Ditemani rintik hujan, hingga kilat yang beberapa kali menyambar, seorang wanita cantik tenggelam dalam lamunannya yang cukup panjang. Ia berjalan di koridor rumah sakit dengan tatapan mata kosong, membayangkan bagaimana nasibnya ke depannya.
"Selamat nona, Anda sedang mengandung, usia kandungan kurang lebih lima minggu. Tolong dijaga kesehatannya, agar janin anda sehat dan berkembang dengan normal." Ucap sang dokter seraya membantu Gladis untuk merubah posisinya menjadi duduk. "Hamil?!" Gladis kaget sekaligus senang, ia tak dapat mempercayainya setelah satu tahun ia menunggu kabar itu. "Mulai sekarang datanglah setiap bulan untuk pemeriksaan runtin. Oh iya, di mana suami anda?" Gladis tidak menjawab pertanyaan dokter itu dan segera pergi setelah mengucapkan terima kasih. Dan sekarang, perkataan sang dokter tadi terus berputar-putar di telinga Gladis saat ini. "Bagaimana nasib bayiku? Nathan... Nathan tidak mungkin menerima kami," pikir Gladis sambil berjalan ke lobby rumah sakit. Sejak awal Nathan memang mengatakan akan membuat dirinya, tenggelam di tengah neraka jika tetap nekat ingin menikahi dirinya. "Dengarkan aku baik-baik!! kita menikah karena dijodohkan, jadi jangan berharap terlalu banyak! Karena kau masih saja memaksa untuk melanjutkan semua ini, maka terimalah jika hidupmu akan aku buat seperti di dalam neraka!" Ucap Pria tampan itu seraya melepaskan cengkeramannya. Mereka sebenarnya masih ada hubungan saudara. Ayah Gladis dan ayahnya Nathan adalah saudara sepupu. Itulah mereka terikat dalam perjodohan antar keluarga. Gladis memang tertarik dengan Nathan sejak dulu, tapi wanita itu tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan mudah. Nathan juga bersikap dingin padanya. Bahkan walaupun mereka sering berhubungan badan, Nathan selalu menyuruhnya meminum pil KB. "Ku sarankan padamu, cepatlah pasang alat kontrasepsi atau minum pil saja setelah ini! aku tidak sudi jika harus memiliki anak dari wanita seperti dirimu yang manipulatif." Tuturnya dengan sarkas Seperti itulah satu tahun hubungan mereka, tak ada perkembangan yang berarti. Gladis tidak tahu apa yang membuat Nathan membecinya dan malam memilih Clara, adiknya. Padahal, Gladis tidak pernah merasa melakukan kesalahan pada pria itu. "Bagaimana ini? Bagaimana Aku bisa merawatnya?" gumam Gladis dengan isak tangis yang tidak pernah reda sejak keluar dari rumah sakit, di mana dirinya memeriksan dirinya. Tin. Tak berselang lama terdengar suara klakson mobil di depan rumah sakit. Gladis mengangkat kepala, dan tersenyum melihat mobil suaminya datang menjemput. Namun, ketika berpikir suaminya yang datang, ia malah melihat seorang pria keluar dari sana dengan membawa payung di tangannya. Itu bukan suaminya, melainkan Yuda, yang berprofesi sebagai asisten pribadi Nathaniel Collins suami dari Gladis Hadiatmaja. 'Tapi... mungkin saja Nathan ada di dalam,' batin Gladis mencoba menyemangati diri sendiri. "Nona, kenapa tidak menghubungi saya setelah selesai?" tanya Yuda. "Oh, aku hanya ingin berjalan-jalan," Sontak Gladis menengok ke dalam mobil, tapi ia tidak menemukan orang lain di sana. "Apa kau datang sendiri?" "Ya, nona, Mari saya bantu!" Yuda membantu Gladis untuk masuk ke mobil. Wanita itu nampak kecewa setelah mengecek mobil ternyata suaminya tak ada di sana. "Maaf, Nona. Tuan Nathan sedang meeting hingga saya sendirian saat ini." Ucapnya dengan berbohong. Setelah memastikan Nyonya mudanya sudah aman di dalam mobil, Yuda memutuskan untuk menawarkan mengantarkannya ke taman atau ke Mall. Ia tidak bisa mengantarkan nyonya muda ini langsung ke rumah, atau semuanya akan menjadi kacau. "Nona, apa anda ingin saya antar ke Mall atau taman terdekat? siapa tau anda butuh hiburan!" tawar Yuda terbata. "Tapi apa-apa, Yud. Aku ingin pulang saja. Aku khawatir Kak Nathan akan marah jika aku datang ke sana," ucap Gladis memastikan jika tidak apa-apa dirinya ke sana. Yuda tersenyum kecut, Ia bingung harus berkata apa jika sebenarnya ia sudah berbohong pada Nyonya Gladis tentang kebenaran Tuannya selama ini. Ia merasa begitu berdosa karena mendukung kegiatan gila yang dilakukan Tuannya di belakang istrinya selama ini. Tak berselang lama, mobil yang di kendarai keduanya sudah sampai di depan depan kediaman Collins. Namun Tak sengaja