Share

44. Jangan Geer

"Kenapa muka kamu tiba-tiba pucat begitu, Arawinda?" bisik Kaivan sembari memperhatikan Arawinda. Kini mereka tengah makan siang bersama tiga orang lain yang harus mereka undang, karena jaraknya berdekatan, jadi mereka memutuskan untuk bertemu di salah satu restoran privat.

Arawinda menggelengkan kepala, sebelah tangannya memegangi perut. "Enggak tahu."

"Kamu capek? Sakit?" tanya Kaivan sembari sigap mengambil air putih.

Arawinda merasa kesakitan. Amat sangat sakit di bagian perut. Entah apa ia datang bulan atau bagaimana hanya saja, rasanya tidak nyaman.

"Dimunum dulu." Kaivan perhatian, membantu Arawinda untuk minum dengan pelan.

"Kenapa Arawinda?"

Salah seorang paruh baya yang hadir menanyakan.

Arawinda mencoba terlihat baik-baik saja. "Saya enggak kenapa-kenapa kok. Cuma haus, makanya suami bantu saya untuk minum."

Kaivan menganggukan kepala. Setelah menyimpan segelas air di meja, diam-diam ia memegang tangan Arawinda. Khawatir.

"Kalau begitu, kami sangat berterimakasih atas un
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status