Home / Pernikahan / Menikahi Anak Presdir / 66. Ingatan Itu Datang

Share

66. Ingatan Itu Datang

Author: Resa Anisa
last update Last Updated: 2024-03-09 16:11:32

"Eh." Arawinda keheranan kala mendapatkan buket bunga mawar putih dari manajer umum.

"Hadiah kecil dari saya atas kerja keras Nyonya Arawinda."

"Kenapa harus sebegini?" Arawinda penuh senyum. Tiada yang lebih membahagiakan selain karena, apa yang telah ia kerjakan beberapa waktu terakhir banyak dipuji dan diapresiasi oleh orang lain. Apalagi sampai diberikan bunga begini.

"Bahkan saya rasa, belum cukup memberikan apresiasi untuk semua kerja keras Nyonya. Acara kemarin sukses dan gemerlap karena kerja keras Nyonya Arawinda."

"Terima kasih banyak."

"Sama-sama. Anda akan pergi kemana?"

"Saya turun untuk sarapan."

"Tuan Kaivan?"

"Sudah langsung bertemu dengan Om Gio."

"Ah iya, saya harus menyusul mereka berdua jadi, saya permisi."

"Silahkan," dengan hati dan mood yang lebih baik, Arawinda pun berjalan ke arah restoran hotel. Sesaat dia duduk dan tanpa diminta, semua pegawai langsung siap siaga menghampirinya. Arawinda bertanya menu yang tersedia saat itu sebelum memilih beberapa. Teh hang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikahi Anak Presdir   67. Maafkan Saya

    Arawinda mengigit kuku sembari duduk di tengah pembaringan dengan lutut yang tertekuk. Matanya menatap tembok dan tak lepas dari sana sejak tadi. Mengingat semua kejadian semalam yang sudah ia lewati dengan Kaivan membuat ia tak mempercayai dirinya sendiri lagi. Bagaimana, Arawinda bisa mengeluarkan suara-suara erotis atas setiap sentuhan Kaivan. Bagaimana Arawinda yang seperti orang cabul yang ingin lagi dan lagi memangut bibir sang suami. Menelusuri dan menjambak tubuh Kaivan dengan ekspresi yang memancar menjijikan begitu.Arawinda berteriak tertahan sembari mengacak-acak rambut kepalanya. Ia terlalu malu, sangat amat malu dengan apa yang sudah terjadi.Kaivan sudah melihat tubuhnya. Hampir keseluruhan. Semuanya.Meski ya ... katanya sih, ia dan Kaivan sebelumnya sudah melakukan hal itu. Tapi beda! Kali ini Arawinda mengingat kegilaannya. Tak seperti malam saat ia mabuk dengan Atharya. Ia mengingat sampai tidak sadarkan diri di tempat. Lalu blank setelahnya.Daun pintu kamar nampak

    Last Updated : 2024-03-09
  • Menikahi Anak Presdir   68. Firasat Buruk

    Sesampainya di rumah sakit, Diajeng langsung melakukan prosedur agar Ibu bisa ditindak oleh dokter.Dan dengan cemas Diajeng menunggu tak jauh dari Ibu yang tengah diperiksa. Ah, ia harus memberitahukan Rama. Tapi masalahnya, Rama seringkali tidak membawa ponsel ketika pergi ke kebun.Sembari menarik dan mengembuskan napas panjang, Diajeng mencoba untuk tenang. Ia tak boleh berpikiran negatif. Benar, Ibu hanya sakit biasa. Karena terlalu lelah di kebun dan kurang beristirahat, beliau jadi begitu. Sesaat kemudian, Diajeng pun menganggukkan kepala. Hingga kemudian, dokter akhirnya keluar memberitahukan hal yang cukup membuat Diajeng sedih.Ibu hipertensi yang sudah tidak terkontrol. Hingga ada kemungkinan Ibu gagal ginjal dan stroke ringan sekarang. Bahkan kalau dibiarkan secara terus menerus Ibu bisa saja mengalami serangan jantung.Dan rasanya saat itu dunia Diajeng runtuh. Sebagai anak, ia merasa benar-benar gagal karena tak bisa mengurus Ibu dengan baik. Mengurus seorang wanita yang

