Cinta Andini, tidak mengenal pria yang salah ketika ia membiarkan Dewa Djatmiko membeli dan menyentuhnya untuk pertama kalinya, lima tahun lalu.Cinta mendapatkan rasa yang tepat, sebab Dewa tidak pernah meninggalkannya, kendati keduanya harus berjauh hingga bertahun-tahun lamanya.Ada kewajiban yang harus Dewa jalankan untuk membahagiakan orang tuanya, namun bukan berarti ia melupakan Cinta dan membiarkan wanita itu sendirian dalam lumpur dosa. Berjuta perencanaan dengan bumbu manis selalu bertengger di isi kepala Dewa, namun tak pernah sekali pun Cinta mengetahuinya.Acap kali Dewa mengemas segalanya dengan baik dan rapi ketika mereka kembali bertemu, menyebabkan Cinta harus selalu menekan dirinya, mengingatkan tentang semua perbedaan juga ketidakmungkinan. Akan tetapi ketika berhasil melepaskan diri dari sangkar emas berkalang noda, entah mengapa Cinta dengan lancang membiarkan dirinya hanyut terbawa angin surga milik Dewa, meruntuhkan tembok besar yang sudah dibangun selama ini. Banyak hal yang membuat Cinta menjatuhkan pilihan hanya untuk Dewa seorang, menjadi tamak, seakan lupa pada coretan arang di keningnya. Akankah harapan terkabul? Oh, sang Durjana. Tolong kau tidak merusak segalanya, mengabulkan itu menjadi bahagia, bagaimanapun caranya.
View More"Kenapa kamu nggak jujur sama papa selama ini, Dewa? Mau tahu apa? Sekarang si Haris sialan itu minta supaya jabatannya dinaikkan jadi direktur personalia!""Apa?! Enak aja! Nggak bisa gitu dong, Pa! Dia itu kan--""--Dia itu apa, hah? Dia mengancam akan menyebarkan semua cerita dan bukti-bukti berupa foto kalau Cinta pernah bekerja di rumah pelacuran! Muka papa ini mau taruh di mana? Mau taruh di mana, Dewa? Mau taruh di manaaa...?" Amarah Raja tak terkendali lagi, ketika meminta sang putra datang menemuinya di kediamannya.Sungguh ini bukanlah bagian dari semua yang telah Dewa pikirkan beberapa saat lalu saat berada di atas mobilnya, karena ia sama sekali tidak mengira jika Haris Denandra akan melakukan hal tersebut.Rona merah padam yang tergambar jelas di wajah Raja merupakan penggambaran betapa Dewa sudah sangat bersalah atas semua kebohongan ciptaannya, "Kalau gitu biar aku mundur aja dari kantor, Pa
"Selamat ya, Mba Cinta. Kali ini memang perutnya sudah ada isinya," ujar Dokter Nurul dengan mata berbinar-binar."Alhamdulilah ... Serius ini, Dok?" Membuat Dewa menurunkan seluruh tubuhnya ke lantai dan segera bersujud disertai suara tanya yang menggelegar. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan, sebab menurutnya ini adalah bukti bahwa sang penciptaasih berpihak padanya.'Terima kasih ya Robbb... Jadi kami nggak perlu berbohong lagi sama papa dan mama setelah ini.' Dan Cinta pun merasa demikian, karena memang selama ini hatinya selalu merasa tertekan tentang kebohongan yang telah mereka ciptakan.Membersihkan sisa ultrasonic gel di perut Cinta dengan menggunakan tisu, Dokter Nurul pun menjelaskan semuanya di sana.Sewa dan Cin
