan dalam jangka waktu selama aku menjadi istrimu." Jawab Clara bernegosiasi.
"Baiklah sesuai keinginanmu, aku janji., Tapi sebelum itu kita harus bertukas informasi." Tanpa berfikir lama Sean menyanggupi negosiasi Clara.
"Informasi apa?" Tanya Clara.
"Namaku Sean Adiatmojo, aku waki presdir dan penerus perusahaan Adiatmojo, bagaiman dengamu?" Sean memperkenalkan diri.
"Namaku Clara, aku..upsss!" Jawa Clara dengan cepat tapi tidak meneruskan ucapanya dengan menutup mulitnya menggunakan tangan.
"Halo,Vino, selidiki seseorang yang bernama Clara." Dengan sigap Sean menelfon bawahanya untuk menyelidiki identitas Clara.
"Astaga mati aku, aku tidak boleh membiarkan dia tahu kalau aku penipu, menjual barang - barang palsu." Ucap Clara dalam hati dengan wajah cengigisan panik.
Rumah Sean Adiatmojo.
"Hah, ahirnya sampai, kurasa aku sudah membeli bahan - bahan untuk melukis, apa ada yang terlewatkan?" Ucap Clara sembari menaiki tangga menuju kamarnya.
"Gisel Cokro!" Pangil seorang wanita paruh baya dari bawah tangga.
"Mama?" Jawab Clara sembari membalikan badanya.
"Jangan lupa kesepakatan kita. kamu bisa menyandang gelar Nyonya Sean dengan mengawasi Sean." Jawab Mama Tiri Sean tanpa basa - basi.
"Iya aku tahu Mama." Clara menjawab dengan tersenyum patuh.
"Sean benar - benar memprediksi dengan benar, aku baru saja sampai rumah sudah di hadang." Ucap Clara dalam hati.
Halaman Rumah Sean.
"Vino? Aku baru saja sampai rumah, aku di halaman menuju rumah. Ada apa?"Jawab Sean dari Hpnya.
"Aku sudah menerima datanya, dia anak yatim piatu yang di besarkan ayah angkatnya. Dia mahasiswa lulusan seni, ayahnya seorang pemabuk dan penipu dia memiliki banyak hutang dan hidup miskin." Jawab Vino dari balik Hpnya.
" Bukankah itu terlalu bersih." Sean masih belum puas dengan informasinya.
"Tidak juga, aku dengar dia juga beberapa kali mememangkam sejumlah penghargaan selama masih bersekolah, dia menjualnya dengan harga tinggi." Vino menjawab dengan panjang lebar.
"Tapi sekarang dia nhanya mengajar anak - anak melukis di pusat penitipan anak." Tambah Vino.
"Terus selidiki dengan benar." Jawab Sean sembari menutup telefonnya.
"Lir...ilir..lir..ilir, tandune wong sumilir, tak ijo royo - royo tak sumbang pengantin anyar, cah anom - cah anom penekno blimbing kui, lunyu - lunyu penekno, penekno blimbing kui..........." Suara nyanyian penghantar tidur yang merdu.
"Suara ini?" Sean sangat terkejut mendngar nyanyian yang begitu familiar buatnya.
'"Halo? Sean ? apa kamu ,masih disitu?" Tanya Vino, mendengar Sean tiba - tiba berhenti bertbicara.
"Tidak mungkin!" Sean berjlan dengan cepat menghampiri dari mana asal nyanyian itu?
"Lagu ini, lagu yang pernah dinyanyikan Mamaku waktu kecil." Ucap Sean berhenti di taman belakang melihat Clara sedang melukis sembari bernyanyi dengan indah.
"Kamu?" Sean bertanya dengan tidak percaya.
"Kamu kembali?" Clara menjawab dengan menolehkan kepalanya yang melihat sean sudah berasa di belakangnya.
"Tadi kamu...." Sean bertanya tanpa meneruskan ucapanya.
"Siapa yang mengajarimu lagu yang kamu nyanyikan?" Tambah Sean dalam hati.
"Tadi? apa? Tanya Clara tidak mengerti.
"Sudahlah itu juga hanya lagu lama? bagaimana mungkin dia memiliki hubungan dengan ibuku?" Ucap Sean dalam hati tidak mau meneruskan pembicaraanya.
Tanpa sadar Sean menunduk melihat tepat didada Clara yang menggunkan gaun sedikit terbuka di bagian payu*aranya.
