Share

PART 4

last update Last Updated: 2020-09-26 08:58:35

Memutari ibu kota negara untuk mencari keberadaan Cinta ke beberapa tempat yang pernah mereka sambangi ketika hari minggu tiba, Dewa dipusingkan dengan itu semua. Hal tersebut tentu saja karena keduanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyewa kamar hotel, bercinta bahkan makan pun dilakukan di dalamnya. 

Mengabaikan panggilan telepon yang sejak tadi berdering, sangat jelas Dewa telah lancang melanggar janjinya pada sang ayah mengenai rapat penting itu. Cinta berhasil mengacaukan segala sesuatu, membuatnya nyaris menelan seorang pengamen yang terus saja mengetuk kaca jendela mobil saat ia enggan membukanya. 

Di tengah rasa kesal yang menjalar menuju ke proses kegilaan tingkat nasional, tiba-tiba saja pikiran Dewa dilintasi kejadian saat mereka berdua berjumpa dengan sahabat Cinta, seorang wanita bernama Nona Marisa. 

Sayangnya Dewa tidak mengetahui nama lengkap wanita itu, tidak memiliki gambar wajahnya juga tak tahu di mana persisnya ia bertempat tinggal, "Astaga! Hampir lupa. Kemarin itu aku antar temannya Cinta sampai di mana ya? Di Pluit kalau nggak salah kan? Di depan Alfamart karena orangnya mau beli sabun deh. Tapi habis itu aku harus nyari ke mana lagi dong? Fotonya nggak ada, namanya juga yang aku tahu cuma Nona doang. Gimana ini?" 

Masih dalam mode uring-uringan, Dewa mencoba untuk tetap menuju ke arah  Alfamart di bilangan Pluit, berharap dapat sebuah kebetulan yang entah akan terjadi atau tidak. Dewa Djatmiko yang sepanjang dua puluh lima tahun ini kurang memohon pada sang pencipta, bahkan dengan tulus meratap demi seorang Cinta Andini dan juga sedikit memaksa. Ya, ia bukan hanya meminta, tetapi juga bernazar dalam hati akan membantu kaum fakir miskin jika permohonan besarnya itu dikabulkan. 

Seperti gayung bersambut, ternyata ketika sudah berada di depan Alfamart, wanita bernama Nona itu pun muncul di sana, membuat Dewa menggebu-gebu layaknya seorang bayi yang sedang kehausan.

"Nona! Nona, tunggu!" Teriak Dewa mengejar, ketika Nona nyaris ke atas angkutan kota yang berhenti di depannya. 

Terkejut dengan pemandangan pria tampan yang sempat menjadi subjek ceritanya bersama Cinta, tulang keras di kaki Nona bahkan terasa seperti semangkuk puding biskuit kesukaannya, lemas dan nyaris terjatuh mengingat janjinya. 

"Egh, hai. Siapa ya?" Dan demikianlah kegugupan itu meliputi tubuh mungilnya. Cinta meminta ia untuk merahasiakan keberadaannya dari siapa pun juga, termasuk Dewa sekalipun.

"Waduh! Lupa ya sama saya? Kamu Nona temannya Cinta kan? Cinta yang..." Pun tak jauh beda dengan Nona, entah Dewa harus menjabarkan seperti apa atas hubungan yang terjalin antara mereka berdua, di tengah kepastian jika Cinta nyatanya sudah bukan lagi penghuni rumah bordil milik Mami Chika. 

Karena tak kunjung melanjutkan ucapannya, Nona memutuskan terus melebarkan langkahnya untuk bertemu dengan kekasih di tempat mereka saling bersepakat, "Maaf. Saya buru-buru!"

"Eits, tunggu dulu! Aku pacarnya Cinta Andini, temanmu itu lho. Minggu lalu kita bertiga nggak sengaja ketemu di Plaza Indonesia pas aku lagi cariin iphone buat Cinta, terus ya kami anterin pulang ke sini karena katanya kamu mau beli apa gitu di Alfamart. Ingat?" Namun Dewa secepat kilat menyambar pergelangan tangan Nona, kemudian mencengkeram dengan keras seraya berkata demikian. Ia tidak ingin menyia-yiakan kesempatan, jadi lebih baik sedikit mengertak daripada harus kembali gila tingkat nasional seperti beberapa menit lalu. 

