Share

48. Rumah Mertua

Penulis: Resa Anisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 19:09:50

Arawinda asik mencabuti wortel dari dalam tanah. Gadis itu nampak kesenangan sendiri bisa bermain di kebun. Tangannya kotor, di wajah gadis itu ada seoles tanah, keringat mengucur di pelipisnya. Wajah gadis itu semakin matang dari waktu ke waktu.

"Udah ayo pulang!"

"Bentar lagi!"

"Udah toh, biarin aja dia main kayak gitu. Jarang juga kan Arawinda main di kebun. Lagi anteng itu."

Kaivan melirik sang Ibu yang malah membela Arawinda yang asik sendiri seperti anak kecil.

Jiwa-jiwa marah Kaivan hampir saja keluar melihat tingkah sang istri.

"Tapi dia cabutin wortel sama ambilin sayuran yang lain Bu!"

"Lah kan itu bagus, bantu-bantu para pekerja sini."

"Ya ampun, Kaivan aja kadang enggak Ibu ijinin buat acak-acakin kebun. Ini Arawinda malah dibiarin semena-mena."

"Gak apa-apa, kan dari kecil dia enggak bisa kayak gini. Kalau kamu dari kecil udah nakal tahu."

"Enggak Bu. Kalau enggak dibawa ke rumah, nanti dia makin menjadi-jadi main di kebunnya."

"Ih ada jamuuuur!"

"BERACUN!" kata Kaivan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Anak Presdir   49. Kamar Kaivan

    "Saya enggak yakin kamu bisa tidur di kamar saya yang begitu."Arawinda yang saat itu tengah menggigil karena suhu pedesaan ternyata sangat sejuk pun menoleh pada sang suami. Malam sudah menjemput, bulan tengah menggantikan posisi matahari di langit. Memantulkan cahaya indah yang bisa dilihat dengan nyaman dengan mata kepala. Mengantarkan ketenangan dan kemanjaan bagi setiap insan yang melihatnya."Kenapa memangnya?""Tidak seperti di rumah atau di hotel, tidak ada AC, tidak memakai bed cover yang halus dan dingin, kasurnya pun tidak terlalu empuk."Arawinda mendengus. "Begini ya, di udara malam yang dingin memang siapa yang butuh AC? Dan masalah kenyamanan, saya tidak masalah sama sekali, sedari tadi, saya sudah beristirahat di kamar kamu dan aman-aman saja.""Ini rumah peninggalan buyut saya. Saat kami dulu merintis dan akhirnya mempunyai uang lebih, kami sempat membeli rumah baru. Tapi ya begitu, setelah semuanya hilang, hanya ini tempat kami kembali.""Kalau begitu, rumah ini suda

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Menikahi Anak Presdir   50. Suasana Desa

    "Nduk kok udah bangun jam segini?" tanya Gendhis pada Kaivan yang tiba-tiba saja ada di sampingnya. Merangkul manja dan menyandarkan kepala dan nampak masih terkantuk-kantuk. "Berisik ya? Ibu lagi mau masak.""Enggak kok Bu, Kaivan emang sengaja bangun jam segini. Pengen bantu dan berduaan sama Ibu. Dari kemarin Kaivan kan enggak punya waktu. Pun karena lagi ada di rumah, jarang banget Kaivan begini.""Yo wes kalau begitu." Gendhis tersenyum. "Istrimu tidur nyenyak?""Nyenyak banget dia Bu. Sampai mangap-mangap."Mau tak mau membayangkan Arawinda yang selalu cantik dan anggun tidur dengan mulut yang terbuka membuat Gendhis tertawa. "Syukur deh kalau begitu, kamu tidur seranjang sama dia?"Kaivan melirik sang ibu yang tiba-tiba bertanya hal demikian dengan aneh. "Menurut Ibu gimana?""Seranjang?"Agak malu sebenarnya mengakui hal ini, tapi Kaivan pun menganggukan kepala."La wajar kan, namanya juga suami-istri." Gendhis terkekeh. "Tapi aneh ya? Sekarang Arawinda lebih ceria, lebih lepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Menikahi Anak Presdir   51. Pulang

