Share

42. Arawinda Keras Kepala

Arawinda makan dengan lahap makanan yang kini terhidang di hadapannya.

Kaivan pun mengusap bibirnya sebelum berbicara, "Menikmati malam ini?"

"Iya." Arawinda menganggukan kepala tanpa ragu. "Makasih."

"Tidak perlu berterimakasih, kebahagiaan kamu, kebahagiaan saya."

Mendengar perkataan itu, Arawinda pun langsung terbatuk tanpa bisa ditahan-tahan.

"Minum-minum."

Tangan mungil Arawinda menerima gelas dari Kaivan dan meneguk isinya dengan rakus.

"Udah lebih lega? Makannya pelan-pelan, saya enggak akan minta. Punya piring dan menu sendiri."

"Bukan begitu." Arawinda mendengus. Padahal ia kaget mendengar perkataan Kaivan yang sedikit menggetarkan dinding perasannya.

Kebahagiaannya menjadi alasan kebahagiaan bagi orang lain. Arawinda ... merasa terusik. usik yang menyenangkan sekaligus menggelisahkan.

"Makan lagi, abisin yang ada di piring. Ingat kan Arawinda, kalau kamu—"

"Harus menambah berat badan biar ideal." Arawinda menyambung perkataan Kaivan dengan mendelik. "Saya ingat itu dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status