Share

Bab 215 Hilang Akal

Author: Pena_yuni
last update Last Updated: 2023-04-30 10:19:59

"Hey! Liat apa, sih?"

Aku berdehem seraya membernarkan kerudung yang aku yakini masih rapi.

Senyum aku berikan pada Reyhan yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku. Entahlah kapan dia datang, aku tidak menyadarinya.

"Kenapa bengong?" tanya Reyhan lagi.

"Enggak," kataku gugup. "Siapa juga yang bengong. Aku lagi lihat-lihat sekitar aja."

"Bohong banget. Tadi aku bicara panjang lebar, loh. Coba sekarang kamu katakan apa yang aku ucapkan tadi."

Aku meneguk ludah dengan kasar seraya menatap Reyhan yang menaikkan kedua alisnya.

Dengan pelan, kepala aku gelengkan sebagai jawaban.

"Kan ... emang kamu ngelamun, Ra. Mikirin apa, sih? Sampai-sampai aku bicara enggak direspon sama sekali. Kenapa?"

"Enggak apa-apa, Rey. Aku ... aku hanya sedikit ngantuk, nih." Lagi-lagi aku berbohong.

Padahal, sebenarnya aku memang tidak menyadari keberadaan Reyhan, karena fokus pada mobil yang melaju pelan setelah beberapa saat berhenti di samping mobil Reyhan.

Bukan saking bagusnya kendaraan tersebut yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Zakiya Paundra
ayo ra tanyain sama si belang siapa tau ketumpahan kopi lagi .........
goodnovel comment avatar
Zakiya Paundra
kamu harus sukses raya
goodnovel comment avatar
Evelyn Jeffery
kesian ko Raya..dpt Raffi..yg ngak tau bersyukur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 216 Ke Tempat Rental

    "Aku antar kamu pulang saja, ya, Ra?" tutur Reyhan saat kami sudah kembali ke mobil. "Loh, kok pulang? Bukannya kita harus membeli bahan dan alat untuk membuat kue? Kita juga harus membeli kursi dan tempat duduk untuk pengunjung, bukan?" "Iya, tapi biarkan semuanya aku yang urus. Kamu pulang saja, istirahat, karena aku lihat kamu tidak baik-baik saja. Jangan menyanggah!" ujar Reyhan saat aku membuka mulut hendak bicara. Akhirnya aku menutup mulutku kembali, lalu membiarkan Reyhan membawaku pergi. Seperti yang dia katakan, Reyhan benar-benar membawaku pulang ke rumah. Malas sebenarnya, karena pasti aku akan sendirian, dan mengingat kembali tentang Mas Raffi tadi. Akan tetapi, aku tidak punya alasan untuk menolak. Ikut Reyhan pun, takutnya malah menyusahkan karena suasana hati yang tidak baik-baik saja. "Istirahat, ya? Biar besok bisa kembali beraktivitas," ujar Reyhan sebelum aku turun. Setelah memastikan tidak ada barangku yang tertinggal, Reyhan pun pergi melanjutkan aktivita

    Last Updated : 2023-04-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 217 Pulang Cepat Karena Ada Maksud

    Susah payah aku menahan air mata untuk tidak keluar, tapi nyatanya tidak bisa. Aku menangis seraya berdiri di pinggir jalan setelah keluar dari pintu gerbang rental mobil. Kakiku berjalan tak tentu arah. Pandangan bahkan mengabur terhalang air mata. Entah ke mana aku akan pergi membawa luka hati yang teramat sakit ini. Pada siapa aku harus mengadu, jika di sini aku hanya seorang diri. Hidupku di kelilingi keluarga dan kerabat Mas Raffi, yang pasti mereka akan membela suamiku. Tidak ada yang peduli padaku. "Hei, jalan pake mata!""Ma–maaf," kataku saat tubuh ini tak sengaja menubruk pejalan kaki dari arah berlawanan. Tidak ingin mengundang masalah dengan orang banyak karena berjalan tidak pada jalurnya, aku pun memutuskan untuk duduk sebentar di taman kecil yang letaknya tak jauh dari tempat rental Mas Raffi. Kuusap mata dengan kedua tangan hingga tak ada lagi air yang menggenang. Beberapa kali aku menarik napas panjang, menghirup udara segar sebanyak mungkin agar dada terasa le