    "Ya ampun Mbak, gimana? Ada yang sakit? Aduh maaf banget aku ngetawian abisnya Mbak lucu mana kelihatan polos banget lagi." Bahkan kini, Diajeng masih belum bisa berhenti tertawa melihat bagaimana keadaan Arawinda yang mengenaskan namun tetap saja, lucu sekali. "Kenapa bisa jatuh begini sih?""Kekencengan tadi ngayuh sepedanya. Jadi enggak sengaja." Arawinda mencebik, hampir menangis. Andai saja ia tidak malu pada Diajeng, mungkin memang sekarang ia sudah menangis. "Ayo pulang, saya enggak mau dilihatin sama orang-orang.""Yaudah ayo pulang, sepedanya kita tuntun aja, kita lahir ya Mbak."Arawinda menganggukan kepala dan mengikuti arahan Diajeng, keduanya segera berlari di jalanan. Lumpur-lumpur berbekas dari tapak kaki dan gerakan tubuh Arawinda. Ia tak mengerti, tapi pengamalan ini adalah yang terburuk baginya. Terburuk, unik dan sedikit menyenangkan.Kapan lagi ia bisa tercebur di pesawahan yang sangat kotor dan penuh dengan tanah becek seperti tadi?"Enggak capek kan Mbak?""Engg

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Menikahi Anak Presdir   52. Istirahat

    Sampai di Jakarta menjelang sore hari, Kaivan langsung mengarahkan mobil ke hotel. Karena sore ini, ia akan langsung pergi ke lapangan. Melihat pembangunan untuk kawasan elit yang sudah ia rencanakan sejak lama. Sesaat, kala turun dari mobil, ia mendapat sambutan secara langsung dari Gio dan manager hotel yang sudah tak ia temui lima hari terakhir."Selamat datang kembali Tuan Kaivan dan Nyonya Arawinda.""Terimakasih." Kaivan mengangguk penuh wibawa. "Apa kabar kalian berdua?""Kami baik di sini.""Saya akan membantu Arawinda untuk beristirahat di kamar. Sebelum kita berbicara di ruang rapat."Gio langsung tersenyum kecut, ia pikir Kaivan juga akan ikut beristirahat, ternyata ia salah besar. Lelaki itu malah akan langsung bekerja dan akan meminta laporan beberapa hari terakhir pasti."Baik, akan kami siapkan ruang rapatnya." Manager Umum menjawab sopan.Arawinda berjalan lemas di sisi Kaivan menuju ke arah lift. "Kamu mau langsung bekerja.""Saya tidak bisa membuang waktu lebih banya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Menikahi Anak Presdir   53. Jangan Tinggalkan Saya

    "Ini terdengar sebagai kabar yang sangat baik dan sangat bagus. Kita bisa bertemu dengan pihak-pihak itu. Tapi, saya akan melakukan penyelidikan mendalam tentang semua ini. Jadi, saya akan memberitahukan jadwal pertemuan. setelah semuanya di pastikan. Kita tahu, bahwa kita tidak bisa sembarangan mempercayai orang-orang. Saya takut ada yang mengecoh dan yang lebih menakutkan adalah, bagaimana jika saya yang terkecoh nanti?" Kaivan melirik Gio sembari menganggukan kepala. "Tolong beri saya data tentang siapa saja orang-orang itu, saya ingin membahas dan membawanya lebih jauh. Pembahasan selanjutnya apa?""Kami akan mengosongkan gedung sayap kanan lantai sepuluh untuk perombakan karena ada beberapa hal yang membuat pengunjung tidak nyaman.""Berapa hari?""Dua hari.""Saya akan cek langsung hari ini selepas pulang dari proyek pembangunan." Kaivan mencatat di buku kecilnya. "Lalu selanjutnya?""Untuk penggantian chandelier di master room, Anda menghubungi pengerajin terkenal untuk membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Menikahi Anak Presdir   54. Menerima Perasaan