"Ah, iya. Ak..aku ingat! Tapi kok datang sendiri? Cintanya mana?" Bohong! Heh, Nona berpura-pura di tengah terik matahari yang kian meninggi, menahan rasa suka atas tindakan gentle Dewa, mengakui keberadaan Cinta di hidupnya.

Ada penjelasan yang Dewa tebarkan akibat Nona yang masih saja berpura-pura tidak tahu menahu tentang keberadaan Cinta, "Aku malah mau tanya di sama kamu, Non. Dia udah keluar dari tempatnya Mami Chika, terus katanya bakal pulang ke Cimahi tapi aku nggak percaya soalnya kuburan Almarhum Bapaknya kan di sini, di Tanah Kusir." 

"Masa? Lho kan tinggal telepon ke handphone dia kan, Mas? Eh, aku panggilnya apa nih? Mas, Bang, Bro atau—"

"—Panggil Dewa aja. Aku nggak setua itu. Baru juga dua lima." Namun Nona menyempatkan diri untuk bersikap licik, dengan mengecoh pembicaraan inti keduanya, bertujuan mencari ide lain agar tidak menjadi pengkhianat. 

Cinta adalah sahabat rasa saudara yang saat ini ia miliki selain kekasihnya, jadi kelicikan itu sesungguhnya dapat dengan mudah terampuni di tengah situasi terjepit, "Oh, oke. Dewa deh. Ya itu tadi dong. Telepon Cintanya kan beres."

Mendengar jawaban klise milik Nona, Dewa menyempatkan diri untuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sebelum menjawab lagi, "Kalau itu mah udah ratusan kali, Non. Nomornya nggak aktif nih. Coba ya kamu dengar kalau nggak perca—" 

"—Aduh, bentar-bentar lepasin dulu tanganku nih. Pacarku telepon kayaknya. Soalnya kami lagi janjian ketemu di tempat makan. Tunggu ya?" Dering telepon genggam pun menyelamatkan Nona di sana, sebab memang saat itu ia merasa terjebak dengan keadaan. 

Menjauh sepanjang beberapa sentimeter dari tempat Dewa berdiri, Nona sengaja berujar sekeras mungkin, seolah menyalahkan perbuatan pria itu atas keterlambatannya berjumpa dengan sang kekasih. Kikuk namun harus melakukannya, suka tidak suka Dewa tetap mempertahankan Nona ketika tatapan matanya tak mau terlepas dari wanita di depannya. 

Setelah selesai menjawab panggilan telepon, maka saat itulah akting kembali di mulai. Nona memasang wajah murung dan masam, "Pacarku udah tungguin tuh. Aduh, aku dimarahin nih. Gimana dong?"

"Egh?" Menjadikan Dewa seperti seorang penjahat berdarah dingin akibat merasa berat untuk melepaskan Nona.

Satu tarikan napas yang sengaja dikeraskan Nona sebelum berkata, merupakan bentuk dari kesabarannya menghadapi kekasih sahabat baiknya itu. Ia dengan asal menganjurkan Dewa untuk menyambangi tempat peristirahatan terakhir mendiang ayah kandung Cinta, "Kamu tuh maunya gimana, Dewa? Cinta nggak ada telepon aku, apalagi ketemuan. Coba kamu cari ke makam Almarhum bapaknya aja deh ya? Tadi belum ke Tanah Kusir kan kamu?"

"Hooh. Aku memang belum ke sana, sih." Sebab tadi Cinta sempat berkata demikian, ingin berkunjung lalu juga berniat untuk mengisi lemari pendingin sederhana miliknya di kos-kosan.

Saat ide tersebut mulai disetujui oleh Dewa, Nona juga menguatkan sandiwaranya dengan berniat memberikan nomor ponselnya, "Nah, itu dia. Coba kamu cari dia ke sana dulu. Oh, iya. Nomor handphone kamu berapa? Nomorku mau kamu simpan apa enggak nih? Biar nanti kalau ternyata Cinta nongol di kosan aku, tinggal kuhubungi deh."

"Iya, deh. Siniin handphone-nya biar—"

"—Enak aja. Punyamu aja deh. Handphone aku banyak gambar bugil kali." 