"Ini pasti Cinta ya? Apa kabarnya nih? Duh, cantik banget, sihhh... Pantesan si Dewa tergila-gila," ujar Padma ketika pertama kali berkenalan secara langsung dengan ipar cantinya itu."Ah, Mba Padma bisa aja. Jadi malu saya mah." Dan berhasil membuat kedua pipi putih Cinta merona merah, "Gimana kab-- Hoek hoekkk...!" Tetapi hal tersebut tak berlangsung lama, sebab rasa mual kembali muncul di sana seperti beberapa saat lalu.Tak urung Padma pun segera menuntun Cinta untuk keluar dari dapur menuju ke kamar mandi, membuat Dewa yang berada di ruang keluarga bersama Goris pun menjadi tersentak, "Ada apa, Pad?"Tanpa permisi Dewa meninggalkan Goris di sana sendirian, dan ia pun mendapatkan jawaban dari Padma, "Nggak kenapa-napa, Wa. Mual aja, biasa."Dewa pun berharap agar Padma segera menangani keluhannya tentang keanehan yang ada pada diri Cinta, dan kedunya obrolan kecil di depan pintu kamar mandi,"Habis ini tolong langsung diperiksa dulu dong, Pad. Aku kan
Selesai menikmati makan siang yang sengaja Dewa minta dari Cinta, ia tidak membiarkan istrinya itu pulang ke apartemen diantar oleh Pak Parjo, supir kantornya. Sejumlah rencana sudah bertengger cantik di isi kepalanya, dan kali ini harus terealisasi bagaimana pun caranya.Hal tersebut tentu saja menjadi satu tanda tanya besar untuk Cinta, "Lho, Yah! Ini kan bukan jalan menuju ke apartemen kita."Jadi mau tak mau Dewa harus menjelaskannya, daripada harus mendengarkan pertanyaan yang sama dari bibir Cinta terus menerus tanpa henti, "Iya, Bun. Kita ke dokter sebentar ya?""Ke dokter? Ngapain?" Namun, bukan kelegaan yang lantas diterima oleh Dewa setelah itu, melainkan pertanyaan lanjutan akibat rasa penasaran dalam diri Cinta.Dengan ent
Membawa pulang pizza tanpa toping yang menjadi pesanan Cinta, Dewa tampak begitu senang karena di isi kepalanya tercecar segala penjelasan dari manager wanita di outlet makanan cepat saji tadi, bahwa bisa jadi saat ini istrinya sedang mengandung.Naik ke dalam lift dan menekan dua buah angka pada panel tombol di dekat pintu, senyuman manis tak luntur dari wajah tampan Dewa.Doa dan sejumlah harapan juga ikut hadir di sepanjang naiknya lift ke atas, sebab dengan begitu Dewa tak perlu mengarang bebas tentang kehamilan cinta lagi.Namun, tetap saja, pikiran negatif itu ada dan bergumul seperti benang kusut di kepala Dewa, “Tapi gimana ya kalau ternyata nggak hamil kayak kemarin itu? Apa alat USG di tempat Dokter Nurul itu salah?”Satu demi satu rasa senang berganti di sana, tapi tidak hilang melainkan hanya berubah menjadi was-was
Pulang dari Rumah Sakit, Dewa ternyata tidak menepati janjinya untuk melanjutkan permainan panas mereka yang sempat tertunda. Semua bukan tanpa alasan, karena Cinta memilih masuk ke dalam kamar dan tidur dengan posisi membelakangi sang suami yang sedang berganti pakaian.Alih-alih bergelung, memeluk dan memberi umpan seperti biasanya, Dewa bahkan membiarkan Cinta di sana. Ia mengambil ponsel yang sempat diletakkan di atas meja nakas dan mencari nomor kontak sekretarisnya, dengan maksud untuk menghubunginya."Halo, Pak Dewa. Ada yang bisa saya bantu?""Tolong bawakan laptop kerja saya yang di atas meja itu ke apartemen, Mil. Masukin ke dalam tas kerja, terus anterin sekarang karena istri saya lagi nggak enak badan. Kamu suruh aja Pak Warjito di lobi yang anterin, biar nggak menunda kerjaan penting lainnya," sahut Dewa ketika sambungan telepon sudah dijawab.Sang sekretari
