Share

Bab 207 Takut Nyasar

"Ada yang lucu?" tanyaku seraya menatapnya.

"Enggak, enggak ada yang lucu, kok. Maaf. Warung kopi juga bagus, kok. Sama-sama usaha, kan?" Reyhan berujar ragu-ragu. Dia takut menyinggungku, padahal aku sama sekali tidak tersinggung.

"Terus gimana? Mau bantuin, gak?"

"Mau. Tenang saja, nanti aku akan cari tempat yang bagus dan strategis untuk warung kopinya. Eh, kafe maksudku," ujar Reyhan dengan sisa tawa di bibirnya.

Ah, seandainya saja Mas Raffi semenyenangkan Reyhan, mungkin sekarang ini aku berdiskusi dengan dia, bukan dengan orang lain yang menjelma seperti malaikat penolong.

Namun, sayangnya suamiku lebih sibuk dengan dunianya dan tidak sama sekali memberikanku kesempatan untuk mengembangkan diri di bidang usaha. Bekerja pun harus di bawah naungan Mama.

Beberapa saat perjalanan, kami sampai di tempat tujuan. Kali ini tempat bermain yang menyatu dengan toko mainan itu terlihat penuh.

Aku sampai ragu untuk masuk karena tidak nyaman berada satu tempat dengan orang banyak.

"K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status