Yuda melihat nona mudanya malah sibuk melamun hingga pada akhirnya ia berusaha untuk menyadarkannya. "Nona, kita sudah sampai, silahkan turun terlebih dahulu?" Ucap Yuda setelah membukakan pintu Gladis. "Terima kasih, Yud," Ucap gadis dengan senyum tidak pernah luntur dari bibirnya yang nerwa merah muda. Akhirnya Gladis keluar, ia berjalan masuk ke dalam Rumahnya dan saat pintu terbuka pandangan matanya langsung membuatnya membeku. Hatinya hancur sehancur-hancurnya melihat pemandangan yang cukup menyayat hati terpampang jelas di hadapannya."Sayang, sepetinya istri lugumu itu cukup pintar dalam memperbaiki penampilannya. aku tidak menyangka jika kakakku itu bisa berpenampilan sedikit modis. Sepertinya ia benar-benar ingin menggapai cintaimu!" Ucap Clara yang tengah asik menggoyang-goyangkan gelas Wine yang sejak tadi ia pegang. "Stop bicara omong kosong Clara, tidak usah membahas wanitan itu lagi!" sentak Nathan, lalu ia mengambil gelas wine dari tangan Clara dan langsung membuang isinya. "Oh ya ampun, kau ini tidak asik." Sindir gadis itu seraya mengalungkan tangannya ke leher pria itu. "Apa yang kalian lakukan di sini?" Bentak Gladis tak terima. Kini ia berjalan mendekat ke arah Adik dan juga suaminya guna meminta penjelasan. Tanpa Nathan sadari, Gladis melihat dengan jelas jika ia tengah memangku seorang wanita yang tidak lain adalah Adik kandung Istrinya sendiri. Nathan dan Clara sontak menoleh ke arah Sumber suara. Namun siapa sangka, Pria tampan berwajah oriental itu sama sekali tak merasa bersalah. "Sa
Asisten Yuda berlari dengan membopong tubuh Gladis menuju ruang UGD Rumah sakit milik internasional milik keluarga Collins. Tanpa di sadari Yuda, ternyata Di depan meja resepsionis sudah berdiri Nyonya Naira yang tengah mengontrol kinerja karyawan rumah sakitnya kala itu. "Dok, tolong wanita ini!!"Ucap Yuda yang tidak bisa menutupi rasa khawatirnya sejak melihat istri atas nya itu tak sadarkan diri saat menjemputnya tadi di rumah tadi. Tubuh Gladis di tidurkan di atas brangkar rumah sakit dengan di dorong beberapa petugas medis untuk di bawa ke ruang UGD, di ikuti pula oleh Asisten Yuda yang ikut di belakangnya. "Bagaimana dok?" Tanya Yuda yang begitu merasa bersalah karena sudah mengikuti perintah nona Clara untuk membawa kakaknya ke rumahnya tadi. "Tuan---" Dokter pria itu menepuk pundak Yuda yang nampak tengah sibuk melamun. "Ah iya dok, bagaimana? Maaf saya melamun tadi." Ucap Yuda penuh sesal karena sudah mengabaikan ucapan dokter itu sejak tadi. "Tidak masalah Tuan,
"Kenapa anda tidak mengatakan yang sebenarnya saja Nona, kenapa anda memilih menutupi ini semua?" Tanya Yuda yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran wanita yang tengah terduduk termenung di hadapannya itu. "Aku tidak bisa yud!" Satu kalimat yang meluncur dari bibir Gladis itu mampu membuat Yuda terperangah tak percaya. Bagaimana bisa nona Gladis memilih menutupi penghianatan yang di lakukan tuan muda Nathan pada dirinya? Bahkan wanita yang tega merebut perhatian suaminya itu adalah adiknya sendiri. "Saya benar-benar tidak menyangka jika anda akan memilih untuk diam saja saat mengetahui ini. Saya pikir anda akan marah, bahkan akan menghajar nona Clara dan tuan Nathan setelah mengetahui penghianatan mereka, tapi apa ini?" Ucapnya seraya geleng-geleng kepala. Mendengar itu, sontak bibir Gladisa langsung tersenyum kecut. Siapa bilang ia tidak ingin membongkar kebusukan kedua orang manusia yang sangat di cintanya itu? Namun, ia tak bisa melakukan itu semua karena ia tidak mau ke
Para pelayan yang melihat Tuan Nathan pulang nampak menyambutnya dengan Membukakan pintu untuk tuan muda pertama keluarga Collins itu. Pria yang sejak semalam tidak pulanb itu kini berjalan sempoyongan dengan wajah yang memerah sayu. Bruk Tubuh Nathan tersungkur ke lantai karena kakinya tak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri. Para pelayan yang melihat itu sontak berhamburan untuk menolong tuan muda mereka, namun tiba-tiba saja suara menggelegar seseorang membuat seluruh pelayan yang tadi ingin menolong Nathan, sontak mengurungkan niat mereka. "BERHENTI" Tup tup tup Mendengar suara nyaring langkah kaki yang saling bersahutan menuruni anak tangga itu, sontak ada satu orang pun yang berani mengangkat wajah mereka tinggi-tinggi. Tak berselang lama, kedua kaki itu sedang berdiri di atas kepala Tuan Nathan yang tertidur pulas di atas lantai ruang keluarga dengan kondisi yang sangat berantakan. "Bangun!" Perintah seseorang yang terdengar tegas namun penuh dengan Aura di