"Ampun! Iya deh iya. Tunggu kubukain kodenya dulu. Nih udah. Isi aja nomormu biar aku miscal sekarang, " Dan itu benar-benar efektif, ketika sebegitu mudahnya Dewa menyodorkan ponselnya untuk mendapatkan nomor ponsel Nona. 

Sederet angka tanpa nama, sudah masuk ke dalam layar ponsel Nona hanya dalam hitungan detik. Wanita itu lekas menyimpan nomor tersebut dengan keterangan kontak yang sama seperti ucapan Dewa saat memperkenalkan diri, lalu sengaja menebar seulas senyum paksanya di sana. 

"Oke. Sekarang aku pergi dulu ya?" Setelah itu, Nona bersiap untuk pergi setelah meletakkan ponselnya ke dalam saku celana jins.

"Aku anterin aja gimana? Mau kemana, sih? Searah sama Tanah Kusir nggak?" Tetapi Dewa masih saja mencegah, mencoba menebus kesalahan yang terpaksa ia lakukan demi sebaris penjelasan tentang pujaan hatinya.

Nona jelas menolak, ketika mengingat tentang kekasihnya yang temperamental, juga sengaja mengancam agar cepat terbebas, "Nggak dong. Kami mau makan terus kencan, Pak Dewa. Jadi bakal sangat berbahaya kalau sampai kamu yang anterin, soalnya pacarku itu sangar. Bisa-bisa kamu dimakan hidup-hidup sama dia. Mau?"

"Idih, amit-amit! Jangan-jangan pacarmu itu adiknya Sumanto lagi."

"Hahaha... Sebelas dua belas deh, Wa. Udah ya? Aku cabut dulu. Nanti ku kabarin. Byeee..." Lalu obrolan pun akhirnya selesai juga, ketika Nona mulai menjauh setelah menyempatkan diri untuk melambaikan tangan. Ia dengan rakus menghirup oksigen untuk melakukan pertukaran udara di dalam paru-parunya, menoleh sekali lagi ke tempat Dewa yang mulai memasuki mobil, juga berharap Cinta segera menyadari kekeliruannya menjauhi pria itu. 

Related chapters

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 5

    Melewati banyak kendaraan hingga sampai di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir - Jakarta Selatan, Dewa menghentikan laju mobilnya untuk turun dari sana. Dewan menghampiri pedagang bunga yang lapaknya banyak berseliweran di dekat pintu masuk pekuburan, namun dari arah berlawanan kedua matanya tak sengaja melihat sosok itu. Cinta Andini sang pujaan hati. Niat pun buyar seketika, berganti dengan mengejar punggung berbalut kemeja kotak-kotak di depannya."Akhirnya, Sayang. Kamu muncul juga," gumam Dewa masih setia mengikuti dari belakang. Sejujurnya ia ingin berteriak dan membawanya langsung ke dalam dekapan hangat, namun satu kejutan mungkin saja lebih baik terjadi, sebelum mengutarakan apa yang sejak tadi menumpuk di hatinya.Pelan tapi ia melangkah mengikuti jejak kaki Cinta dan tujuan wanita itu memang adalah makam mendiang ayah kandungnya, tempat di mana Dewa yang memilih dan mengurus semuanya sesaat sebelum ia kembali ke New York untuk kedua kalinya.Ada pera

    Last Updated : 2020-09-26
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 6

    Berdua di kamar kos berukuran kecil milik Nona, hasrat seksual Dewa naik beberapa level akibat ciuman mesra yang sempat ia lakukan dengan Cinta. Aliran darah bergemuruh hingga membuat pangkal pahanya mengeras dan permintaan Dewa keluar tanpa bisa ditunda lagi, "Aku menginginkanmu, Cintaaa..."Dewa meremas gundukan daging di kedua dada Cinta ketika mengutarakan niatnya, menciptakan sensasi nikmat yang tak bisa lagi terbantahkan.Ya, itu memang benar adanya. Cinta bahkan semakin mengangkat kepala setinggi mungkin saat lidah basah Dewa sudah mendarat pasti di atas leher jenjangnya, "Ough, Dewa... Berhenti duluuu... Kita nggak mungkin melakukannya di sini, Wa.""Kenapa, Sayang?" Namun terhenti sejenak, ketika satu penolakan ternyata hadir di sana.Dewa mengerjap, memperjelas pandangan matanya yang sedikit kabur, dan di detik selanjutnya ia mendapatkan elusan telapak tangan Cinta di wajahnya, "Ini di kosannya Nona, Wa. Bukan ruangan kedap suara j