    Last Updated : 2024-03-09
  • Menikahi Anak Presdir   69. Ajakan Arawinda

    Arawinda mengikuti langkah cepat Kaivan untuk pergi ke ruang rapat menemui Manager Umum yang kini sudah menunggu mereka di sana. Saat datang, Kaivan langsung duduk di salah satu kursi sedang Arawinda mengisi kursi lain di sampingnya."Dokumen yang saya minta sudah Anda siapkan?""Sudah Tuan Kaivan. Ini laporan kerja operasional hotel, proposal acara tahunan, di tahun-tahun sebelumnya juga di tahun ini. Rating dan peringkat hotel dari berbagai asosiasi terkenal yang menjadi kiblat perbisnisan. Serta data pelanggan tahunan."Kaivan menganggukan kepala puas. Sedang Arawinda hanya bisa menganga melihat apa yang ada di depannya. Berbagai macam dokumen yang nampak tebal sudah ada dan meminta Arawinda baca."Begini." Arawinda mengintrupsi. "Saya gak harus baca semua buku ini kan?""Kamu harus baca semua, Arawinda." Kaivan menaikan bahu. "Ini dasar kamu, agar bisa mengerti dan menjalankan bisnis hotel secara perlahan. Saya dulu juga saat masuk harus membaca semua dokumen ini berhari-hari.""B

    Last Updated : 2024-03-10
  • Menikahi Anak Presdir   70. Ibu Tiada

    Sembari mengigit kuku dan berdiri di depan jendela kamar hotel, Arawinda pun menempelkan ponsel di salah satu telinga. Ia tengah mencoba menelepon Diajeng namun berulang kali, panggilan itu tidak terangkat karenanya, Arawinda pikir, Kaivan harus segera mengetahui kondisi Ibu.Ketika sambungan telepon terakhir Arawinda diabaikan, Arawinda berbalik dan memutuskan untuk mencari Kaivan di luar. Malam sudah menjemput tapi sang suami belum juga kembali. Entah kemana dia sekarang.Saat baru membuka pintu, Arawinda menemui Kaivan yang tengah berjalan ke arah kamarnya."Kenapa?" tanya Kaivan saat mendapati wajah cemas Arawinda. "Kamu lebih baik pulang aja, saya dilarang ngasih tahu ini sama Diajeng, tapi Ibu lagi di rumah sakit sekarang. Katanya, Ibu kena komplikasi dan saya khawatir karena Diajeng enggak angkat telepon-telepon saya."Wajah cerah Kaivan sebelumnya menjadi keruh saat mengetahui hal tersebut."Saya bakalan di sini, ngurusin hotel semampu saya dan mungkin atas arahan Om Gio dan

    Last Updated : 2024-03-10
  • Menikahi Anak Presdir   01. Putri Presdir

    "LEPAS!""LEPAS!""Jangan keras kepala, Arawinda! Saya tidak mengijinkan kamu pergi kemana pun!"Mata bulat Arawinda menatap sinis pada sosok tinggi di hadapannya. Seolah mengobarkan api merah panas, Arawinda, untuk kali ini, mencoba memberanikan diri melawan Kaivan. Suaminya. "Kamu tidak berhak sama sekali mengatur-atur saya!"Arawinda sudah terlalu muak dengan Kaivan. Semenjak menikah, lelaki itu tak membiarkannya keluar satu langkah pun dari rumah. Arawinda diperlakukan seperti seorang tahanan gila yang harus tetap diam di dalam kamar."Ingat? Pernikahan kita terjadi karena kamu menginginkan harta Maheswara Group kan? Jadi cukup jalankan misi kamu dan pergi dari sini," titah Arawinda.Cengkraman jari-jari panjang milik Kaivan semakin erat mengitari pergelangan tangan Arawinda. Ya, Arawinda adalah anak dari Presdir Meheswara Group. Rajendra Maheswara. "Laki-laki murahan dan gila harta seperti kamu, saya betul-betul jijik melihatnya."Dan tanpa aba, Kaivan langsung menarik tangan A

