Waktu berjalan cukup lama, Gladisa menghela nafasnya panjang. Wanita itu baru saja ingin pergi keluar. Namun tiba-tiba Pintu kamarnya terbuka cukup kasar hingga membuatnya hampir saja mengenai Kepalanya karena jaraknya hanya beberapa jengkal saja. Tiba-tiba Nathan muncul dan langsung mencengkeram kuat lengannya dan menarik tubuh Gladisa ke arah Ranjang. Buk Dengan Kasar Nathan mendorong tubuh Gadis hingga jatuh terlentang di atas ranjang, dan kini ia berusaha untuk menguncinya di atas ranjang. "Apa yang kau lakukan kak?" sakit, jangan kasar seperti itu! protes Gladis, yang kini berusaha untuk beringsut mundur agar terlepas dari cengkeraman Suaminya. Namun sepertinya akan sangat sulit karena Nathan sudah lebih dulu menguncinya. "Katakan padaku! Kau hamil anak siapa?" Duar Bagaimana di tempa batu yang besar, Gladis nampak shock mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari mulut suaminya sendiri. "Apa maksudmu kak? Jadi maksud kakak ingin menuduhku hamil anak pria la
Sesampainya di rumah sakit itu, Gladis nampak bingung hingga menoleh ke sana kemari. "Gila, rumah sakit ini tidak kalah mewah dengan rumah sakit keluargaku. siapa pemiliknya? hingga berani membangun rumah sakit yang begitu megah seakan ingin menyaingi rumah sakit keluarga kami??" Pikir Gladis yang kini sudah berdiri di depan resepsionis untuk mendaftarkan diri. Setelah selesai mendaftarkan dirinya, akhirnya Setelah selesai ia ingin membalikan dirinya meskipun saat itu ia harus memasukan kembali dompetnya setelah melakukan pembayaran. Tepat saat Gladis berbalik, saat itu ada seorang pria yang sedang berjalan menuju ke arahnya, hingga tanpa sengaja Tubuh mereka berdua saling bertabrakan. BRUK Ahhhhh Reflek Gladis berteriak karena takut terjatuh, namun saat ia sadar nyatanya tubuhnya saat ini tengah di dalam pelukan seorang pria yang saat ini sedang menatapnya. Perlahan Wanita itu membuka matanya dan saat itu juga tatapan keduanya bertemu. Deg Sontak detak jantung ke
"Kondisi kandungan anda sepertinya sedikit lemah nyonya. saya akan meresepkan obat penguat untuk anda, namun saya sarankan agar anda tidak terlalu lelah saat bekerja!" Kata dokter setelah memeriksa kondisi kandungan Gladis. "pantas saja aku merasa sering kram, ternyata bayiku sedikit manja rupanya. Terimakasih dok, Saya akan selalu mengingat saran yang dokter berikan." Setelah mengatakan itu, Gladis langsung keluar untuk menebus resep ke bagian obat. namun saat baru saja keluar dari pintu Ruangan, tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang yang sejak tadi menunggunya di luar. "Kak, Kenapa kakak masih ada di sini? Apa kakak tidak bekerja?" Tanya Gladis. Meskipun bingung, ia tidak menolak saat Faldo menarik tangannya dan membawanya entah kemana. Namun sepertinya Pria itu membawanya ke sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang kerja. "Duduklah!!" Perintah Faldo seraya mendorong tubuh Gladis untuk duduk di sebuah sofa. Gladis terdiam, Ia menelisik ruangan itu denga
"Kau yang kenapa? Aku bertanya kenapa kau merubah hasil tes kesehatanmu? Apa kau sengaja melakukannya?? Sepertinya Nathan sudah tau semuanya. Hasil tes di rumah sakit sudah di manipulasi oleh Yuda asistennya sendiri. Sementara yang asli tetap di bawa oleh Gladisa pulang dan kemari sempai ia temukan. "Untuk saja aku menemukannya di laci nakas. Coba kalau tidak, kau pasti akan menipuku lagi seperti yang sudah-sudah." "Apa maksudmu?" "Halah, Aku paham betul siapa kau glad. Siapa lagi orang yang memahami mu jika bukan aku, kita tumbuh bersama selama 25 tahun Glad, ingat itu!" "Benarkah?" Gladis tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Nathan tadi. Ia berkata jika ia memahami sikap Gladis, tapi ia tidak pernah bisa memahami perasaan Gladis selama ini padanya. Nathan tanpa sadar mengangguk dan menguatkan cengkeramannya pada bahu Sang istri. "Kak sakit, jangan pegang seperti itu!" "Baiklah aku tidak akan pegang lagi, tapi katakan padaku, kenapa kau melakukan itu semua?" C