    Last Updated : 2023-04-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 218 Dinner

    "Cantiknya istri aku."Wajah kupalingkan ke lain arah, menghindari tatapan Mas Raffi. Bibirnya tak henti memuji sejak kami keluar dari rumah tadi. Saat ini, aku dan dia tengah berada di salah satu restoran ternama, yang terkenal dengan suasana romantisnya. Lilin menyala di tengah-tengah meja dengan tarian indah karena tertiup angin malam. Berbagai menu makanan pun sudah tersaji, tapi belum ada yang aku sentuh sama sekali. Aku tidak ingin makan, tapi ingin mendapatkan penjelasan dari dia yang menoreh luka. Perutku tidak lapar, tapi perasaanku yang haus perhatian. Sayangnya, hatiku sudah terlanjur sakit oleh kebohongan yang bertubi-tubi dia berikan. Apakah sekarang aku harus tersanjung dengan adanya makan malam yang terlihat romantis ini?"Sayang ...." Mas Raffi memanggil dengan sebelah tangan menggenggam tanganku. Aku melihatnya. Menatap dia yang mengangkat kedua alis, menatapku manis. "Apa, Mas?" tanyaku. "Dengarkan aku, ya? Aku mau bicara sama kamu, dan ini benar-benar dari

    Last Updated : 2023-04-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 219 Raffi Punya Rencana

    Jadi, aku harus pura-pura bahagia dengan makan malam yang penuh dengan drama tadi? Ah, Mas Raffi. Kenapa dia jadi pria tidak berperasaan seperti itu? Tanpa menjawab permintaannya, aku langsung turun dan membanting pintu mobil dengan lumayan keras. Aku pun langsung masuk sendirian, tidak menunggu Mas Raffi yang masih berada di dalam mobil. "Gimana makan malamnya, Bunda? Menyenangkan?"Niat hati yang ingin langsung ke kamar, aku tunda saat melihat Mama dan Rayyan di ruang tengah. Padahal sudah pukul sebelas malam, tapi Rayyan belum tidur. Mungkin karena tadi dia tidur sesudah maghrib. "Menyenangkan, dong. Eh, Rayyan belum bobok, ya?" Aku menghampiri mereka, lalu duduk di sofa seraya berbasa-basi. Tidak berapa lama, Mas Raffi datang dan menjatuhkan bokong di sampingku. Lagi-lagi aku dituntut bersandiwara. Harus berperan sebagai wanita bahagia di depan semua mata. "Kok, Rayyan belum tidur, Mah?" tanya Mas Raffi pada ibunya. "Sudah tidur, kan tadi. Cuma bangun lagi, malah main sa

    Last Updated : 2023-04-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 220 Punya Dua Ponsel?

    Aku masuk tanpa suara. Dan tentu saja kedatangnku mengagetkan Mas Raffi yang sedang bertelepon ria dengan sepupunya. Sadar jika keberadaanku membuatnya tak aman, Mas Raffi langsung mengakhiri panggilan dengan Bayu. "Hei, aku kira kamu akan lama di bawah. Tadinya aku mau ke sana lagi," ujarnya. Aku tahu itu bukan ucapan dari hatinya. Melainkan hanya basa-basi untuk menutupi rasa gugup dari dirinya. "Untuk apa ke bawah? Mama pun sudah tidur.""Rayyan?" Dia pura-pura perhatian pada putranya. "Kalau Mama sudah tidur, itu artinya Rayyan juga sudah tidur," jawabku malas. "Kamu dingin banget jawabnya, Ra. Kamu masih menganggapku selingkuh?" "Bagaimana aku tidak menganggap kamu selingkuh, jika kamu pun tidak menyanggah tuduhanku tentang itu? Yang kamu katakan cuma maaf dan maaf. Tidak ada, tuh kamu menjelaskan siapa wanita yang tadi satu mobil bersamamu. Kamu malah melempar kata dengan membawa-bawa Reyhan, kan tadi?" "Ya Allah ... apa ini masih sambungan dari perdebatan di restoran ta