"Dasar mesum! apa yang sedang kamu lihat!" Clara dengan refleks menutup dadanya dengan tanganya.
"Hem..hem, sebenarnya ada perbedaan kamu dengan Gisel, misalnya...jika kamu menggunakan pakai yang sama seperti ini pada malam pernikahan pasti akan langsung kelihatan, besuk lagi jangan menggunakan pakaian dengan dada eheeem." Sean terbatuk - batuk kecil sembari membalikan badanya.
"Jadi masudmu dadaku kecil!" Clara berteriak marah sembari mengambil sendalnya bersiap melempar ke arah Sean.
"Pergilah!" Clara dengan keras melempas sendalnya.
"Sudah larut sayang, mari kita tidur." Sean mengejek Clara dengan menutup pintu menghalangi lemparan sendal Clara.
"Siapa sayangmu, dasar cabul!" Clara semakin mlam mendengar ucapan Sean.
Bersambung....
Hari berikutnya. Clara duduk di mobil yang sesdang melaju bersama Ibu mertuanya, Mama tiri Sean."Hoam." Clara menguap di samping Ibu mertuanya."Sudah jam berapa sekarang, dan kamu masih menguap, kamu sekarang adalah menantu keluarga Adiatmojo ,kamun harus memperhatikan citramu!" Mama tiri Sean tidak suka."Iya, iya Ma, Maafkan aku." Clara menundukan kepalanya dengan tersenyum kecil."Karena kamu adalah wanita dari keluarga Adiatmojo, kamu harus menghadirin acara amal, sebelumya , aku mengaturnya sendiri sekarang kamu harus membantunya, dulu kamu menjalajankan acara semacam ini dengan ibumu saat usiamu 17 tahun aku percaya kamu mampu." Jelas Ibu tiri Sean panjang lebar."Tapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah Nyonya Seab." Tambah Mama tiri Sean."Baiklah Ma, aku mengerti." Clara tersenyum dengan terpaksa."Hah, tidak mudah menjadi Nyonya orang kaya, tidak bisa rebahan dengan santai di rumah." Ucap Clara dalam hati.Tempat Acara."Aku belum makan apapun dari tadi, ada begitu banyak m
"Mama, aku salah , maaf." Clara menunduk dengan kesal tanganya mengepal menahan kesalnya sudah meluap."Brak...Bibi, rasa terh hari ini tidak enak, jangan sajikan lagi, mulai sekarang." Sean meletakan tehnya dengan keras sembari berdiri memegang tangan Clara dengan lembut menariknya kepelukanya."Ma, jika mama berfikir Gisel bodoh, maka jangan membawanya menghadiri acara yang tidak penting dengan Mama lagi." Sean menatap Clara dengan penuh kasih sayang."Apa masudmu dengan acara tidak penting? kegiatan ini demi membentuk cintra baik keluarga Adiatmaja!" Mama tiri menjawab dengan nada tinggi."Saat Gisel jatuh, Mama hanya berdiri menjauh tanpa membantunya, apakah ini tindakan Mama yang baik, dan membangun citra keluarga Adiatmaja?" Sean bertanya dengan senyum menghina."Kami sudah selesai makan, kami akan pergi beristirahat." Sean menarik Clara meninggalkan Mama tirinya."Kamu!!!" Teriak Mama tiri sean.Kamar Sean."Kita sudah berada di kamar, kamu..." Sean melihat Clara yang hanya ter
Rumah makan mewah, malam hari."Ah aku kenyang sekali." Clara berjalan keluar melihat pemandangan sembari meregangkan tubuhnya."Lihat dirimu." Ucap Sean melihat Clara yang berjalan sempoyongan."Aku? aku memang terlihat seperti dewi bukan." Clara menjawab dengan percaya diri."Kamu mabuk?" Tanya Sean."Tidak." Jawab Clara sembari melihat sekumpulan orang - orang yangb bernyanyi dan bernari."Woe, kalian terlihat senang! apa aku boleh bergabung?" Clara berteriak dari balkon lantai satu."Awas, hati - hati!" Sean berteriak takut."Aku baik - baik saja." Clara menjawab sembali nmelepas sepatu hak tingginya."Tolong bawakan ini untuku." Aku akan segera kembali." Clara memberikan sepatunya kepada Sean sembarri berlari menuju lantai bawah tempat sekumpulan orang berkumpul."Hai, aku bergabung ya?" Tanya Clara dengan tersenyum." Boleh kemari." Salah satu orang menjawab dengan senang."Percaya diri, jujur, pandai, ini pertama kali melihat sisi lain darinya. Tiba - tiba merasa menyenangkan k
