Share

Bab 213 Kesiangan

Entah berapa lama aku menangis, dan entah berapa kali juga Mas Raffi mencium pucuk kepalaku dalam dekapan hangatnya.

Ini yang aku mau. Berada dalam pelukannya seperti awal kami menikah.

Namun, suasananya berbeda. Kami tidak berada dalam kebahagiaan, tapi malah dalam kesedihan karena aku menuntutnya tidak berubah.

"Berhenti menangis, Ra. Aku minta maaf jika sikapku membuatmu terluka," ujar Mas Raffi lagi. "Percayalah, aku seperti ini karena lelah bekerja, bukan karena ada yang lain."

Aku tidak menjawab. Aku memilih menikmati harum parfum Mas Raffi yang aku rindukan.

"Lihat sini." Mas Raffi mengangkat wajahku, lalu mengusap kedua pipiku yang basah.

Tatapan matanya masih sama, tapi kenapa sikapnya berbeda?

Dia suamiku, tapi terasa asing di mataku.

"Mas ...."

"Apa?" tanyanya.

"Pekerjaan mana yang membuatmu jadi suami yang dingin untukku? Aku ingin membantumu bekerja, Mas. Aku ingin mengurangi rasa lelahmu."

"Sssttt .... Pekerjaanku tidak cocok untukmu. Kamu lakukan apa saja yang m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status