    Last Updated : 2023-04-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 221 Pernikahan di Bawah Lima Tahun

    Aku tertegun seraya memandangi dua benda pipih milik Mas Raffi bergantian. Aku benar-benar tidak menyangka jika suamiku akan melakukan hal sejauh ini. Penasaran dengan isi ponsel yang baru saja aku temukan, aku pun menekan tombol kecil yang ada di samping ponsel tersebut untuk menyalakan layarnya. Berhasil. Akan tetapi ...."Pakai password?" kataku saat layar terkunci. Aku pun menekan beberapa angka berharap kunci layar tersebut dapat terbuka. Namun, sayangnya gagal terus. Padahal aku mencoba banyak angka dari mulai tanggal lahir Mas Raffi, aku, dan putra kami. "Apa yang kamu simpan di sini, Mas?" gumamku lagi seraya tak mengalihkan pandangan dari ponsel di tangan. Detik berikutnya, mataku beralih pada Mas Raffi yang sudah terlelap di atas ranjang. Hatiku berdenyut nyeri membayangkan pria itu bertukar pesan mesra dengan wanita lain. Pasti. Aku yakin sekali jika Mas Raffi memang selingkuh. Kalau tidak, tidak mungkin ada ponsel lain yang tidak aku ketahui. Semakin aku melihat ben

    Last Updated : 2023-05-01
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 222 Lipstiknya Terlalu Merah

    "Maksudnya, usia pernikahan di bawah lima tahun, akan banyak ujian. Dari mulai ekonomi, hubungan antara keluarga, juga kesetiaan dan kepercayaan.""Eh, Mama ...," ucapku saat menyadari ada ibu mertua yang ikut nimbrung dalam obrolanku dan Bi Marni. Wanita paruh baya yang masih memakai setelan kimono itu tersenyum seraya bersidekap dada di ambang penyekat dapur dan ruang makan. Kemudian dia berjalan mendekat ke arahku."Bakwannya sudah ada yang matang, Ra?" tanyanya. "Ada, Mah." Aku menjawab seraya membalikkan bakwan yang ada di dalam penggorengan. Setelah memastikan bakwan dalam wajan terhindar dari gosong seperti tadi, aku pun memberikan bakwan yang sudah tersaji di atas piring, kepada Mama. "Itu kenapa dipisah?" Mama bertanya lagi seraya menunjuk bakwan yang berwarna gelap. "Anu, Mah. Itu ....""Gosong, Bu." Bi Marni menjawab pertanyaan Mama. "Aduh, kokinya pada ngerumpi, makanya jadi gosong. Tolong buatkan kopi tiga gelas, lalu antar ke depan, ya, Ra. Mama sama Papa mau makan

    Last Updated : 2023-05-02
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 223 Reyhan Luar Biasa

    "Kamu gak apa-apa, nunggu sendirian di sini?" "Gak apa-apa, Mas. Paling sebentar lagi Reyhan juga datang, kok," jawabku. Sekarang aku sudah berada di depan ruko yang baru disewa Reyhan. Aku tidak sendiri, tapi dengan Mas Raffi. Entah ada angin apa atau ada bisikan dari jin mana, tiba-tiba Mas Raffi ingin mengantarku. Alasannya agar dia tahu tempat bekerja istrinya, tapi menurutku bukan itu alasannya. Mas Raffi pasti cemburu karena aku bekerja dengan pria lain. Yang di mana pria itu lajang, belum memiliki pasangan. Suamiku sepertinya takut tersaingi. Baguslah jika dia cemburu. Aku bisa menjadikan Reyhan sebagai alat untuk memainkan perasaan Mas Raffi, seperti dia yang juga mempermainkan perasaanku. Aku dibuat tidak mengerti dengan sikap Mas Raffi. Kadang baik, perhatian, lembut dan penyayang. Namun, tak jarang juga dia bersikap dingin, tak peduli dan marah-marah gak jelas. "Coba aku telepon. Enak banget nyuruh-nyuruh istri orang datang pagi, tapi dianya malah telat. Dia pikir di