    Last Updated : 2020-09-27
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 7

    "Wa, aku takut," ujar Cinta masih menarik lengan kemeja Dewa dan pria itu semakin mengeratkan tautan di tangannya, mencoba menenangkan dengan bahasa tubuhnya.Deg deg degSaat ini jantung Dewa pun sejujurnya sedang berdebar kencang, akibat keputusannya membawa Cinta di hadapan kedua orang tuanya. Dewa bahkan harus mengajak Cinta untuk berbohong, "Cin, nanti kalau aku bilang kamu sudah hamil anak—""—Apa?! Nggak mau ah!""Ssttt...! Ini demi kebaikan kita berdua juga, Sayang. Biar Papa sama Mama cepat kasih izin." Membuat Cinta tersentak, menolak mentah-mentah pendapat itu dan Dewa harus kembali merayunya.Dewa mengatakan tujuannya, namun Cinta merasa hal tersebut terlalu berlebihan, "Tapi nggak kayak gitu juga kali, Wa. Aku kan malu!"Usaha pun terus saja Dewa lakukan tanpa kenal lelah, "Nggak usah malu, Yang. Papa sama Mama baik kok. Nanti kalau ditanya berapa bulan, kamu bilang aja udah tiga minggu terus kalau di tany

    Last Updated : 2020-09-27
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 8

    "Gimana tadi? Bener kan yang aku bilang, Sayang? Papa dan Mama itu memang aslinya baik kok. Bukan karena aku ini anak kandungnya, tapi ya memang mereka dari dulu begitu. Baik sama semua orang, bahkan yang baru dikenal sekalipun," ujar Dewa mengeratkan pelukannya di tubuh Cinta yang memunggunginya. Surai hitam legam yang panjang itu pun menjadi sasaran Dewa, menikmati aroma Stroberi dari sana.Cinta belum menjawabnya hingga beberapa detik, namun setelah tangan Dewa semakin naik hingga ke atas perutnya, sejumlah kalimat yang sejak tadi ada di kepalanya pun menguap juga, "Kita berbohong dan mungkin aja kebaikan itu karena mereka pikir aku beneran hamil, Wa. Aku harus bagaimana sekarang?"Tentu saja rencana untuk memancing birahi Cinta, gagal Dewa lakukan seiring dengan gerakan tangannya yang terhenti. Ia lantas memaksa kekasihnya untuk berbalik dan saling berhadapan, lalu tanpa jawaban bibir merekah itu kembali dilumat habis olehnya.Tak ada perlawanan yan

    Last Updated : 2020-09-27
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 9

    "Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Andini binti Muhammad Akbar dengan mas kawinnya yang tersebut tunai!""Bagaimana, Pak?""Sah?""SAHHH...!""Alhamdulillah..."Sah. Satu kata itu dengan cepat merasuk di dalam relung jiwa Cinta, juga merusak dandanan tukang rias pengantin akibat lelehan air matanya, namun tidak menjadi persoalan untuk Kemuning yang berada tepat di sebelahnya. Sangat lumrah hal itu di mata tuanya, sebab ia pun melakukannya saat Raja mengucapkan ijab qobul atas pernikahan mereka berdua.Kemuning sendiri juga sempat menitikkan air mata, tetapi tidak berlama-lama seperti yang dilakukan oleh menantunya. Ya, Cinta Andini sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Djatmiko saat ini dan dia adalah menantu satu-satunya, karena memang Dewa adalah anak tunggal.Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Kemuning, dan untuk Raja sendiri, ia tetap saja sama seperti yang sudah-sudah, menyimpan kegembiraan itu da

    Last Updated : 2020-09-27
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 10