    Last Updated : 2023-12-03
  • Menikahi Anak Presdir   02. Makan Siang

    Pagi-pagi itu, Kaivan duduk di sisi pembaringan Arawinda. Kamarnya sudah berantakan tak terhingga, pecahan kaca ada di mana-mana sehingga Kaivan harus berhati-hati untuk melangkah. Nampak di atas pembaringan sana, tubuh Arawinda yang sangat kurus masih terbaring lelap. Dokter keluarga yang biasanya datang setiap sebulan sekali selalu mengeluhkan tentang berat badan sang istri.Semenjak menikah dengannya, meski makan bersama sesekali di akhir pekan, Arawinda hanya mengambil sedikit dan sepotong buah. Tak jarang bahkan kepala pelayan juga memberikan laporan bahwa Arawinda tak makan sama sekali selama seharian.Kaivan kemudian melihat Arawinda mulai tersadar dari alam mimpi. Kala mata kelamnya dan mata cokelat tua Arawinda saling menatap, gadis itu langsung terbangun dan meloncat jauh dari kasur.Semalam Arawinda sudah melemparnya dengan vas sampai-sampai kepala Kaivan bocor dan harus segera diobati. Jadi mereka tak sempat membicarakan apa-apa."Apa-apaan? Siapa yang memberikan kamu iji

    Last Updated : 2023-12-03
  • Menikahi Anak Presdir   03. Siap Mati

    Saat menjelajahi taman kaca di area belakang rumahnya yang sangat luas, Kaivan menemui Arawinda yang tengah duduk memeluk lutut. Mata cokelat tua gadis itu telaten menatap kupu-kupu yang hinggap di salah satu mawar merah darah yang merekah indah. Mawar adalah bunga kesukaan Arawinda. Saat musimnya, rumah kaca dan halaman di depan akan dipenuhi oleh bunga-bunga mawar berwarna-warni dan cerah. Hari ke hari kelopaknya berjatuhan dan Arawinda, nampak menyukai hal tersebut. Kaivan berjalan lebih dekat, sebelah tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Hari masih terlalu pagi untuk berada di rumah kaca. "Bagaimana?" Mata dengan tatap lembut Arawinda berubah membara panas kala mendengar suara Kaivan. "Apa yang kamu inginkan Arawinda?" Gadis inikah yang harus ia sembuhkan? Gadis lemah, cengeng dan egois? Gadis yang sudah tak memiliki gairah hidup. Sejak dulu. Hanya lebih terlihat dan nampak padam kala dia ada dalam kungkungan hubungan pernikahan bersama Kaivan. Arawinda diam membisu. "

    Last Updated : 2023-12-03
  • Menikahi Anak Presdir   04. Sisi Lain Arawinda

    Arawinda menatap Kaivan yang berjalan di lantai dasar rumah mereka sembari berbincang dengan seorang wanita muda yang baru kali ini ada di pandangannya. Entah siapa sosok itu, hanya saja, nampak Kaivan sangat nyaman berada di dekatnya dan mengobrol begitu leluasa.Tarikan napas dalam terlihat dari Arawinda. Dadanya untuk beberapa saat membusung naik sebelum Arawinda memutuskan untuk masuk ke tempat yang menurutnya aman dari jajahan Kaivan.Sebuah ruangan di lantai tiga rumah yang jarang dikunjungi oleh orang-orang. Ada sebuah kamar berisi banyak sekali bercak-bercak cat, kanvas yang sudah tercoret gambar-gambar dan kanvas-kanvas kosong lain yang nampak menumpuk sebagai persediaan.Arawinda mengambil palet dan menuangkan warna-warni yang dikehendaki di atasnya. Kali ini, Arawinda akan menggunakan teknik goresan ekspresif saat melukis. Dengan begitu, ia bisa bebas mengekspresikan diri, menggunakan apapun untuk menggores indahnya perpaduan warna menggunakan jari, kuas dan benda yang amat