    Last Updated : 2023-05-03

Latest chapter

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   EXTRA PART SEASON 2

    "Raihanum." Aku menyebut nama dari bayi perempuan yang sedang menggeliat di tempat tidurnya. Bibirku tersenyum manis menatap sepasang mata yang mulai melihat dunia. "Selamat pagi, Sayang ...." Aku mengusap pelan pipinya dengan jari telunjukku. Dia menggoyangkan kepalanya seolah merasa terganggu dengan sentuhan lembutku. Bibirnya bergerak seperti mengemut sesuatu. Dan aku semakin gemas melihat itu. "Hey, princess Papa sudah bangun ternyata?" Aku menoleh pada Mas Raffi yang baru saja datang, dan langsung menghampiriku. Bukan. Bukan aku yang dia datangi, melainkan putri kecilnya. "Sepertinya dia haus, Sayang," ujarnya lagi. "Iya. Dia cari sesuatu.""Kasihlah. Kasihan dia."Aku pun mengambil bayi perempuan berusia empat puluh hari itu. Kini, dia menggeliat dalam gendongan, lalu kepalanya ke kanan dan kiri mencari sarapan paginya. Aku membuka kancing piyamaku, kemudian memberikan asupan gizi untuk putriku tercinta. "Persiapan di bawah gimana, Mas?" Aku melihat pada Mas Raffi. "

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 273 Ending Season 2 Kebahagiaan yang Sempurna

    "Sayang ... udah belum?" "Belum!" Aku berteriak menjawab pertanyaan Mas Raffi. Saat ini aku tengah mondar-mandir di kamar mandi seraya memegang testpack. Sudah lima belas menit aku di dalam sini, tapi benda kecil itu belum menyentuh urinku. Rasanya campur aduk antara takut tidak sesuai dengan ekspektasi, juga penasaran yang luar biasa. "Sayang, ayo, dong! Masa dari tadi belum terus!" Mas Raffi kembali berujar. "Iya, bentar, Mas!"Dengan tangan yang bergetar, aku memasukkan testpack ke dalam urin yang sudah aku tampung dalam wadah. Setelah beberapa detik menunggu, aku mengangkatnya dengan mata terpejam. Sebelah mata aku buka sedikit, mencari garis yang menjadi penentu aku hamil atau tidaknya. Samar-samar aku melihat garis itu, hingga akhirnya mata kubuka lebar-lebar untuk memastikan penglihatanku tidaklah salah. "Dua?" gumamku, kemudian bibir tersenyum. Aku menutup mulut dengan mata yang berkaca-kaca. Ini memang bukan kehamilan pertama, tapi rasanya masih sama seperti waktu tah

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 272 Telat

    "Pagi, Sayang ...."Sepasang tangan melingkar di pinggang, disusul dengan kecupan kecil di pipi. Aku yang tengah berkutat dengan alat masak, membalas sapaan Mas Raffi dengan usapan pelan di lengannya. Hal seperti ini bukan terjadi sekarang, tapi setiap pagi datang. Sikap Mas Raffi selalu hangat dan tambah romantis sejak kami tinggal di rumah ini. Itu mengapa, aku memperkejakan asisten rumah tangga yang pulang pergi. Aku tidak ingin melewatkan keromantisan ini karena ada orang lain di istana kami. "Sudah aku siapkan teh di atas meja. Mas duduk, sebentar lagi gorengan yang aku buat akan matang," ujarku. "Emh ... enggak mau. Aku mau tetap meluk kamu sampai gorengan itu pindah ke meja makan." Mas Raffi berucap manja. "Nanti kamu kecipratan minyak, Mas.""Biarin. Jangankan minyak, percikan api asmara dari luar pun bisa aku padamkan demi kamu.""Hah, gimana-gimana?" Aku menoleh, mencari wajah Mas Raffi yang menyusup di tengkuk leherku. Dia tidak berani mengangkat kepala. Malah semaki