    "Yah, gimana ini? Mama barusan telepon, katanya mau bikin acara pengajian empat bulanan kandungan Bunda gitu, Yah. Gimana ini?" ujar Cinta di ujung telepon, saat suara Dewa sudah terdengar menyapa istrinya itu.Suara Cinta terdengar menggebu, bahkan cenderung mengkhawatirkan di telinga Dewa.Alhasil setelah menarik napas sedalam mungkin, Dewa mencoba menangkan Cinta dengan berniat untuk menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya, "Tenang dulu ya, Bunda. Nanti biar Ayah aja yang ngomong soal kebohongan kita selama ini."Sayangnya bahasa yang Dewa gunakan begitu sensitif di telinga Cinta, menyebabkan wanita itu bersuara tegas, "Enak aja kebohongan kita! Aku nggak pernah setuju sama ide ini kan waktu itu?"Dewa yang kikuk, tak urung sedikit menjauh ponsel genggamnya sembari menukar karbon dioksida dari dalam paru-paru. Dewa secepat kilat berpikir di sana, dan menenangkan adalah cara yang ia pilih, "Bunda sayang, sabar ya? Jangan marah-marah dulu

    Last Updated : 2020-09-27
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 11

    Dewa mengandeng mesra tangan Cinta memasuki koridor sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak di bilangan Jakarta Pusat. Cinta merasa ada yang aneh dengan perlakuan Dewa padanya hari itu, namun ia memilih untuk diam tanpa mau repot-repot bertanya satu pertanyaan pun.Di satu tangannya yang bebas pun terdapat satu cup Bubble Tea, hasil dari memaksa tanpa henti dari Cinta pada Dewa, jadi saat itu, menikmati jerih payah merengeknya adalah hal terbaik daripada harus repot-repot berbicara menurutnya.Dewa pun tak berniat untuk berkata-kata lagi setelah tenaganya habis berdebat dengan Cinta untuk segelas Bubble Tea yang di dalamnya terdapat banyak campura bola tapioka, karena ia begitu yakin jika keras kepala istrinya itu terjadi akibat sesuatu dari dalam perut datarnya.Nyaris tiga menit berjalan di koridor Rumah Sakit, pada akhirnya keduanya pun sampai di depan poli Ibu dan anak. Di sana Dewa mendaftar, lalu mengajak Cinta untuk duduk d

    Last Updated : 2020-09-28
  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 12

    Pulang dari Rumah Sakit, Dewa ternyata tidak menepati janjinya untuk melanjutkan permainan panas mereka yang sempat tertunda. Semua bukan tanpa alasan, karena Cinta memilih masuk ke dalam kamar dan tidur dengan posisi membelakangi sang suami yang sedang berganti pakaian.Alih-alih bergelung, memeluk dan memberi umpan seperti biasanya, Dewa bahkan membiarkan Cinta di sana. Ia mengambil ponsel yang sempat diletakkan di atas meja nakas dan mencari nomor kontak sekretarisnya, dengan maksud untuk menghubunginya."Halo, Pak Dewa. Ada yang bisa saya bantu?""Tolong bawakan laptop kerja saya yang di atas meja itu ke apartemen, Mil. Masukin ke dalam tas kerja, terus anterin sekarang karena istri saya lagi nggak enak badan. Kamu suruh aja Pak Warjito di lobi yang anterin, biar nggak menunda kerjaan penting lainnya," sahut Dewa ketika sambungan telepon sudah dijawab.Sang sekretari

    Last Updated : 2020-11-14

Latest chapter

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 17

    "Kenapa kamu nggak jujur sama papa selama ini, Dewa? Mau tahu apa? Sekarang si Haris sialan itu minta supaya jabatannya dinaikkan jadi direktur personalia!""Apa?! Enak aja! Nggak bisa gitu dong, Pa! Dia itu kan--""--Dia itu apa, hah? Dia mengancam akan menyebarkan semua cerita dan bukti-bukti berupa foto kalau Cinta pernah bekerja di rumah pelacuran! Muka papa ini mau taruh di mana? Mau taruh di mana, Dewa? Mau taruh di manaaa...?" Amarah Raja tak terkendali lagi, ketika meminta sang putra datang menemuinya di kediamannya.Sungguh ini bukanlah bagian dari semua yang telah Dewa pikirkan beberapa saat lalu saat berada di atas mobilnya, karena ia sama sekali tidak mengira jika Haris Denandra akan melakukan hal tersebut.Rona merah padam yang tergambar jelas di wajah Raja merupakan penggambaran betapa Dewa sudah sangat bersalah atas semua kebohongan ciptaannya, "Kalau gitu biar aku mundur aja dari kantor, Pa