Dewa mengandeng mesra tangan Cinta memasuki koridor sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak di bilangan Jakarta Pusat. Cinta merasa ada yang aneh dengan perlakuan Dewa padanya hari itu, namun ia memilih untuk diam tanpa mau repot-repot bertanya satu pertanyaan pun.Di satu tangannya yang bebas pun terdapat satu cup Bubble Tea, hasil dari memaksa tanpa henti dari Cinta pada Dewa, jadi saat itu, menikmati jerih payah merengeknya adalah hal terbaik daripada harus repot-repot berbicara menurutnya.Dewa pun tak berniat untuk berkata-kata lagi setelah tenaganya habis berdebat dengan Cinta untuk segelas Bubble Tea yang di dalamnya terdapat banyak campura bola tapioka, karena ia begitu yakin jika keras kepala istrinya itu terjadi akibat sesuatu dari dalam perut datarnya.Nyaris tiga menit berjalan di koridor Rumah Sakit, pada akhirnya keduanya pun sampai di depan poli Ibu dan anak. Di sana Dewa mendaftar, lalu mengajak Cinta untuk duduk d
"Yah, gimana ini? Mama barusan telepon, katanya mau bikin acara pengajian empat bulanan kandungan Bunda gitu, Yah. Gimana ini?" ujar Cinta di ujung telepon, saat suara Dewa sudah terdengar menyapa istrinya itu.Suara Cinta terdengar menggebu, bahkan cenderung mengkhawatirkan di telinga Dewa.Alhasil setelah menarik napas sedalam mungkin, Dewa mencoba menangkan Cinta dengan berniat untuk menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya, "Tenang dulu ya, Bunda. Nanti biar Ayah aja yang ngomong soal kebohongan kita selama ini."Sayangnya bahasa yang Dewa gunakan begitu sensitif di telinga Cinta, menyebabkan wanita itu bersuara tegas, "Enak aja kebohongan kita! Aku nggak pernah setuju sama ide ini kan waktu itu?"Dewa yang kikuk, tak urung sedikit menjauh ponsel genggamnya sembari menukar karbon dioksida dari dalam paru-paru. Dewa secepat kilat berpikir di sana, dan menenangkan adalah cara yang ia pilih, "Bunda sayang, sabar ya? Jangan marah-marah dulu
"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Andini binti Muhammad Akbar dengan mas kawinnya yang tersebut tunai!""Bagaimana, Pak?""Sah?""SAHHH...!""Alhamdulillah..."Sah. Satu kata itu dengan cepat merasuk di dalam relung jiwa Cinta, juga merusak dandanan tukang rias pengantin akibat lelehan air matanya, namun tidak menjadi persoalan untuk Kemuning yang berada tepat di sebelahnya. Sangat lumrah hal itu di mata tuanya, sebab ia pun melakukannya saat Raja mengucapkan ijab qobul atas pernikahan mereka berdua.Kemuning sendiri juga sempat menitikkan air mata, tetapi tidak berlama-lama seperti yang dilakukan oleh menantunya. Ya, Cinta Andini sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Djatmiko saat ini dan dia adalah menantu satu-satunya, karena memang Dewa adalah anak tunggal.Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Kemuning, dan untuk Raja sendiri, ia tetap saja sama seperti yang sudah-sudah, menyimpan kegembiraan itu da
"Oh, yesss...! Kamu masih sama enaknya kayak dulu, Cintaaa...! Yes, Baby! Ughhh... Aku kangen banget sama kamu. Ahhh...!" Suara desahan keras Dewa Djatmiko terdengar seantero ruangan berdiameter 3x4, tempat di mana Cinta Andini menjajakan tubuhnya selama ini. Ia memang adalah seorang pelacur yang sudah lima tahun berada di bawah bayang-bayang Mami Chika, mucikari kejam tanpa belas kasihan."Dewaaa... Ohhh...""Iya, Sayang... Enak, hm? Ugh, fuck! Sudah berapa lama nggak aku entot, Baby? Jawab, Cinta Andini! Ough, yesss...! Kamu masih sempit aja! Ughhh... Enakkk...!""Oughhh...!" Dan erangan bukan hanya terdengar dari pita suara Dewa semata, namun Cinta juga turut mengambil bagian yang tersaji.Dengan gaya bercinta missionary, keduanya saling mengejar gairah yang tercipta, diikuti serentetan kecup basah dan juga sentuhan milik Dewa.Dewa tak henti-hentinya memuja tubuh molek Cinta yang kini jauh berbeda sedari awal keduanya s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments