Siapa sangka dari kejauhan tuan Aiden melihat dengan jelas semua yang terjadi di dalam Perusahaannya. Selama ini tuan Aiden selalu memantau seluruh pergerakan kedua putra putrinya. bukannya marah, tuan Aiden malah tersenyum Smirk menatap ke arah Laya komputer yang ada di hadapannya. Asisten Hans yang kini berdiri di belakangnya pun tak kalah datarnya menatap ke arah layar Leptin yang masih menyala. "Tuan, Apakah anda tidak ingin menegur Tuan Nathan atas kecerobohannya? kasihan Nona Gladis!" "Tidak perlu, Biarkan saja. aku punya rencana lain untuk anak nakal itu, Kau siapkan saja apa yang aku perintahkan setelah ini!" "Baik Tuan." Jawab Hans, laku menundukkan kepalanya sejenak. ***** Sementara itu Nathan yang tadi sempat mengejar langkah Gladis kini nyatanya kehilangan jejak. Namun ia tak sengaja menendang kantung plastik yang tadi sempat di bawa oleh Gladisa untuk dirinya. "Apa ini?" Karena penasaran, pria itu akhirnya memutuskan untuk mengecek apa isinya? dari b
CEKLEk pintu kamar Tiba-tiba terbuka dari luar, Nathan yang baru saja pulang langsung berjalan masuk ke dalam Kamar mandi tanpa menyapa Gladis terlebih dahulu. Gladis yang awalnya tak mau ambil pusing Akhirnya memilih untuk merebahkan dirinya sendiri ke atas ranjang. Sudah menjadi kebiasaannya sejak menjadi istri Nathan, ia akan selalu menunggu suaminya itu sampai pulang meskipun pria itu mengatakan ia akan lembur sampai larut malam. Namun matanya bukannya terpejam, Gladis malah terus membolak balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri hingga membuat ranjang itu tak hentinya bergoyang. "Apa kau belum tidur?" Tanya Nathan yang baru saja keluar dari Kamar mandi dengan rambut yang basah, dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Sontak Gladis langsung menghentikan pergerakannya kalah menyadari jika sang suami sudah ada di dekatnya. "Ah, Kau membuatku kaget saja." Gumamnya seraya beringsut mundur untuk bersandar di kepala ranjang. Gladis sama sekali tak berani menatap Nathan y
Tiba-tiba Nathan sudah muncul di balik pintu dengan menatap Gladis cukup dalam. "Ku tanyakan padamu untuk terakhir kalinya, Siapa yang hamil Gladis?" NATHAN berjalan mendekat ke arah Gladis dengan tatapan yang cukup membuat Wanita itu kelabakan, bagaimana tidak. Di saat ia sedang merenungi kehamilannya tiba-tiba pria itu menyela dan entah apa saja yang sudah ia dengar dari mulut Gladis sendiri yang lancang berbicara. "Apa maksudmu kak? Jangan bicara sembarangan!" elak Gladis yang kini sudah melengos memutuskan tatapan mata mereka berdua. "Aku jelas-jelas mendengar kau mengatakan seseorang tengah hamil. Katakan padaku, apa kau hamil?" Nathan nampak menyipitkan matanya seraya mencengkeram kuat Bahu istrinya agar kembali menatap ke arahnya. "Kak, sakit tau." Ringis Gladis seraya berusaha untuk mengurai cengkeraman tangan Suaminya. "Jadi kau masih ingin mengelak nona? Baiklah, tunggu di sini!" Seketika Nathan melangkah mendekat ke arah nakas, ia membukanya perlahan dan l
"Apa maksudnya? Jika dia masih marah padaku, seharusnya bicara saja apa adanya. Kenapa harus menghinaku begitu??" Nathan tidak habis pikir dengan sikap Refaldo Mahendra yang selalu saja kasar padanya. Awalnya ia pikir, lambat taun pria itu akan mau memaafkan dirinya setelah kejadian lima tahun yang lalu di mana ia menikahi Gladisa yang notabene adalah wanita incaran sahabatnya itu. "Kau mau kemana?" tanya Nathan saat melihat Sahabatnya itu ingin keluar dari Unit apartment mereka. "Aku ingin menemuinya," Ujar Faldo ambigu, karena ia masih sibuk menggulung lengannya dan merapikan rambutnya agar tampil sempurna di depan wanita incarannya hari ini. "Memangnya seperti apa wajah gadis itu hingga kau begitu menyukai dirinya Do? Aku bahkan seperti tidak mengenalimu saat ini, Kau yang biasanya dingin tak tersentuh, kini menjadi pria bucin penuh obsesi hanya karena satu wanita. Memangnya secantik dan sepandai apa dia hingga bisa membuat seorang Refaldo Mahendra begitu tergila-gila?" Saki