Clara menganti posisinya deganm duduk bersila di samping Sean yang sibuk membaca sembari rebahan."Mari bicarakantentang ini dulu, tidak apa - apa untuk tidur bersama, tapi hanya tidur bersama, jangan pernah kamu melakukan apapu pada diriku." Clara mengajukan permohonan dengan serius."Kasurnya sangat besar bukan? kamu bisa tidur di sebelah sana dan aku tidur di sebelah sini, aku berjanji tidak akan melakukan apapapun kepadamu." Jawab Sean tanpa melihat Clara."Jangan khawatir, aku tidak tertarik dengan dadamu yang kecil itu." Sean menutup berkas yang di bacanya dengan tersenyum mengejek."Kamu!!!" Clara berteriak kesal."Sean, kamu lebih baik mengingat apa yang kamu katakan." Tambah Clara dengan menahan amarahnya.Pagi hari di kamar Sean."Hemmm...zzzzzz." Clara masih tertidur nyenyak."Nyonya muda belum bangun?" Tanya Bibi Erika di belakang Sean dengan memegang Jas Sean."Ya, dia bangun agak siang, jangan menghawatirkanya, dia akan makan saat dia lapar." Sean menjawab sembari memasa
"Apa yang terjadi padanya? dia bukan seperti Clara biasanya, kenapa dia sangat peduli dengan berita ini?" Tanya Sean dalam hati."Adi, kamu harus memberi pelajaran pada anakmu, kali ini. Ini AIB keluarga kita." Mama tiri masih menyulut api."Mama tiri, memanfaatkan ini?" Tanya Sean dalam hati sembari membalikan badanya kearah Ayah dan ibu tirinya."Ini masalah pribadi antara aku dan istriku, tidak usah khawatir Ayah, aku akan menyelesaikanya." Sean membungkukan badanya, tanda hormat."Solusi yang terbaik hanya bercerai." Clara menyahut, masih dengan akting menangis, tanganya menyeka air mata palsunya."Sayang, bagaimana bisa kamu mengatakanya?" Sean dengan cepat mengendong Clara, berjalan menuju kamnarnya."Ahhhhh." Clara Kaget dengan sikap Sean yang tiba - tiba mengenongnya."Ayo pergi kekamar dan kita selesaikan masalah ini, dengan cara kita sendiri." Ucap Sean sembari mengendong Clara berjalan menuju kamarnya."APa yang kamu lakukan! lepaskan aku, Sean!" Clara berteriak.Kamar Sea
"Kamu yang gila! bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa aku hamil! Siapa yang akan menikahiku sekarang!" Clara berteriak marah."Apa kamu lupa identitasmu sekarang! Kamu Gisel sekarang." Sean menjawab dengan wajah kesal."Aku Clara aku tidak mau menjhadi Gisel lagi! aku akan mengatakan yang sebenarnya!" Clara masih menjawab dengan nada tinggi."Baiklah, silahkan beritahu mereka." Sean menjawab dengan senyum anehnya."Tapi,Uang 1 M yang kuberikan kepadamu untukmu dan biaya hidup yang keluarga Adiatmojo berikan kepadamu, uang sebanyak itu cukup untuk menuntutmu sebagai penipuan kan?" Tanya Sean dengan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Clara yang terlihat panik."Apa!" Clara terlihat panik."Ibu tiriku masih mencari kesalahanku, jadi aku butuh istri yang cerdas dan kamu lebih cocok dari pada Gisel, tetaplah disini." Sean merendahkan suaranya."Selama aku tinggal disini, aku telah menerima banyak yang dan ayah Gisel memberiku uang untuk menggantikan putrinya, aku tidak bisa pergi sekarang.