    Malam itu sepi senyap, keadaan kamar masih gelap, hanya ada sinar dari luar yang menusuk-nusuk melalui jendela. Memberikan sedikit cahaya lembut yang terjatuh di lantai. Kaivan menatap Arawinda yang lelap dalam tidur. Kedua tangan gadis itu melilitnya erat, erat sekali, hingga tak ada sedikitpun jarak di antara mereka. Kaivan bisa merasakan dada Arawinda yang bergerak naik turun saat bernapas. Ia bisa merasakan langsung panas tubuh gadis itu yang kini masih demam.Bukannya ingin melepaskan diri, Kaivan malah merasa terikat dalam rasa nyaman. Ada yang berkecamuk di dadanya. Saat Arawinda meminta jarak kemarin, ia seolah kehilangan sesuatu. Namun tadi, saat Arawinda meminta Kaivan untuk tidak pergi dan meninggalkannya, dunia seakan berubah. Tidak sekelam sebelumnya.Jadi, apa benar apa yang dikatakan orang-orang kepadanya?Apa Kaivan terlalu naif dan bodoh karena berusaha membodohi dirinya sendiri akan perasaan yang sebenarnya sudah bersarang?Perasaan yang jika memang benar, Kaivan aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Menikahi Anak Presdir   55. Kecurigaan Arawinda

    Arawinda tengah melihat jam yang sebelumnya sudah ia dan Kaivan pilih untuk souvernir di pesta. Ia tersenyum kecil kala mendapati ternyata ini memang sesuai seleranya. Indah, elegan dan sederhana."Saya lihat di banding dengan series yang lain, jam ini stocknya lebih banyak ya? Bisa seratus lima belas untuk jam tangan pria dan seratus lima belas untuk jam tangan wanita?""Seratus lima belas ya Bu.""Iya betul sekali.""Karena undangan mereka sebar ke seratus tiga orang, beserta pasangan. Yang lain untuk berjaga-jaga jika ada situasi yang tidak diinginkan.""Baik kami akan siapkan barang tersebut.""Saya boleh melihat-lihat sebentar?" "Silahkan."Arawinda bergerak menatap jam tangan yang nampak indah dan ekslusif di toko kenamaan ini. Matanya bergerilya ke sana ke mari sebelum kemudian, tertahan oleh satu buah jam tangan yang entah kenapa, menurutnya akan sangat cocok jika dipakai oleh Kaivan.Lagi pula kalau diingat-ingat, selama ini Kaivan hanya mengenakan satu jam yang sama. Itu da

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Menikahi Anak Presdir   56. Terimakasih, Arawinda

    Saat terbangun sore itu di halaman belakang rumah, Arawinda sadar bahwa ada selimut kotak-kotak yang menutupi tubuhnya, belum lagi, ada bantal nyaman yang empuk di belakang kepala. Saat menggulirkan bola mata, ia menemui Kaivan yang tengah memegang gelas tengah menatap ke arahnya sembari tersenyum."Sudah lebih baik? Saya khawatir dengan keadaan kamu seharian ini."Arawinda menganggukan kepala. "Kondisi saya sudah lebih baik kok.""Urusannya bagaimana? Berjalan lancar?""Begitulah." Dengan agak susah payah karena lemas, Arawinda mencoba membangunkan tubuhnya. "Saya enggak menyangka kalau kamu akan pulang sore begini.""Saya menyelesaikan pekerjaan lebih cepat." Kaivan melewatkan makan siang dan tam beristirahat sedetikpun tadi. Sampai Gio kewalahan sendiri dengan jadwal kerjanya yang tidak berhenti dan seperti robot yang tak kenal lelah."Pantas saja.""Saya sendiri sudah di sini sekitar lima belas menit." "Kenapa tidak membangunkan saya?" tanya Arawinda sembari mengambil gelas air p