"Dari mana saja kau dia hari tidak pulang, Hm? Menurutmu apakah wajar seperti wanita bersuami pergi dari rumah berhari-hari tanpa mengabari suaminya sendiri?" Cecar Nathan hingga membuat Gladis menghela nafasnya kasar "Ada apa ini?" Tiba-tiba nyonya Naira datang dengan menenteng beberapa Paper bag di tangannya. "Mom, kenapa mom sudah pulang?" Tanya Nathan seraya melihat ke arah jam tangan mewah yang bertengger kokoh di lengan kanannya. "Ini baru jam 10 pagi, tapi tumben sekali mommy sudah pulang. Memangnya apa ada yang ketinggalan?" Imbuhnya lagi PLAK Bukannya menjawab pertanyaan putranya, nyonya Naira malah menganyunkan satu buah tamparan keras ke arah pipi sang putra. Sontak Nathan langsung memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak kemarin ia terus mendapatkan tamparan keras dari mommy dan Daddynya dengan alasan yang sulit ia terima. "Ada apa Mom, kenapa mommy memukulku?" Ucap Nathan dengan suara yang meninggi. "Kau tanya ada apa? Dimana saja kau hah? Seharusnya kau
"Nona" Sebuah suara membuyarkan konsentrasi Gladisa saat mengerjakan laporannya, Ia mengangkat palanya dan melihat jika Asisten pribadinya yang bernama Tiara yang memanggil namanya. "Hei, selamat pagi, kau sudah datang rupanya." Gladis melepas kacamata macanya dan kini menyapa balik Tiara. Namun bukannya menjawab, Tiara malah menatap atasannya itu dengan khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja? Kenapa wajah anda pucat, apa anda sakit? Mendengar pertanyaan asisten pribadinya itu, sejenak Gladis merasa ragu sebelum menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, hanya saja mungkin aku kurang tidur kemarin malam." Kilahnya. "Benarkah?" Namun Tiara tak serta Merta langsung percaya dengan jawaban yang di berikan Gladis. "Tapi wajah anda benar-benar sangat pucat Nona, apa perlu aku belikan obat atau mungkin kita ke dokter saja??" Tanyanya seraya berjalan mendekat ke arah meja kerja Gladis. Wanita itu menggeleng seraya tersenyum lembut. "Aku benar-benar tidak apa-apa Ra. Apa
"Diam dan jangan banyak bicara, awas jika kakak berani bicara pada semua orang yang ada di sini maka aku tidak akan segan-segan menyakiti Mommy!" Ancamnya dengan tersenyum Smirk. "Buat asisten pribadimu ini diam selagi aku mengatur semuanya!" imbuhnya lagi. Gladisa sontak semakin membeku mendengar ancaman itu, apalagi melalui belakang tubuh Clara ia melihat dengan jelas ada seseorang yang sangat ia kenal juga berjalan ke arah mereka. Sepertinya Pria itu belum sadar jika di sana ada Gladisa dan juga Tiara yang tengah terperangah tak percaya. Setelah beberapa langkah semakin dekat, barulah Nathaniel sadar jika yang berada di depannya adalah sosok yang selama ini ia benci, sosok yang tengah berpelukan dengan wanita yang sangat ia cintai. "Gladis" Gumamnya lirih. Sedangkan Asisten Yuda terlihat biasa saja saat berdiri di belakang Atasannya itu, menurutnya cepat atau lambat Nona Gladis harus tau seberapa besar kedua orang yang selama ini ia cintai itu di belakangnya. Di tengah
"Aku tidak bisa." Jawab Nathan to do points. "Cih" decih Clara seraya tersenyum miring. "Jangan kau pikir aku tidak tau jika kau ingin mengejar wanita itu. Jangan macam-macam karena aku tidak akan membiarkannya!" Ucapnya penuh penekanan di setiap katanya. Bukan tanpa alasan Clara melakukan itu, ia sudah muak bernegosiasi terus dengan Nathan selama ini, ia sudah lama menunggu untuk menjadi nyonya Collins Hadiatmaja, kenapa sulit sekali untuk menggapainya? Gumam Clara dalam hati. Nathan yang sudah kehilangan jejak Gladis tentu saja menolah ajakan Clara untuk tetap berada di sana. Lalu ia melepaskan genggaman tangan Gladis agar melepaskan Lengannya, "Maaf, aku harus pergi. Nanti aku akan menghubungimu lagi!" Ucapnya seraya memberi Kode ke arah Yuda untuk mengikutinya. "Tidak kak, tunggu jangan pergi!" Pintunya, lalu berusaha untuk mengejar Nathanial, namun sepertinya ia kalah cepat, karena Yuda sudah lebih dulu menghalangi Langkan untuk mengejar langkah kaki Nathan. "Mau apa kau?