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 271 Dipanggil Teteh

    "Gini aja, deh, Fi. Daripada kamu jual perhiasan Raya, mendingan kamu pinjem uang aja dari Mama." Aku yang tadi sudah berpikiran buruk, merasa lebih tenang saat mendengar suara Mama. Ternyata yang masuk tadi bukan Reyhan, melainkan Mama dan Mas Raffi yang membahas perhiasan. Oh, ya ampun. Mas Raffi ketahuan Mama akan menjual perhiasan? Aku berjalan mendekati mereka yang berada di ruang tamu. Pandanganku mengarah pada Mas Raffi yang memberikan isyarat dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Aku mengangguk kecil, lalu meraih tangan Mama dan menciumnya. "Rayyan mana, Ra?" tanya Mama tanpa melepaskan tanganku. "Lagi main di ruang tengah, Mah.""Kalau gitu, kamu duduk di sini, Mama mau bicara dengan kalian."Aku dan Mas Raffi saling pandang, lalu aku pun duduk di samping Mama. Begitu pun Mas Raffi. Kami mengapit Mama yang berada di tengah-tengah. "Fi, Ra, kalian ini masih punya orang tua. Ada Mama dan Papa, yang masih bisa bantu kalian. Bukan Mama mau sombong, soal uang, insya

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 270 Menjual Perhiasan

    "Semalam aku kaget banget, loh saat Mas Bayu membekap mulutku. Aku kira itu Reyhan."Aku menyeruput jus alpukat seraya memperhatikan Rayyan yang bermain. "Tadi malam, saat aku menyuruh kamu tidur, emang sudah merasakan ketidakberesan di rumah kita. Yang kata aku melihat kucing di kosan, itu sebenarnya yang aku lihat emang manusia.""Kok, gak bilang ke aku?" tanyaku. Saat ini, aku dan Mas Raffi masih membahas kejadian semalam yang membuat tubuh ini bergetar ketakutan. Kami duduk lesehan di teras depan seraya mengasuh Rayyan yang bermain di halaman. "Aku tidak mau kamu takut, Ra. Makanya aku menyuruh kamu tidur cepat. Dan setelah kami tidur, aku langsung menelepon polisi untuk datang secara diam-diam. Dan Bayu juga.""Terus, saat aku bangun dan ke lantai bawah, kamu kan tidak ada. Itu ke mana?" Aku masih bertanya karena penasaran. "Aku di luar. Secara tidak langsung, aku menggiring Reyhan masuk ke kamar tamu lewat jendela. Dan Bayu, saat itu sudah ada di dalam rumah ini. Dia aku su

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 269 Penangkapan Reyhan

    "Mas Bayu ngapain di sini?" tanyaku, saat dia melepaskan tangannya dari bibirku. "Aku diminta Raffi datang ke sini. Dan kamu tahu, yang ada di kamar itu siapa? Si Reyhan. Dia nyusup masuk ke rumahmu lewat jendela kamar yang tidak dikunci.""Apa?" Rasa terkejutku bertambah berkali lipat. Jika saja tadi aku masuk ke sana, habislah riwayatku. Reyhan pasti akan dengan mudah melakukan perbuatan jahatnya padaku. Suara gagang pintu yang diputar dari dalam kamar tamu, membuatku dan Bayu menoleh. Semakin lama, suara di sana semakin keras. Karena mungkin Reyhan sudah menyadari jika dia masuk perangkap. "Mas Raffi, mana?" tanyaku, karena tak kulihat keberadaan suamiku. "Dia di luar.""Sendirian?" tanyaku lagi. "Temenin, Mas. Aku takut Reyhan menyerang Mas Raffi. Dia belum pulih." Aku panik. Bayu hendak melangkah menjauh dariku, tapi dia urungkan saat ada bayangan yang berjalan mendekat ke arah kami. Tidak lama kemudian, lampu pun menyala membuat ruangan yang gelap menjadi terang. Aku lan