    Last Updated : 2023-12-03

Latest chapter

  • Menikahi Anak Presdir   70. Ibu Tiada

    Sembari mengigit kuku dan berdiri di depan jendela kamar hotel, Arawinda pun menempelkan ponsel di salah satu telinga. Ia tengah mencoba menelepon Diajeng namun berulang kali, panggilan itu tidak terangkat karenanya, Arawinda pikir, Kaivan harus segera mengetahui kondisi Ibu.Ketika sambungan telepon terakhir Arawinda diabaikan, Arawinda berbalik dan memutuskan untuk mencari Kaivan di luar. Malam sudah menjemput tapi sang suami belum juga kembali. Entah kemana dia sekarang.Saat baru membuka pintu, Arawinda menemui Kaivan yang tengah berjalan ke arah kamarnya."Kenapa?" tanya Kaivan saat mendapati wajah cemas Arawinda. "Kamu lebih baik pulang aja, saya dilarang ngasih tahu ini sama Diajeng, tapi Ibu lagi di rumah sakit sekarang. Katanya, Ibu kena komplikasi dan saya khawatir karena Diajeng enggak angkat telepon-telepon saya."Wajah cerah Kaivan sebelumnya menjadi keruh saat mengetahui hal tersebut."Saya bakalan di sini, ngurusin hotel semampu saya dan mungkin atas arahan Om Gio dan

  • Menikahi Anak Presdir   69. Ajakan Arawinda

    Arawinda mengikuti langkah cepat Kaivan untuk pergi ke ruang rapat menemui Manager Umum yang kini sudah menunggu mereka di sana. Saat datang, Kaivan langsung duduk di salah satu kursi sedang Arawinda mengisi kursi lain di sampingnya."Dokumen yang saya minta sudah Anda siapkan?""Sudah Tuan Kaivan. Ini laporan kerja operasional hotel, proposal acara tahunan, di tahun-tahun sebelumnya juga di tahun ini. Rating dan peringkat hotel dari berbagai asosiasi terkenal yang menjadi kiblat perbisnisan. Serta data pelanggan tahunan."Kaivan menganggukan kepala puas. Sedang Arawinda hanya bisa menganga melihat apa yang ada di depannya. Berbagai macam dokumen yang nampak tebal sudah ada dan meminta Arawinda baca."Begini." Arawinda mengintrupsi. "Saya gak harus baca semua buku ini kan?""Kamu harus baca semua, Arawinda." Kaivan menaikan bahu. "Ini dasar kamu, agar bisa mengerti dan menjalankan bisnis hotel secara perlahan. Saya dulu juga saat masuk harus membaca semua dokumen ini berhari-hari.""B

  • Menikahi Anak Presdir   68. Firasat Buruk

    Sesampainya di rumah sakit, Diajeng langsung melakukan prosedur agar Ibu bisa ditindak oleh dokter.Dan dengan cemas Diajeng menunggu tak jauh dari Ibu yang tengah diperiksa. Ah, ia harus memberitahukan Rama. Tapi masalahnya, Rama seringkali tidak membawa ponsel ketika pergi ke kebun.Sembari menarik dan mengembuskan napas panjang, Diajeng mencoba untuk tenang. Ia tak boleh berpikiran negatif. Benar, Ibu hanya sakit biasa. Karena terlalu lelah di kebun dan kurang beristirahat, beliau jadi begitu. Sesaat kemudian, Diajeng pun menganggukkan kepala. Hingga kemudian, dokter akhirnya keluar memberitahukan hal yang cukup membuat Diajeng sedih.Ibu hipertensi yang sudah tidak terkontrol. Hingga ada kemungkinan Ibu gagal ginjal dan stroke ringan sekarang. Bahkan kalau dibiarkan secara terus menerus Ibu bisa saja mengalami serangan jantung.Dan rasanya saat itu dunia Diajeng runtuh. Sebagai anak, ia merasa benar-benar gagal karena tak bisa mengurus Ibu dengan baik. Mengurus seorang wanita yang