Waktu berjalan cukup lama, Gladisa menghela nafasnya panjang. Wanita itu baru saja ingin pergi keluar. Namun tiba-tiba Pintu kamarnya terbuka cukup kasar hingga membuatnya hampir saja mengenai Kepalanya karena jaraknya hanya beberapa jengkal saja. Tiba-tiba Nathan muncul dan langsung mencengkeram kuat lengannya dan menarik tubuh Gladisa ke arah Ranjang. Buk Dengan Kasar Nathan mendorong tubuh Gadis hingga jatuh terlentang di atas ranjang, dan kini ia berusaha untuk menguncinya di atas ranjang. "Apa yang kau lakukan kak?" sakit, jangan kasar seperti itu! protes Gladis, yang kini berusaha untuk beringsut mundur agar terlepas dari cengkeraman Suaminya. Namun sepertinya akan sangat sulit karena Nathan sudah lebih dulu menguncinya. "Katakan padaku! Kau hamil anak siapa?" Duar Bagaimana di tempa batu yang besar, Gladis nampak shock mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari mulut suaminya sendiri. "Apa maksudmu kak? Jadi maksud kakak ingin menuduhku hamil anak pria la
Sesampainya di rumah sakit itu, Gladis nampak bingung hingga menoleh ke sana kemari. "Gila, rumah sakit ini tidak kalah mewah dengan rumah sakit keluargaku. siapa pemiliknya? hingga berani membangun rumah sakit yang begitu megah seakan ingin menyaingi rumah sakit keluarga kami??" Pikir Gladis yang kini sudah berdiri di depan resepsionis untuk mendaftarkan diri. Setelah selesai mendaftarkan dirinya, akhirnya Setelah selesai ia ingin membalikan dirinya meskipun saat itu ia harus memasukan kembali dompetnya setelah melakukan pembayaran. Tepat saat Gladis berbalik, saat itu ada seorang pria yang sedang berjalan menuju ke arahnya, hingga tanpa sengaja Tubuh mereka berdua saling bertabrakan. BRUK Ahhhhh Reflek Gladis berteriak karena takut terjatuh, namun saat ia sadar nyatanya tubuhnya saat ini tengah di dalam pelukan seorang pria yang saat ini sedang menatapnya. Perlahan Wanita itu membuka matanya dan saat itu juga tatapan keduanya bertemu. Deg Sontak detak jantung ke
"Kondisi kandungan anda sepertinya sedikit lemah nyonya. saya akan meresepkan obat penguat untuk anda, namun saya sarankan agar anda tidak terlalu lelah saat bekerja!" Kata dokter setelah memeriksa kondisi kandungan Gladis. "pantas saja aku merasa sering kram, ternyata bayiku sedikit manja rupanya. Terimakasih dok, Saya akan selalu mengingat saran yang dokter berikan." Setelah mengatakan itu, Gladis langsung keluar untuk menebus resep ke bagian obat. namun saat baru saja keluar dari pintu Ruangan, tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang yang sejak tadi menunggunya di luar. "Kak, Kenapa kakak masih ada di sini? Apa kakak tidak bekerja?" Tanya Gladis. Meskipun bingung, ia tidak menolak saat Faldo menarik tangannya dan membawanya entah kemana. Namun sepertinya Pria itu membawanya ke sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang kerja. "Duduklah!!" Perintah Faldo seraya mendorong tubuh Gladis untuk duduk di sebuah sofa. Gladis terdiam, Ia menelisik ruangan itu denga
"Kau yang kenapa? Aku bertanya kenapa kau merubah hasil tes kesehatanmu? Apa kau sengaja melakukannya?? Sepertinya Nathan sudah tau semuanya. Hasil tes di rumah sakit sudah di manipulasi oleh Yuda asistennya sendiri. Sementara yang asli tetap di bawa oleh Gladisa pulang dan kemari sempai ia temukan. "Untuk saja aku menemukannya di laci nakas. Coba kalau tidak, kau pasti akan menipuku lagi seperti yang sudah-sudah." "Apa maksudmu?" "Halah, Aku paham betul siapa kau glad. Siapa lagi orang yang memahami mu jika bukan aku, kita tumbuh bersama selama 25 tahun Glad, ingat itu!" "Benarkah?" Gladis tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Nathan tadi. Ia berkata jika ia memahami sikap Gladis, tapi ia tidak pernah bisa memahami perasaan Gladis selama ini padanya. Nathan tanpa sadar mengangguk dan menguatkan cengkeramannya pada bahu Sang istri. "Kak sakit, jangan pegang seperti itu!" "Baiklah aku tidak akan pegang lagi, tapi katakan padaku, kenapa kau melakukan itu semua?" C