Share

5

Para pelayan yang melihat Tuan Nathan pulang nampak menyambutnya dengan Membukakan pintu untuk tuan muda pertama keluarga Collins itu.

Pria yang sejak semalam tidak pulanb itu kini berjalan sempoyongan dengan wajah yang memerah sayu.

Bruk

Tubuh Nathan tersungkur ke lantai karena kakinya tak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri.

Para pelayan yang melihat itu sontak berhamburan untuk menolong tuan muda mereka, namun tiba-tiba saja suara menggelegar seseorang membuat seluruh pelayan yang tadi ingin menolong Nathan, sontak mengurungkan niat mereka.

"BERHENTI"

Tup tup tup

Mendengar suara nyaring langkah kaki yang saling bersahutan menuruni anak tangga itu, sontak ada satu orang pun yang berani mengangkat wajah mereka tinggi-tinggi.

Tak berselang lama, kedua kaki itu sedang berdiri di atas kepala Tuan Nathan yang tertidur pulas di atas lantai ruang keluarga dengan kondisi yang sangat berantakan.

"Bangun!" Perintah seseorang yang terdengar tegas namun penuh dengan Aura dingin yang mencekam. Tuan Aiden Collins nampak marah menatap kondisi putranya yang lagi-lagi pulang dalam keadaan mabuk parah. Entah apa saja yang sudah di lakukan putranya itu di luar sana, namun saat ini sepertinya tuan Aiden sudah tidak bisa mentolerir semua perbuatan putranya, hingga memutuskan akan menghukum putranya itu dengan caranya sendiri.

"Bawakan air kemari!" Perintah tuan Aiden pada salah satu pelayan yang berada tak jauh darinya berdiri saat ini.

Pelayan yang di tunjuk itu sontak mengangguk patuh. Buru-buru ia berlari untuk segera mengambil apa yang di minta tuan besarnya itu, agar tak semakin marah hingga bedampak buruk pada mereka semua yang ada di mansion itu.

Tak berselang lama, pelayan tadi kembali dengan membawa satu buah ember ukuran sedang yang berisikan air permintaan Tuan besarnya. Buru-buru ia menyerahkan ember itu pada sang Tuan dan memutuskan kembali melangkah menjauh setelah melakukan tugasnya.

Byur

Air satu ember tadi berakhir mengguyur tubuh pria muda yang saat ini terlihat gelagapan hingga terbangun dari tidur panjangnya.

"Hujan, hujan, banjir" Pekik Nathan tanpa sadar.

Plok plok plok

Suara tepuk tangan tuan Aiden memecahkan kesunyian di tempat yang begitu ramai dengan manusia, namun tak ada satu orangpun yang berani bersuara jika Sang empunya mansion dalam keadaan marah seperti itu.

Tuan Aiden langsung duduk berjongkok di hadapan putranya dengan sorot mata tajam seakan ingin mengulitinya hidup-hidup. "Baru bangun tuan muda? Enak tidur panjangnya?" Tanyanya seraya tersenyum bengis.

Nathan nampak mengusap wajahnya yang basah kuyup menggunakan satu tangannya. Pria itu sepertinya sudah mulai kembali sadar meskipun hanya 50% dari otaknya. "Clara, kau kah itu?" Sepertinya Nathan sedang berhalusinasi dengan melihat wajah Daddynya sebagai wajah kekasih gelapnya. hingga tanpa sadar, tangannya sudah terangkat untuk membawa gadis cantik itu dalam pelukannya dengan bibirnya yang manyun ke depan seakan ingin memberikan Ciuman padanya.

PLAK Plak Plak

Suara tamparan keras beberapa kali terdengar di setiap sudut mansion utama keluarga Collins hingga membuat Semua penghuninya bergetar menahan takut.

Nathan sudah jatuh tak sadarkan diri akibat pengaruh Minuman yang ia minum, sekaligus pukulan bertubi-tubi yang ia dapatkan pagi ini dari sang Daddy.

*******

Beberapa jam kemudian

Pelayan kediaman Collins melihat pulangan nona mudanya dengan expresi terkejut. Setelah dua hari tidak pulang, akhirnya nona muda Gladisa kembali ke rumah besar itu dengan kondisi yang nampak kurang sehat.

"Nona, kenapa anda seperti ini?"

Gladis yang baru sampai di depan pintu, sontak menatap ke arah Asisten rumah tangga yang tadi menyambut kepulangannya. Tak berselang lama terdengar derap langkah kaki yang ikut menyambut kepulangan Gladis dengan tatapan penuh curiga di sertai seringat tipis di wajah tampannya yang saat ini tengah berjalan menuju ke arah Gladis berdiri.

Plok plok plok

"Ada apa? Ingat pulang kau rupanya!!" Ucapnya dengan nada ketus.

Mendengar suara itu, sontak tubuh Gladis menjadi membeku serta hati yang terasa sakit.

"Tuan, sepertinya nona sedang tidak baik-baik saja. Wajahnya pucat dan bibirnya nampak-----"

"Siapa yang bertanya padamu, Hm?" Ucap Nathan memotong ucapan Asisten rumah tangga yang sempat menyambut kedatangan Gladis.

Sontak kepala pelayan yang bernama Seno itu langsung menundukkan kepalanya tak berani bersuara. Setelah itu, tatapan Nathan kembali ke arah Gladis yang sejak tadi menatapnya dengan sorot mata tak terbaca tanpa menjawab pertanyaan sedikitpun gadis itu malah melenggang ingin masuk ke dalam rumah mereka hingga membuat Nathan menggunakan otoritasnya untuk menarik istrinya agar tidak berani meninggalkan dirinya sebelum dirinya selesai bicara.

"Jika kau berani pergi dari sini maka jangan harap bisa keluar dengan bebas lagi sepeti sebelum-sebelumnya!" Ancam Nathan dengan tegas

Mau tidak mau Gladis menghentika langkahnya. "Ada apa kak? Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanyanya dengan menatap Nathan dengan intensitas.

Sejenak hati Nathan berdesir hebat, entah kenapa ia merasa ada yang hilang dari sorot mata teduh milih istrinya itu kali ini.

Gladis yang biasanya menatapnya penuh cinta, kini seolah kehilangan gairah hidupnya. Sedikit terlintas rasa iba di dalam hati Nathan pada istrinya itu saat ini, namun tiba-tiba kilas balik kehidupan masa lalu mereka membuat hati Nathan kembali menjadi dingin sedingin batu es. Reflek ia memutuskan tatapan mata ke arah lain, agar tidak kembali tertipu dengan keluguan paras istrinya yang menurutnya munafik itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status