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 268 Keluargaku Dalam Bahaya

    "Mas, kenapa liatin aku terus?" Mama dan Papa, serta semua kakak Mas Raffi sudah pergi beberapa menit yang lalu. Sekarang, tinggallah kami berdua, dan Rayyan yang sudah tidur. Hari memang sudah malam. Perabot pemberian kakak-kakak Mas Raffi pun, sudah disimpan ke tempat yang semestinya. Dibantu kakak dan kakak iparku tentunya. Saat ini, aku dan Mas Raffi tengah duduk berdua di lantai dua rumah kami. Aku dan dia sedang menikmati malam, melihat bintang dan bulan yang bersinar bersamaan. Gorden kaca sengaja dibuka agar langit terlihat jelas. Di depan kami, dua cangkir teh menjadi pelengkap kebersamaanku dengan Mas Raffi. "Malu, ih diliatin terus," kataku lagi, memalingkan wajah ke arah lampu hias berbentuk hati yang berada di sudut ruangan. Mas Raffi menyentuh daguku. Menariknya sangat pelan, agar tatapanku kembali padanya. "Karena aku kagum pada kecantikan istriku ini. Makanya, aku pandang terus.""Ih, gombal, deh," ujarku. Padahal dalam hati, aku bahagia mendapatkan pujian dari

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 267 Sedang Miskin-miskinnya

    "Saat di hotel waktu itu, sebenarnya Mbak percaya jika kamu tidak melakukan apa-apa dengan Reyhan. Kalau kamu selingkuh dengan Reyhan, untuk apa kamu meminta Mbak datang? Iya, kan?"Aku mengangguk saat Mbak Kinara menjeda ucapannya. Saat ini, hanya ada aku dan dia. Kami duduk berhadapan di meja makan, setelah tadi Mbak Nara memintaku bicara berdua. "Saat kamu pergi dari hotel itu, sebenarnya Mbak masih ada di sana. Mbak menemui Reyhan setelah melihatmu benar-benar keluar dan pergi. Aku meminta Reyhan mengatakan apa yang terjadi antara kami dengannya, versi dia. Meskipun aku tidak percaya pada Reyhan, tapi aku tetap mendengarkan dan merekam pengakuannya. Kamu tahu kenapa?" Mbak Kinara melempar tanya. Aku menggelengkan kepala. Aku tidak mau menduga-duga dan mengatakan yang tidak ada dalam pikiran."Aku cemburu padamu, Ra. Aku iri melihat kedekatan kamu dengan Mama, juga perhatian Mama pada Rayyan.""Ya Allah, Mbak ...." Aku menatap sendu pada Mbak Kinara yang menunduk. "Maafkan Mbak

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 266 Kedatangan Kakak Mas Raffi

    "Ini untuk kami, Mah?" tanyaku pada Mama, yang tengah membereskan sayuran serta buah segar ke dalam kulkas. Tidak hanya itu, Mama juga membeli bermacam bumbu dapur, juga perlengkapan lainnya. "Iya, Ra. Kalau untuk Mama, tidak mungkin dikeluarkan dari mobil. Ini semua untuk kalian. Mama juga beli vitamin penambah nafsu makan untuk kamu. Tapi, Raffi enggak boleh minum vitamin ini, ya? Dia punya vitamin sendiri dari dokternya," ujar Mama. Aku mengiyakan. Meskipun malu karena keluar dari kamar dalam keadaan rambut yang basah, aku tetap menemui ibu mertua yang tengah berbenah di dapur. Sedangkan Mas Raffi, dia masih di kamar. Sedang berpakaian setelah pada akhir tadi kami mandi bersama. Untunglah, kedua mertuaku paham situasi. Dari mereka tidak ada yang mengetuk pintu kamar sejak kedatangannya. Keduanya kompak membawa bermain Rayyan agar tidak mencari keberadaan orang tuanya. Ck, malu ... aku malu. Tapi, mau gimana lagi? Semuanya gara-gara ... ah, masa iya aku harus menyalahkan Mas

DMCA.com Protection Status