Share

6

"Dari mana saja kau dia hari tidak pulang, Hm? Menurutmu apakah wajar seperti wanita bersuami pergi dari rumah berhari-hari tanpa mengabari suaminya sendiri?" Cecar Nathan hingga membuat Gladis menghela nafasnya kasar

"Ada apa ini?" Tiba-tiba nyonya Naira datang dengan menenteng beberapa Paper bag di tangannya.

"Mom, kenapa mom sudah pulang?" Tanya Nathan seraya melihat ke arah jam tangan mewah yang bertengger kokoh di lengan kanannya. "Ini baru jam 10 pagi, tapi tumben sekali mommy sudah pulang. Memangnya apa ada yang ketinggalan?" Imbuhnya lagi

PLAK

Bukannya menjawab pertanyaan putranya, nyonya Naira malah menganyunkan satu buah tamparan keras ke arah pipi sang putra.

Sontak Nathan langsung memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak kemarin ia terus mendapatkan tamparan keras dari mommy dan Daddynya dengan alasan yang sulit ia terima. "Ada apa Mom, kenapa mommy memukulku?" Ucap Nathan dengan suara yang meninggi.

"Kau tanya ada apa? Dimana saja kau hah? Seharusnya kau yang menjemput istrimu! Sesibuk apa kau hingga tidak mau menanyakan kabar istrimu sendiri? Kenapa kau malah menyuruh asisten pribadimu yang menjaga istrimu di rumah sakit hah?" Sepeti kesetanan, nyonya Naira mencecar semua pertanyaan itu pada sang putra hingga mendesak Nathan untuk berjalan mundur.

"A--Apa? AHhhhhh itu mom, ma---maaf aku kemarin mabuk mom, jadi aku-------" ucapan Nathan terputus karena Gladis memotong kata-katanya.

"Tidak apa-apa Mom, kak Nathan kan kemarin sudah menjengukku, mungkin saja ia sedang banyak pikiran soal kantor, aku tidak mau membuatnya lelah jika harus menjemput juga! lagi pula Ia sudah menyuruh asisten Yuda untuk menjemputmu kan." Ucap Gladis memberi alasan.

"Benarkah? Kalian tidak sedang menipu mommy kan?" Tanya nyonya Naira penuh selidik. Agaknya nyonya Naira masih sedikit curiga dan belum sepenuhnya percaya dengan apa yang di katakan oleh menantunya itu.

Sikap Nathan yang begitu tegang saat ini membuatnya sangat sulit untuk percaya begitu saja, pasalnya yang ia tau saat ini gadis licik yang sudah di usir dari keluarganya itu tengah kembali ke Indonesia. Tentu saja hal itu menjadi ancaman hubungan Putranya dengan sang menantu, kali ini nyonya Naira tidak bisa percaya begitu saja dan akan meminta ke pada sang suami untuk mengawasi putranya.

"Baiklah, kali ini mommy percaya pada kalian, namun jika sampai kalian berbohong maka mommy tidak akan segan-segan menghukum mu!!" Setelah mengatakan itu nyonya Naira memutuskan untuk masuk kedalam ,namun lebih dulu ia tidak lupa menitipkan paper bag berisi baju dan makanan Menantunya ke pada asisten rumah tangganya yang ada di sana.

Setelah kepergian Nyonya Naira, Nathan sontak langsung menghela nafasnya dengan sangat kasar. Ia lega karena sang mommy tidak mencurigai dirinya, sepertinya Gladis tidak mengatakan apapun soal kejadian malam itu kepada Mommynya hingga wanita paruh baya itu tidak membahasnya tadi.

Nathan melangkah untuk keluar dari rumahnya, hari ini ia harus meeting ke pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota. Apalagi Ia juga sudah berjanji akan bertemu clara di sana setelah acara Meeting Nya selesai nanti. Namun tiba-tiba Nathan memutuskan berhenti di samping tubuh Gladisa seraya menatap ke arahnya. "Dengar, jangan kau pikir aku tersentuh dengan bantuanmu tadi nona. Sungguh aku bahkan semakin jijik dengan sifatmu yang bermuka dua itu!" Setelah puas menghina istrinya sendiri, Nathan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya keluar menuju mobil mewahnya meninggalkan Gladisa berdiri sendiri dengan termenung.

Tanpa sadar Air mata Gladis menetes membasahi pipinya yang mulai chubby, Apa yang harus ia lakukan setelah ini? mengingat seiring usia kandungannya bertambah, maka perutnya akan semakin besar dan akan sulit untuk menyembunyikannya dari sang suami dan keluarganya. "Mungkinkan ini Akhirnya aku harus menyerah?" Ucapnya lirih seraya mengusap air matanya dengan kasar.

******

Hingga sampai malam harinya pun, ketika makan malam bersama, Nathan belum juga kembali ke rumahnya. Padahal Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya, hingga pada akhirnya membuat Tuan Aiden Collins menyudahi makan malamnya meskipun makanan di atas piringnya belum benar-benar habis. "Dimana suamimu?" Tanyanya pada Gladis yang nampak malas-malasan menikmati makan malamnya.

mendapatkan pertanyaan seperti itu dari mertuanya, tentu saja membuat Gladis bingung harus memberikan jawaban apa? mengingat ia sendiri tidak tau di mana keberadaan suaminya itu sekarang.

Melihat wajah panik menantunya, agaknya Nyonya Naira menghela nafasnya perlahan, sepetinya dugaannya benar ada yang tidak beres dalam hubungan Putra dan menantunya itu saat ini. mengingat sejak kemarin Nathan seperti tidak betah berada di rumah, dan lebih anehnya lagi, tadi pagi tak sengaja ia seperti melihat ada gurat ketegangan di antar keduanya saat kepulangan Gladis dari rumah sakit

Setelah sukses lolos dari begitu banyak pertanyaan yang di ajukan oleh mertuanya, Kini Gladis berangkat menuju kantor di antar oleh sopir keluarga Collins. sepertinya kedua mertuanya masih belum bisa tenang jika mengijinkan dirinya untuk mengendarai mobil sendiri.

Mobil ber-cat putih dengan merk ternama itu kini sudah sampai di Perusahan Fashion Milik Collins.Drc namun sepertinya Gladis belum juga sadar akan hal itu. sejak tadi ia diam tak bergeming dengan tubuh yang bersandar di kepala kursi mobil bagian belakang, dengan sorot mata mengarah keluar Jendela.

Sang sopir yang merasa ada yang aneh, akhirnya memutuskan untuk menegur Nona mudanya itu karena dari arah belakang sudah ada beberapa mobil yang mengantri untuk bergantian menurunkan penumpang.

EHEm

"Maaf nona, Kita sudah sampai." Ucapnya seraya menatap Gladis dari kaca spion tengah.

Gladis yang kaget, sontak bertingkah seperti orang linglung baru sadar dari lamunan panjangnya. "Eh iya pak, maaf, Saking menikmati suasana." kilahnya seraya menyampirkan rambutnya ke belakang telinga. Ketara sekali jika ia sedang berbohong namun pak Endang sama sekali tidak berniat untuk ikut campur dengan urusan atasannya itu. "Saya masuk dulu ya pak!" imbuh Gladys yang sudah membuka pintu untuk turun dari mobil.

Pak Endang tersenyum seraya mengangguk mengiyakan, Setelah itu ia langsung tancap gas pergi kembali menuju kediaman Collins setelah selesai tugasnya mengantar sang Nona muda.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status