  • Menikahi Anak Presdir   67. Maafkan Saya

    Arawinda mengigit kuku sembari duduk di tengah pembaringan dengan lutut yang tertekuk. Matanya menatap tembok dan tak lepas dari sana sejak tadi. Mengingat semua kejadian semalam yang sudah ia lewati dengan Kaivan membuat ia tak mempercayai dirinya sendiri lagi. Bagaimana, Arawinda bisa mengeluarkan suara-suara erotis atas setiap sentuhan Kaivan. Bagaimana Arawinda yang seperti orang cabul yang ingin lagi dan lagi memangut bibir sang suami. Menelusuri dan menjambak tubuh Kaivan dengan ekspresi yang memancar menjijikan begitu.Arawinda berteriak tertahan sembari mengacak-acak rambut kepalanya. Ia terlalu malu, sangat amat malu dengan apa yang sudah terjadi.Kaivan sudah melihat tubuhnya. Hampir keseluruhan. Semuanya.Meski ya ... katanya sih, ia dan Kaivan sebelumnya sudah melakukan hal itu. Tapi beda! Kali ini Arawinda mengingat kegilaannya. Tak seperti malam saat ia mabuk dengan Atharya. Ia mengingat sampai tidak sadarkan diri di tempat. Lalu blank setelahnya.Daun pintu kamar nampak

  • Menikahi Anak Presdir   66. Ingatan Itu Datang

    "Eh." Arawinda keheranan kala mendapatkan buket bunga mawar putih dari manajer umum."Hadiah kecil dari saya atas kerja keras Nyonya Arawinda.""Kenapa harus sebegini?" Arawinda penuh senyum. Tiada yang lebih membahagiakan selain karena, apa yang telah ia kerjakan beberapa waktu terakhir banyak dipuji dan diapresiasi oleh orang lain. Apalagi sampai diberikan bunga begini."Bahkan saya rasa, belum cukup memberikan apresiasi untuk semua kerja keras Nyonya. Acara kemarin sukses dan gemerlap karena kerja keras Nyonya Arawinda.""Terima kasih banyak.""Sama-sama. Anda akan pergi kemana?""Saya turun untuk sarapan.""Tuan Kaivan?""Sudah langsung bertemu dengan Om Gio.""Ah iya, saya harus menyusul mereka berdua jadi, saya permisi.""Silahkan," dengan hati dan mood yang lebih baik, Arawinda pun berjalan ke arah restoran hotel. Sesaat dia duduk dan tanpa diminta, semua pegawai langsung siap siaga menghampirinya. Arawinda bertanya menu yang tersedia saat itu sebelum memilih beberapa. Teh hang

  • Menikahi Anak Presdir   65. Malam Bersama Kaivan

    Kaivan mengembuskan napas saat Arawinda menjambak kembali rambut kepalanya entah untuk yang keberapa kali sembari menyerocos tak jelas."Pokoknya aku tuuuu benci banget banget sama Kaivan.""Iya, iyaaaa.""Dia nyuruh ini-itu ini-itu kayak bos aja. Padahal siaaaapa?" Arawinda sedikit mengeraskan tekanan suaranya di akhir kalimat. "Siapa pemilik dari hotel ini?!"Gio dan Kaivan secara bersamaan melihat Arawinda yang menepuk dadanya sendiri. "Akuuuuu!"Dan entah kenapa melihat tingkah itu, dua laki-laki itu malah tertawa.Di sisi lain Arawinda yang sudah hampir tak sadarkan diri mendorong kepala Kaivan sekenanya. "Aduh capek banget.""Kalau gitu kamu tidur dan istirahat aja sekarang," perintah Gio."Tapi yaaa!" Arawinda belum selesai berbicara ternyata. Kedua tangan kecilnya hinggap di rahang tegas Kaivan. "Untung dia ganteng banget. Jadi setidaknya walaupun nyebelin seenggaknya dia ganteng. Dan setidaknya, my first kiss—dskskskahdg."Kata yang selanjutnya keluar dari mulut Arawinda terde