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 16

    "Selamat ya, Mba Cinta. Kali ini memang perutnya sudah ada isinya," ujar Dokter Nurul dengan mata berbinar-binar."Alhamdulilah ... Serius ini, Dok?" Membuat Dewa menurunkan seluruh tubuhnya ke lantai dan segera bersujud disertai suara tanya yang menggelegar. Ia melakukan itu bukan tanpa alasan, sebab menurutnya ini adalah bukti bahwa sang penciptaasih berpihak padanya.'Terima kasih ya Robbb... Jadi kami nggak perlu berbohong lagi sama papa dan mama setelah ini.' Dan Cinta pun merasa demikian, karena memang selama ini hatinya selalu merasa tertekan tentang kebohongan yang telah mereka ciptakan.Membersihkan sisa ultrasonic gel di perut Cinta dengan menggunakan tisu, Dokter Nurul pun menjelaskan semuanya di sana.Sewa dan Cin

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 15

    "Ini pasti Cinta ya? Apa kabarnya nih? Duh, cantik banget, sihhh... Pantesan si Dewa tergila-gila," ujar Padma ketika pertama kali berkenalan secara langsung dengan ipar cantinya itu."Ah, Mba Padma bisa aja. Jadi malu saya mah." Dan berhasil membuat kedua pipi putih Cinta merona merah, "Gimana kab-- Hoek hoekkk...!" Tetapi hal tersebut tak berlangsung lama, sebab rasa mual kembali muncul di sana seperti beberapa saat lalu.Tak urung Padma pun segera menuntun Cinta untuk keluar dari dapur menuju ke kamar mandi, membuat Dewa yang berada di ruang keluarga bersama Goris pun menjadi tersentak, "Ada apa, Pad?"Tanpa permisi Dewa meninggalkan Goris di sana sendirian, dan ia pun mendapatkan jawaban dari Padma, "Nggak kenapa-napa, Wa. Mual aja, biasa."Dewa pun berharap agar Padma segera menangani keluhannya tentang keanehan yang ada pada diri Cinta, dan kedunya obrolan kecil di depan pintu kamar mandi,"Habis ini tolong langsung diperiksa dulu dong, Pad. Aku kan

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 14

    Selesai menikmati makan siang yang sengaja Dewa minta dari Cinta, ia tidak membiarkan istrinya itu pulang ke apartemen diantar oleh Pak Parjo, supir kantornya. Sejumlah rencana sudah bertengger cantik di isi kepalanya, dan kali ini harus terealisasi bagaimana pun caranya.Hal tersebut tentu saja menjadi satu tanda tanya besar untuk Cinta, "Lho, Yah! Ini kan bukan jalan menuju ke apartemen kita."Jadi mau tak mau Dewa harus menjelaskannya, daripada harus mendengarkan pertanyaan yang sama dari bibir Cinta terus menerus tanpa henti, "Iya, Bun. Kita ke dokter sebentar ya?""Ke dokter? Ngapain?" Namun, bukan kelegaan yang lantas diterima oleh Dewa setelah itu, melainkan pertanyaan lanjutan akibat rasa penasaran dalam diri Cinta.Dengan ent

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 13

    Membawa pulang pizza tanpa toping yang menjadi pesanan Cinta, Dewa tampak begitu senang karena di isi kepalanya tercecar segala penjelasan dari manager wanita di outlet makanan cepat saji tadi, bahwa bisa jadi saat ini istrinya sedang mengandung.Naik ke dalam lift dan menekan dua buah angka pada panel tombol di dekat pintu, senyuman manis tak luntur dari wajah tampan Dewa.Doa dan sejumlah harapan juga ikut hadir di sepanjang naiknya lift ke atas, sebab dengan begitu Dewa tak perlu mengarang bebas tentang kehamilan cinta lagi.Namun, tetap saja, pikiran negatif itu ada dan bergumul seperti benang kusut di kepala Dewa, “Tapi gimana ya kalau ternyata nggak hamil kayak kemarin itu? Apa alat USG di tempat Dokter Nurul itu salah?”Satu demi satu rasa senang berganti di sana, tapi tidak hilang melainkan hanya berubah menjadi was-was