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21

Bab terbaru

  • Menikahi Anak Presdir   70. Ibu Tiada

    Sembari mengigit kuku dan berdiri di depan jendela kamar hotel, Arawinda pun menempelkan ponsel di salah satu telinga. Ia tengah mencoba menelepon Diajeng namun berulang kali, panggilan itu tidak terangkat karenanya, Arawinda pikir, Kaivan harus segera mengetahui kondisi Ibu.Ketika sambungan telepon terakhir Arawinda diabaikan, Arawinda berbalik dan memutuskan untuk mencari Kaivan di luar. Malam sudah menjemput tapi sang suami belum juga kembali. Entah kemana dia sekarang.Saat baru membuka pintu, Arawinda menemui Kaivan yang tengah berjalan ke arah kamarnya."Kenapa?" tanya Kaivan saat mendapati wajah cemas Arawinda. "Kamu lebih baik pulang aja, saya dilarang ngasih tahu ini sama Diajeng, tapi Ibu lagi di rumah sakit sekarang. Katanya, Ibu kena komplikasi dan saya khawatir karena Diajeng enggak angkat telepon-telepon saya."Wajah cerah Kaivan sebelumnya menjadi keruh saat mengetahui hal tersebut."Saya bakalan di sini, ngurusin hotel semampu saya dan mungkin atas arahan Om Gio dan

  • Menikahi Anak Presdir   69. Ajakan Arawinda

    Arawinda mengikuti langkah cepat Kaivan untuk pergi ke ruang rapat menemui Manager Umum yang kini sudah menunggu mereka di sana. Saat datang, Kaivan langsung duduk di salah satu kursi sedang Arawinda mengisi kursi lain di sampingnya."Dokumen yang saya minta sudah Anda siapkan?""Sudah Tuan Kaivan. Ini laporan kerja operasional hotel, proposal acara tahunan, di tahun-tahun sebelumnya juga di tahun ini. Rating dan peringkat hotel dari berbagai asosiasi terkenal yang menjadi kiblat perbisnisan. Serta data pelanggan tahunan."Kaivan menganggukan kepala puas. Sedang Arawinda hanya bisa menganga melihat apa yang ada di depannya. Berbagai macam dokumen yang nampak tebal sudah ada dan meminta Arawinda baca."Begini." Arawinda mengintrupsi. "Saya gak harus baca semua buku ini kan?""Kamu harus baca semua, Arawinda." Kaivan menaikan bahu. "Ini dasar kamu, agar bisa mengerti dan menjalankan bisnis hotel secara perlahan. Saya dulu juga saat masuk harus membaca semua dokumen ini berhari-hari.""B

  • Menikahi Anak Presdir   68. Firasat Buruk

    Sesampainya di rumah sakit, Diajeng langsung melakukan prosedur agar Ibu bisa ditindak oleh dokter.Dan dengan cemas Diajeng menunggu tak jauh dari Ibu yang tengah diperiksa. Ah, ia harus memberitahukan Rama. Tapi masalahnya, Rama seringkali tidak membawa ponsel ketika pergi ke kebun.Sembari menarik dan mengembuskan napas panjang, Diajeng mencoba untuk tenang. Ia tak boleh berpikiran negatif. Benar, Ibu hanya sakit biasa. Karena terlalu lelah di kebun dan kurang beristirahat, beliau jadi begitu. Sesaat kemudian, Diajeng pun menganggukkan kepala. Hingga kemudian, dokter akhirnya keluar memberitahukan hal yang cukup membuat Diajeng sedih.Ibu hipertensi yang sudah tidak terkontrol. Hingga ada kemungkinan Ibu gagal ginjal dan stroke ringan sekarang. Bahkan kalau dibiarkan secara terus menerus Ibu bisa saja mengalami serangan jantung.Dan rasanya saat itu dunia Diajeng runtuh. Sebagai anak, ia merasa benar-benar gagal karena tak bisa mengurus Ibu dengan baik. Mengurus seorang wanita yang