  • Menikahi Anak Presdir   64. Kesuksesan Pesta

    Mendengar dari Zia bahwa kini Arawinda tengah menghadapi sosok Agra Atmadeva yang tengah mengamuk di depannya, Kaivan langsung berlari menghampiri sang istri sekuat tenaga."Gadis bodoh, tidak berpendidikan, penyakitan! Lihat saja, banyak kolega yang tidak akan mau bergabung dengan Maheswara lagi.""Ya sudah, tinggal dilihat kalau begitu." Arawinda kembali menyuapkan sesuatu ke dalam mulutnya."Jangan hina istri saya." Kaivan datang dengan suara dinginnya. "Silahkan Anda pergi dari sini. Kita bicarakan baik-baik nanti.""Bicara baik-baik? Saya bahkan tidak sudi."Kaivan tahu bahwa setelah ini, hubungannya dengan Agra Atmadeva akan memasuki babak yang sangat memanas. Tapi, demi apapun, Kaivan tidak merasa gentar. Karena kini ia mempunyai penopang yang kuat. Perusahaan dengan citra baik, orang-orang berkuasa dan cerdas serta sang istri."Lalu apa yang Anda inginkan dengan membuat keributan begini?" tanya Kaivan. "Sikap Anda yang baru saja menghina istri saya dengan tidak senonoh akan te

  • Menikahi Anak Presdir   63. Amukan Atmadeva

    Arawinda menatap Kaivan yang kini berdiri di atas panggung mempresentasikan gelaran proyek besar yang akan dilakukan oleh Maheswari Group ke depannya. Beberapa orang yang sudah ikut bergabung dalam proyek tersebut disebutkan secara gamblang oleh Kaivan, berterimakasih karena sudah banyak membantu mewujudkan rencana dan keinginan dari perkembangan bisnis Maheswara. Tak hanya itu, sepertinya, setelah mendengar apa yang bisa mereka dapat dari ikut pada proyek ini, banyak kolega-kolega yang akhirnya tertarik. Untuk berinvestasi atau malah membeli apa yang Kaivan tawarkan."Pantas saja Pak Rajendra menjadikan Kaivan taring terdepan bagi Maheswara Group. Cara memimpinnya sangat luar biasa. Dia juga mencoba mengembangkan perusahaan ke ranah lain yang lebih besar."Dengan jelas Arawinda bisa mendengar pembicaraan sosok yang duduk tidak jauh di sampingnya.Gio yang kemudian menjawab. "Dia memang anak yang hebat, anak yang sangat cerdas. Dan sebagai seorang pembisnis sejati, Pak Rajendra tahu d

  • Menikahi Anak Presdir   62. Acara Dimulai

    "Gak bisa tidur ya?"Arawinda merasakan elusan lembut di kepalanya. "Iya.""Mau saya pijet?""Kenapa?""Biar kamu bisa tenang dan tidur. Besok acara besar. Kamu harus banyak beristirahat," ujar Kaivan. Kini mereka berdua tengah berada di kamar hotel. Hari berganti malam, Arawinda nampaknya gelisah. Meski sudah dipersiapkan sematang mungkin, tetap ada peluang tentang apa saja yang bisa terjadi besok hari. Kaivan tahu hal tersebut. Terlebih beberapa pihak yang akhirnya tidak diundang dalam pesta rutin tahunan ini mulai menunjukkan sikap menyebalkan mereka. Apalagi Atmadeva Group. Mereka mulai menyebarkan fitnah-fitnah dan ucapan-ucapan tidak benar pada beberapa rekan bisnis.Dunia perhotelan sebenarnya memiliki lingkup yang kecil. Mereka akan memiliki rekan yang itu lagi dan lagi. Saling kenal satu sama lain.Dan untung saja, karena reputasi Maheswara Group selalu baik sejak dulu. Alih-alih ikut membenci dan menyalahkan, justru orang-orang yang mencoba dihasut oleh Atmadeva Group malah

DMCA.com Protection Status