"Kenapa ini bisa terjadi, aku merencanakan berita tentang perselingkuhan dengan matang, kenapa inin tidak berpengaruh sama sekali?" Tanya Aruni dalam hati, dia mengepalkan tanganya dengan kesal.Ruang lelang."Terimakasih para hadirin VVIP lenang kami," Sambutan pembawa acra lelang."Ini pertama kali aku ikut lelang, apa ada barung bagus disini?" Tanya Clara dalam hati."Ini adalah kristal putih berbentuk panda, penawaran tertinggi kita deal." Pembawa acara menawarkan sebuah kristal putih berbentuk panda."Imutnya.. tapi mereka sangat mahal?" Ucap Clara lirih."Kristal itu tidaklah mahal, tapi jarang sekali kristal putih muncul di perlelangan." Jawab Sean yang mendengar Clara berbiacra sendiri."8,4 M!" Sean mengangkat tangan memberikan harga."Apa yang kamulakukan itu sangat banyak!" Clara berteriak kaget."Aku akan memberikanya untukmu." Jawab Sean dengan tersenyum tanpa beban."Deg..Deg..kenapa Sean tampan sekali" Ucap Clara dalam hati wajahnya mulai memerah."Ahhhh, aku hanya meng
Fila Sean Adiatmojo."Hehe, sepertinya pihak lain sudah tidak sabar." Sean mendengar berita dari telefonya."Kak Vino bisakah kamu jadi model melukisku?" Tanya Clara di luar."Awasi itu, aku harus mengurus sesuatu sekarang, sampai jumpa." Seam melihat Clara dari dalam rumah, meminta Vino menjadi model lukisanya hatinya gelisa dan kesal, menutup telefonya."Baiklah Nona." Jawab Vino ragu."Baik, terimakasih bergayalah." Clara terlihat senang Vino menyanggupi permintaanya."Apakah ini oke Nona?" Tanya Vino tidak percaya diri."Hehe, aku tidak pernah berfikir tubuh kak Vino sangat bagus menggunakan celana militer ini, lebih baik dari model - model yang pernah aku gambar." Clara memuji tubuh Vino yang gagah."kenapa kata - katamu terdengar tidak asing?" Tanya Sean yang sudah berada di belakang clara."Sean, kenapa kamu keluar?" Clara membalikan badanya."Gambar yng bagus." Sean terlihat kesal."Tentu saja siapa yang menggambarnya." Clara menjawab dengan bangga."Kak Vino lihatlah bagaima
Villa belakang."Tap.. tap..tap." Suara langkah kaki."Kreeekkkk... krekkk." Suara pintu terbuka."Hiks..hiks..hiks." Suara tangisan seorang perempuan."Hahhhh." Clara terbangun dari tidurnya."Hah... Hah..Hah." Clara bangun terduduk dengan wajah terkejut.Sean yang sedang membaca berkas di samping Clara yang tertidur pulas, terkejut melihat Clara tiba - ntiba bangun dengan wajah ketakitan"Istriku, kamu kenapa?" Tanya Sean yang penasaran."Aku berteu dengan Ibumu di mimpi, dia menangis di kamarnya di kastil belakang." Jawab Clara dengan cemas."...." Sean terdiam sejenak."Bagaimana kalau kita pergi melihat ibu?" Tanya Sean merangkul Istrinya."Baiklah." Jawab Clara.Pemakamanan muslim."Ma, aku membawa Menantumu, untuk melihatmu." Sapa Sean di pusara ibumnya."Mama mertua, ini bunga untukmu, aku harap mama menyukainya." Ucap Clara dengan lembut."Kruyuk..kruyuk. ah aku lapar." Ucap clara sembari memegang perutnya."Maaf ma, ahir - ahir ini dia begitu pemalas hanya makan dan tidur sa
"Apakah i uku pernah kesini dulu?" Tanya Sean melihat kearah Ayah Sean."Tempat ini miliknya, kami membelinya ketika baru menikah, tetapi setelah ada kamu, dia tidak ingi datang sejauh ini." Jawab Ayah Sean mengangkat kepalanya melihat pemandangan."Di hari ulang tahunmu yang kesebelas, aku berjanji akan membawamu ke ke perkebunan saat cuaca musim semi, tapu itu tidak pernah terjadi." Ayah Sean membalikan pandanganya ke arah Sean dengan wajah bersalah."Maaf." Tambah Ayah Sean."Tapi ini tidak terlalu terlambat." Ayah Sean memegang pundak Sean."Sejujurnya jika kembali keawal, aku masih tidak setuju kalian menikah." Tambah Ayah Sean.Di kejauhan Clara menguping perbincangan Ayah dan anak yang bercengkrama asik."Gadis yang terobsesi dalam lukisan itu memiliki pikiran yang sederhana, aku bukan tidak mempercayai kamu akan menjadi pria yang baik, tapi di dalam kehidupan penuh perasaan, penuh dengan rintangan yang tidak pasti." Ayah Sean menghela nafas panjang."Terutama .... dia sangat m