  • Menikahi Anak Presdir   67. Maafkan Saya

    Arawinda mengigit kuku sembari duduk di tengah pembaringan dengan lutut yang tertekuk. Matanya menatap tembok dan tak lepas dari sana sejak tadi. Mengingat semua kejadian semalam yang sudah ia lewati dengan Kaivan membuat ia tak mempercayai dirinya sendiri lagi. Bagaimana, Arawinda bisa mengeluarkan suara-suara erotis atas setiap sentuhan Kaivan. Bagaimana Arawinda yang seperti orang cabul yang ingin lagi dan lagi memangut bibir sang suami. Menelusuri dan menjambak tubuh Kaivan dengan ekspresi yang memancar menjijikan begitu.Arawinda berteriak tertahan sembari mengacak-acak rambut kepalanya. Ia terlalu malu, sangat amat malu dengan apa yang sudah terjadi.Kaivan sudah melihat tubuhnya. Hampir keseluruhan. Semuanya.Meski ya ... katanya sih, ia dan Kaivan sebelumnya sudah melakukan hal itu. Tapi beda! Kali ini Arawinda mengingat kegilaannya. Tak seperti malam saat ia mabuk dengan Atharya. Ia mengingat sampai tidak sadarkan diri di tempat. Lalu blank setelahnya.Daun pintu kamar nampak

  • Menikahi Anak Presdir   66. Ingatan Itu Datang

    "Eh." Arawinda keheranan kala mendapatkan buket bunga mawar putih dari manajer umum."Hadiah kecil dari saya atas kerja keras Nyonya Arawinda.""Kenapa harus sebegini?" Arawinda penuh senyum. Tiada yang lebih membahagiakan selain karena, apa yang telah ia kerjakan beberapa waktu terakhir banyak dipuji dan diapresiasi oleh orang lain. Apalagi sampai diberikan bunga begini."Bahkan saya rasa, belum cukup memberikan apresiasi untuk semua kerja keras Nyonya. Acara kemarin sukses dan gemerlap karena kerja keras Nyonya Arawinda.""Terima kasih banyak.""Sama-sama. Anda akan pergi kemana?""Saya turun untuk sarapan.""Tuan Kaivan?""Sudah langsung bertemu dengan Om Gio.""Ah iya, saya harus menyusul mereka berdua jadi, saya permisi.""Silahkan," dengan hati dan mood yang lebih baik, Arawinda pun berjalan ke arah restoran hotel. Sesaat dia duduk dan tanpa diminta, semua pegawai langsung siap siaga menghampirinya. Arawinda bertanya menu yang tersedia saat itu sebelum memilih beberapa. Teh hang

  • Menikahi Anak Presdir   65. Malam Bersama Kaivan

    Kaivan mengembuskan napas saat Arawinda menjambak kembali rambut kepalanya entah untuk yang keberapa kali sembari menyerocos tak jelas."Pokoknya aku tuuuu benci banget banget sama Kaivan.""Iya, iyaaaa.""Dia nyuruh ini-itu ini-itu kayak bos aja. Padahal siaaaapa?" Arawinda sedikit mengeraskan tekanan suaranya di akhir kalimat. "Siapa pemilik dari hotel ini?!"Gio dan Kaivan secara bersamaan melihat Arawinda yang menepuk dadanya sendiri. "Akuuuuu!"Dan entah kenapa melihat tingkah itu, dua laki-laki itu malah tertawa.Di sisi lain Arawinda yang sudah hampir tak sadarkan diri mendorong kepala Kaivan sekenanya. "Aduh capek banget.""Kalau gitu kamu tidur dan istirahat aja sekarang," perintah Gio."Tapi yaaa!" Arawinda belum selesai berbicara ternyata. Kedua tangan kecilnya hinggap di rahang tegas Kaivan. "Untung dia ganteng banget. Jadi setidaknya walaupun nyebelin seenggaknya dia ganteng. Dan setidaknya, my first kiss—dskskskahdg."Kata yang selanjutnya keluar dari mulut Arawinda terde

