Share

9

"Aku tidak bisa." Jawab Nathan to do points.

"Cih" decih Clara seraya tersenyum miring. "Jangan kau pikir aku tidak tau jika kau ingin mengejar wanita itu. Jangan macam-macam karena aku tidak akan membiarkannya!" Ucapnya penuh penekanan di setiap katanya.

Bukan tanpa alasan Clara melakukan itu, ia sudah muak bernegosiasi terus dengan Nathan selama ini, ia sudah lama menunggu untuk menjadi nyonya Collins Hadiatmaja, kenapa sulit sekali untuk menggapainya? Gumam Clara dalam hati.

Nathan yang sudah kehilangan jejak Gladis tentu saja menolah ajakan Clara untuk tetap berada di sana. Lalu ia melepaskan genggaman tangan Gladis agar melepaskan Lengannya, "Maaf, aku harus pergi. Nanti aku akan menghubungimu lagi!" Ucapnya seraya memberi Kode ke arah Yuda untuk mengikutinya.

"Tidak kak, tunggu jangan pergi!" Pintunya, lalu berusaha untuk mengejar Nathanial, namun sepertinya ia kalah cepat, karena Yuda sudah lebih dulu menghalangi Langkan untuk mengejar langkah kaki Nathan. "Mau apa kau? Minggir!" Bentaknya seraya berusaha mencari calon untuk pergi dari sana.

"Tidak bisa nona, Anda jangan mengganggu Tuan Nathan lagi!"

Deg

Mendengar itu seketika Hati Clara merasang. Tangannya dengan cepat mengayun untuk memukul Asisten Yuda, namun lebih dulu dapat di cegah oleh Pria itu hingga tak sampai mengenai Pipinya.

"Hei beraninya Kau." Teriaknya seperti orang yang tidak waras, akibat tidak terima langkahnya di halangi pria yang berstatus sebagai Asisten pribadi kekasihnya itu.

"Maaf" Hanya itu yang keluar dari bibir Yuda sebelum menghempaskan Tangan Clara hingga wanita itu terhunyun kebelakang.

"Nona Gladisa mau kemana?" Tanya Tiara yang sudah berhasil mengejar langkah Atasannya itu hingga Lobby Mall. sepertinya Atasannya itu ingin segera pergi dari sana dengan tergesa-gesa. "Nona" panggil Tiana, lalu menarik Tangan Gladis untuk menoleh ke arahnya. "Ada apa sebenarnya? Apa anda ingin menceritakan sesuatu pada saya? Saya janji akan menjadi pendengar yang baik, dan akan merahasiakan ini semua!" Ucapnya penuh keyakinan.

Sontak Gladis langsung menatap ke arah Asisten pribadinya itu, selama ini ia tidak pernah berani keluh kesah apapun kepada orang lain. "Aku hanya ingin pulang!" Ucapnya

"Tapi nona, lalu bagaimana dengan kesepakatan kerja sama kita?" Tanya lagi.

"Batalkan saja! Sepertinya aku kurang cocok dengan ini, lebih baik minta pada mereka Untuk mencari designer lain, toh kita juga belum tanda tangan kontrak dengan mereka!" Putus Gladis, lalu ia mulai melangkahkan kakinya menuju mobil yang terpakir tak jauh dari sana.

Tiara hanya diam menatap sendu ke arah mobil Yang membawa Gladisa pergi meninggalkan Mall itu. Sementara itu tak jauh dari tempat Tiara berdiri, Nathan datang di ikuti dengan Asisten Yuda di belakangnya.

Nafas dua pria itu terengah-engah akibat berlari sekuat tenaga untuk mengejar Gladis, namun sepertinya Mereka tetap ketinggalan jejak Wanita itu, di sana cuma ada Tiara yang terbengong menatap ke arah jalanan entah apa yang sedang gadis itu fikirkan.

Nathan langsung mencekal Bahu Asisten pribadi istrinya itu agar menatap ke arahnya. "Di mana Gladis?" Tanya Nathan dengan sorot mata Tajam penuh kekhawatiran. Entah khawatir dengan keadaan Gladis atau Khawatir pada hal yang lain Tiara tak paham itu.

"Tuan sakit," Ucapnya lirih.

Menyadari Sikapnya yang berlebihan, akhirnya Nathan Melepaskan Cekalan tangannya dari bahu Tiara. Karena Malu akhirnya ia berdehem keras untuk menetralkan detak jantungnya yang sempat berdebar tak karuan tadi. "Dimana Gladis?" Untuk kedua kalinya ia harus mengulang pertanyaannya yang sama.

"Nona Gladis sudah pergi beberapa menit yang lalu tuan."

Tiara hanya diam menatap sendu ke arah mobil Yang membawa Gladisa pergi meninggalkan Mall itu. Sementara itu tak jauh dari tempat Tiara berdiri, Nathan datang di ikuti dengan Asisten Yuda di belakangnya.

Nafas dua pria itu terengah-engah akibat berlari sekuat tenaga untuk mengejar Gladis, namun sepertinya Mereka tetap ketinggalan jejak Wanita itu, di sana cuma ada Tiara yang terbengong menatap ke arah jalanan entah apa yang sedang gadis itu fikirkan.

Nathan langsung mencekal Bahu Asisten pribadi istrinya itu agar menatap ke arahnya. "Di mana Gladis?" Tanya Nathan dengan sorot mata Tajam penuh kekhawatiran. Entah khawatir dengan keadaan Gladis atau Khawatir pada hal yang lain Tiara tak paham itu.

"Tuan sakit," Ucapnya lirih.

Menyadari Sikapnya yang berlebihan, akhirnya Nathan Melepaskan Cekalan tangannya dari bahu Tiara. Karena Malu akhirnya ia berdehem keras untuk menetralkan detak jantungnya yang sempat berdebar tak karuan tadi. "Dimana Gladis?" Untuk kedua kalinya ia harus mengulang pertanyaannya yang sama.

"Nona Gladis sudah pergi beberapa menit yang lalu tuan."

"Apa? Damn" Umpat Nathan, lalu ia menoleh ke arah Yuda dan memberi kode pada asistennya itu untuk menyiapkan mobilnya.

Ternyata Gladisa meminta sang sopir untuk menurunkan dirinya di sebuah taman yang tidak jauh dari kediaman Collins yang baru saja mereka kunjungi.

"Nona, apakah saya perlu menunggu anda di sini?" Tanya sang Supir

"Tidak usah pak!" jawab Gladis, sesaat sebelum turun dari mobilnya.

Kemudian setelah mobilnya melaju pergi, Gladis telihat menghela nafasnya dengan panjang. Lalu ia berjalan menuju sebuah bangku yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi.

Hampir satu jam ia duduk di bangku itu. Di sana ia bebas meluapkan seluruh isi hatinya dengan menangis dan berteriak sesuka hatinya. Tak terasa hujan pun mulai turun, sudah menjadi kebiasaan Gladis membawa payung lipat di dalam tasnya, namun hari ini ia tidak mau menggunakannya karena ingin menikmati hujan dengan menangis sepuas hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status