"Tunggu aku tahu, kalian menginginkan uang, kan! suamiku adalah orang kaya dan ada foto kami di berita! tidakah kamu ingin menghasilkan lebih banyak uang?" Teriak Clara dengan wajah panik."Apa yang di akatakan benar." Laki - laki muda memperlihatkan ponsel di taganya."Hubungi suamimu, 3 miliar, dan kirim bersama dengan 5 miliar untuk anak ini." Ucap laki - laki paruh baya menyodorkan posel ke rah Clara."Halo, sayang... mereka igin 3 miliar dan di transfer ke rekening bersama dengan tebusan anak - anak." Ucap Clara di telefon Sean."Clara, dimana posisi kamu?" Sean menjawab dengan tenang."Ahhhhhh...."Teriak Clara kaget, ponselnya di ambil paksa."Ponsel.....!" Teriak Clara."Swosssss..." Penculik menjambak rambut Clara dengan cepat."Apa maksud dari kata - katamu terakhir?" Teriak penculik masih menjambak rambut Clara dengan kasar."Aku mengatakan kepadanya... harus menyelamatkanku..." Jawab Clara sembari menahan rasa sakit dikepalanya."!" Sean melihat ponselnya dengan kesal."Po
Kamar pengantin. "Sayang, apa yang sedang kamu tulis?" Tanya Clara keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. "Bukankah kita akan menghabiskan bulan madu besuk? aku sedang meyusun rencana perjalanan kita." Jawab Sean menoleh kerah Clara. "Baiklah." Clara duduk di atas tempat tidur. "Srrrruuuuuuurrrr." Suara mesin pengering rambut yang dinyalakan Sean. "Fiuhhhh." Suara rambut Clara yang berkibaran. "Cleguk.." Suara Sean menelan lidah melihat pemandangan dua gunung indah di depanya. "Sudah selesai?" Tanya Clara melihat Sean mematikan mesin pengering rambutnya. "Suamiku..." Sean berjalan maju dan tanpa kata kata terus menindih Clara yang berada di bawahnya. "Muaccchhhh...heeemmmzz...Muaaacch." Sean mencium leher Clara berjalan terus ke bawah hingga area terlarangnya. "AHhhhh...." Tangan Sean yang aktif meraba membuat Clara mengikuti alunan surga dunia. "Ahhhhhh...emmmmsss." Suara desahan Clara yang semakin menjadi. Bandara. CLara berjalan dengan langkah kaki bera
"Mungkin seharusnya Ayah juga harus berfikir bahwa aku sedang menyelamatkan hidupku, dengan begitu kamu bisa merasa baik." Jawab Sean santai."Aku yang tidak perduli dengamu..." Ayah merasa bersalah."Ayah selalu berbicara dengan baik, jika Ayah benar - benar berfikir seperti itu, Ayah tidak akan mempersulit Ayah mertuaku seperti itu." Jawab Sean kembali."Aku melawanya, itu adalah dendam antara aku dan dia, itu tidak ada hubunganya denganmu dan Nona Clara." Ayah menundukan kepalanya."Pernikahan tanpa orang tua sama sekali tidak bagus, jika kamu tidak keberatan kirimkan undangan untuku." Tambah Ayah Sean sembari meneteskan air mata."Ayah tulus?" Jawab Sean dingin tanpa ekspresi." Tentu saja! jika aku membuat masalah, aku akan .. menyuruh Alexi menamparku!" Ayah menjawab dengan nada tinggi, terkejut dengan jawaban Sean yang dingin.Rumah Ayah Clara." Cepat, cepat aku memohoya untuk berpartisipasi, aku akan melihat dia apakah dia dapat menahan diri dan tidak embuat masalah, jika dia