  • Menikahi Anak Presdir   64. Kesuksesan Pesta

    Mendengar dari Zia bahwa kini Arawinda tengah menghadapi sosok Agra Atmadeva yang tengah mengamuk di depannya, Kaivan langsung berlari menghampiri sang istri sekuat tenaga."Gadis bodoh, tidak berpendidikan, penyakitan! Lihat saja, banyak kolega yang tidak akan mau bergabung dengan Maheswara lagi.""Ya sudah, tinggal dilihat kalau begitu." Arawinda kembali menyuapkan sesuatu ke dalam mulutnya."Jangan hina istri saya." Kaivan datang dengan suara dinginnya. "Silahkan Anda pergi dari sini. Kita bicarakan baik-baik nanti.""Bicara baik-baik? Saya bahkan tidak sudi."Kaivan tahu bahwa setelah ini, hubungannya dengan Agra Atmadeva akan memasuki babak yang sangat memanas. Tapi, demi apapun, Kaivan tidak merasa gentar. Karena kini ia mempunyai penopang yang kuat. Perusahaan dengan citra baik, orang-orang berkuasa dan cerdas serta sang istri."Lalu apa yang Anda inginkan dengan membuat keributan begini?" tanya Kaivan. "Sikap Anda yang baru saja menghina istri saya dengan tidak senonoh akan te

  • Menikahi Anak Presdir   63. Amukan Atmadeva

    Arawinda menatap Kaivan yang kini berdiri di atas panggung mempresentasikan gelaran proyek besar yang akan dilakukan oleh Maheswari Group ke depannya. Beberapa orang yang sudah ikut bergabung dalam proyek tersebut disebutkan secara gamblang oleh Kaivan, berterimakasih karena sudah banyak membantu mewujudkan rencana dan keinginan dari perkembangan bisnis Maheswara. Tak hanya itu, sepertinya, setelah mendengar apa yang bisa mereka dapat dari ikut pada proyek ini, banyak kolega-kolega yang akhirnya tertarik. Untuk berinvestasi atau malah membeli apa yang Kaivan tawarkan."Pantas saja Pak Rajendra menjadikan Kaivan taring terdepan bagi Maheswara Group. Cara memimpinnya sangat luar biasa. Dia juga mencoba mengembangkan perusahaan ke ranah lain yang lebih besar."Dengan jelas Arawinda bisa mendengar pembicaraan sosok yang duduk tidak jauh di sampingnya.Gio yang kemudian menjawab. "Dia memang anak yang hebat, anak yang sangat cerdas. Dan sebagai seorang pembisnis sejati, Pak Rajendra tahu d

  • Menikahi Anak Presdir   62. Acara Dimulai

    "Gak bisa tidur ya?"Arawinda merasakan elusan lembut di kepalanya. "Iya.""Mau saya pijet?""Kenapa?""Biar kamu bisa tenang dan tidur. Besok acara besar. Kamu harus banyak beristirahat," ujar Kaivan. Kini mereka berdua tengah berada di kamar hotel. Hari berganti malam, Arawinda nampaknya gelisah. Meski sudah dipersiapkan sematang mungkin, tetap ada peluang tentang apa saja yang bisa terjadi besok hari. Kaivan tahu hal tersebut. Terlebih beberapa pihak yang akhirnya tidak diundang dalam pesta rutin tahunan ini mulai menunjukkan sikap menyebalkan mereka. Apalagi Atmadeva Group. Mereka mulai menyebarkan fitnah-fitnah dan ucapan-ucapan tidak benar pada beberapa rekan bisnis.Dunia perhotelan sebenarnya memiliki lingkup yang kecil. Mereka akan memiliki rekan yang itu lagi dan lagi. Saling kenal satu sama lain.Dan untung saja, karena reputasi Maheswara Group selalu baik sejak dulu. Alih-alih ikut membenci dan menyalahkan, justru orang-orang yang mencoba dihasut oleh Atmadeva Group malah

DMCA.com Protection Status