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 12

    Pulang dari Rumah Sakit, Dewa ternyata tidak menepati janjinya untuk melanjutkan permainan panas mereka yang sempat tertunda. Semua bukan tanpa alasan, karena Cinta memilih masuk ke dalam kamar dan tidur dengan posisi membelakangi sang suami yang sedang berganti pakaian.Alih-alih bergelung, memeluk dan memberi umpan seperti biasanya, Dewa bahkan membiarkan Cinta di sana. Ia mengambil ponsel yang sempat diletakkan di atas meja nakas dan mencari nomor kontak sekretarisnya, dengan maksud untuk menghubunginya."Halo, Pak Dewa. Ada yang bisa saya bantu?""Tolong bawakan laptop kerja saya yang di atas meja itu ke apartemen, Mil. Masukin ke dalam tas kerja, terus anterin sekarang karena istri saya lagi nggak enak badan. Kamu suruh aja Pak Warjito di lobi yang anterin, biar nggak menunda kerjaan penting lainnya," sahut Dewa ketika sambungan telepon sudah dijawab.Sang sekretari

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 11

    Dewa mengandeng mesra tangan Cinta memasuki koridor sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak di bilangan Jakarta Pusat. Cinta merasa ada yang aneh dengan perlakuan Dewa padanya hari itu, namun ia memilih untuk diam tanpa mau repot-repot bertanya satu pertanyaan pun.Di satu tangannya yang bebas pun terdapat satu cup Bubble Tea, hasil dari memaksa tanpa henti dari Cinta pada Dewa, jadi saat itu, menikmati jerih payah merengeknya adalah hal terbaik daripada harus repot-repot berbicara menurutnya.Dewa pun tak berniat untuk berkata-kata lagi setelah tenaganya habis berdebat dengan Cinta untuk segelas Bubble Tea yang di dalamnya terdapat banyak campura bola tapioka, karena ia begitu yakin jika keras kepala istrinya itu terjadi akibat sesuatu dari dalam perut datarnya.Nyaris tiga menit berjalan di koridor Rumah Sakit, pada akhirnya keduanya pun sampai di depan poli Ibu dan anak. Di sana Dewa mendaftar, lalu mengajak Cinta untuk duduk d

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 10

    "Yah, gimana ini? Mama barusan telepon, katanya mau bikin acara pengajian empat bulanan kandungan Bunda gitu, Yah. Gimana ini?" ujar Cinta di ujung telepon, saat suara Dewa sudah terdengar menyapa istrinya itu.Suara Cinta terdengar menggebu, bahkan cenderung mengkhawatirkan di telinga Dewa.Alhasil setelah menarik napas sedalam mungkin, Dewa mencoba menangkan Cinta dengan berniat untuk menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya, "Tenang dulu ya, Bunda. Nanti biar Ayah aja yang ngomong soal kebohongan kita selama ini."Sayangnya bahasa yang Dewa gunakan begitu sensitif di telinga Cinta, menyebabkan wanita itu bersuara tegas, "Enak aja kebohongan kita! Aku nggak pernah setuju sama ide ini kan waktu itu?"Dewa yang kikuk, tak urung sedikit menjauh ponsel genggamnya sembari menukar karbon dioksida dari dalam paru-paru. Dewa secepat kilat berpikir di sana, dan menenangkan adalah cara yang ia pilih, "Bunda sayang, sabar ya? Jangan marah-marah dulu

  • Menikah Dengan Pelacur [Indonesia]   PART 9

    "Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Andini binti Muhammad Akbar dengan mas kawinnya yang tersebut tunai!""Bagaimana, Pak?""Sah?""SAHHH...!""Alhamdulillah..."Sah. Satu kata itu dengan cepat merasuk di dalam relung jiwa Cinta, juga merusak dandanan tukang rias pengantin akibat lelehan air matanya, namun tidak menjadi persoalan untuk Kemuning yang berada tepat di sebelahnya. Sangat lumrah hal itu di mata tuanya, sebab ia pun melakukannya saat Raja mengucapkan ijab qobul atas pernikahan mereka berdua.Kemuning sendiri juga sempat menitikkan air mata, tetapi tidak berlama-lama seperti yang dilakukan oleh menantunya. Ya, Cinta Andini sudah resmi menjadi bagian dari keluarga Djatmiko saat ini dan dia adalah menantu satu-satunya, karena memang Dewa adalah anak tunggal.Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Kemuning, dan untuk Raja sendiri, ia tetap saja sama seperti yang sudah-sudah, menyimpan kegembiraan itu da

DMCA.com Protection Status