"Tidak ada apa -apa..." Clara menjawab sembari menghela nafas panjang."Masalag toko, aku sudah mencari orang dan menanyakanya." Sean menghapiri istrinya yang terduduk lelah."Aku sudah mengurusnya, jangan khawatri tentang hal ini, dia hanya tidak ingin kita bersama." Sean berjongkok sembari memegang tangan Clara dengan lembut."Dia benar - benar melakukan hal seperti itu untuk memisahkan kita!" Clara menjawab dengan wajah kesal."Jangan membahasnya lagi, tadi weding organizer bertanya kepada kita kontak hadian pernikahan apa yang kita inginkan, kamu bantu aku memilihnya, ya?" Tanya Sean duduk di samping Clara."Menurutmu mana yang lebih bagus?" Sean memperlihatkan gambar di ponselnya."Apakah kamu sudah selesai berlatih sekarang, mengapa kamu marah tidak marah tentang apapun?" Clara clara heran sembari memegang pipi Sean."Ini semua karena dilatih, sayang, aku hampir sekarat dan aku tidak melihatnya menegakan keadilan, apa yang yag kuharapkan?" Sean tersenyum melihat istrinya yang ke
"Setiadaknya kita tahu bahwa Si Breng*ek itu, Mama tiri yang sangat kejam, bahkan dia bisa melakukan hal - hal yang bisa membunuh orang." Sean menghela nafas."Omong kosong! kali ini dia menggunakan racun, lain kali dia mungkin akan memotongmu dengan pisau!" Teriak Clara kesal mendengatr jawabann Sean yang terlalu santai."Kalau begitu aku akan bertanya kepada tuan besar tentang proyek kerjasama rumah sakot yang dibicarakan sebelumnya, dengan begini aku akan memiliki rumah sakit sendiri, aku mungkin tidak perlu mengeluarkan uang lagi jika masuk rumah sakit." Sean kembali menjawab dengan santai."Kamu masih memiliki mood untuk bercanda!" Clara dengan keras memukul - mukul dada Sean."Hahaha, Sudah - sudah , jangan marah lagi, tentu saja aku membencinya, tapi aku tidak ingin kebencian ini mempengaruhi hidupku." Sean tertawa melihat tingkah istrinya."Istriku, kamu lihat, pernikahan kurang dari sebulan lagi." Sean memberlihatkan file di Hpnya."Oh iya perikhan tingga sebulan lagi, bagaim
"...." Vanessa terdiam dengan ekspresi."Polisi aku mnginggat seuatu." Ucap Vanessa sembari menundukan kepala.Keidaman Adiatmaja."Dimana Gery." Tanya mama tiri Sean kepada pelayan. "Gery sedang bersama pelayan, pagi tadi dia mengatakan akan pergi kesekolah, setelah dimarahi olehmu dia tidak nakal lagi." Ucap Pelayan di samping mama tiri yang sedang duduk merias diri."Kamu pergi panggil Gery ke sini, temuka seseorang untuk mngantar Gery kerumah lama orang tuaku, tidak, aku sendiri yang akan mengantarnya, jangan mengatakan kepada siapaun."Dreeet...Dreeett." Suara Hp yang berbunyi."Halo, nyonya polisis mencari anda." Suara hari telefon."Aku mengerti." Jawab Mama tiri singkatKantor polisi. Ruang intrigasi."Nyonya Sean, makan malam keluarga hari itu, saar sebelum dan sesudah pai susu disajikan, apa yang telah kamu lakukan?" Tanya polisi wanita mengintrogasi Mama tiri Sean."Aku melihat para tany sudah tidak menggerakan sendoknya lagi, jadi aku pergi ke dapur , dan memberitahu Vane
"Sean!" Clara berteriak senang dengan mata berkaca - kaca."Kamu mengejutkanku setengah mati." Clara menagis dengan kecang."Istriku, jangan menangis lagi yan , biar kulihat dirimu." Sean menyeka air mata Clara dengan lembut."Hmm, akirnya sudah bisa membuatmu mencicipi rasa kehilangan diriku, dendam lama ini, ahirnya sudah kubalaskan." Tambah Sean menggoda Clara."Kamu ini kenapa begitu pendendam?" Clara membuang muka, berakting marah dengan mengemaskan."Kamu tenang saja, aku pasti akan menangkap orang yang telah memberimu racun itu." Ucap Clara penuh semangat."Clara, kamu pergi dan istirahatlah, aku akan menjaganya disini." Sahut Ayah Sean berjalan masuk keruangan inap, bersama Ayah Sean."Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dan membawakan beberpa pakaian ganti,disini kuserahkan padamu, Ayah." Jawab Clara lega."Apakah kamu yang melakukanya?" Tanya Ayah Clara, sembari menunjuk Sean yang terbaring di tempat tidur."Kamu sudah gila! Bagaimana mungkin aku mencelakai putra kandungku