Keesokan harinya Hari ini Gladis tidak pergi ke butik. Ia menuruti apa kata Suaminya, semalaman ia tidak bisa tidur karena Nathan tidak kunjung pulang. "Apa semalam ia tidak benar-benar pulang? Tapi aku merasakan jika semalam ranjang sebelahku tenggelam. Apa mungkin aku hanya bermimpi saja? ck. Dasar, apa yang sebenarnya kau pikirkan Glad? kenapa kau begitu sulit untuk melupakan cintamu padanya?" Gumamnya dengan memukul-mukul kepalanya sendiri. "Bicara sendiri lagi?" Tiba-tiba terdengar suara Pria yang sejak tadi di cari oleh Gladisa. pria yang semalaman Gladis pikir tidak pulang ke rumahnya. "Kau mencari ku?" tanya Nathan yang ternyata sejak tadi menatap Gladis dari balik pintu Balkon kamarnya. Sejak pagi pria itu berada di sana untuk mencari udara segar, entah kenapa sejak mengetahui Gladisa yang hamil sebenarnya ia ingin sekali dekat dengannya, namun karena ego yang besar dan Kedatangan Clara membuat Nathan mengurungkan niatnya. "Kau ada di rumah, Sejak kapan?" Tanya Gladis
Kini pria itu nampak membenahi dasinya yang terlihat berantakan. Dan Clara melihat itu sebagai peluang untuk nya semakin mengambil hati Nathan di depan para pelayan yang pasti juga menyaksikan kelancangan gadis itu. "Sini, biar aku bantu kak!" Clara berusaha membantu Nathan memperbaiki dasinya, namun sepertinya Nathan sadar jika apa yang akan di lakukan gadis itu bisa memancing kontroversi di depan para pelayan di rumahnya. "Tidak Perlu, aku bisa sendiri!" Ucapnya seraya berjalan menuju ke arah meja makan untuk mengambil sehelai roti dan meminum kopi yang sempat di buatkan Gladis untuknya. Namun bukannya Clara orangnya jika mudah menerima penolakan, gadis itu terus berusaha untuk memprovokasi Nathan agar semakin membenci kakaknya. Ia menyusul Nathan duduk di kursi makan bersama Pria itu. gadis itu terlihat menatap Nathan dengan senyum liciknya. "Di mana istrimu itu kak? Kenapa dia tidak melayani selayaknya seorang istri??" Mendengar itu, sontak Nathan langsung menghentikan kun
Keesokan harinya, Gladis memutuskan untuk pergi, bekerja setelah merasa tubuhnya sudah mendingan. Di dalam ruang kerjanya, ia sedang duduk berhadapan dengan seorang pria tampan yang kemarin menawarinya sebuah pertolongan. "Kemarin malam, Clara datang. dia memintaku untuk segera pergi dari rumah!" Ucap Gladis dengan suara yang terdengar sayup-sayup tak bertenaga. "Kalau dia datang, memangnya kenapa? Kalau aku adalah kamu, maka aku tidak akan membiarkannya menganggu hubunganku dengan suamiku. Lagi pula dia dan Nathan bukalah sepasang kekasih sejak dulu, Clara hanya mengklaim Nathan sebagai miliknya, dan Nathan menuruti semua ucapannya." Valdo menghela nafasnya geram. "Kita memang sama dalam urusan cinta Glad, tapi aku dan kamu jelas berbeda. Dulu aku mencintai seorang wanita yang sudah menjadi milik sahabatku, dan aku memilih mundur karena aku tau itu tidak akan mungkin terjadi. sedangkan Kau" Valdo menjeda ucapannya untuk menarik nafasnya dalam-dalam. "Kau adalah Nyonya Natha
Gladis berjalan menuju ke arah parkir mobilnya. Semua ucapan Nia tadi masih berputar-putar dalam otaknya saat ini. "Aku tanyakan padamu Glad. Apakah kau tidak ingin berbicara dari hati ke hati dengan kakakku? semisal meskipun kalian harus berpisah, tapi apakah kalian tidak bisa menjadi sahabat untuk membesarkan anak kalian berdua kelak? Aku tau betul siapa kakakku Glad, dia pria yang baik dan penyayang. Ku rasa sejak lama ia sudah memiliki rasa padamu, hanya saja semua ucapan Clara membuatnya seperti membuat benteng tinggi untuk kalian berdua!" Di sepanjang jalan, Gladis beberapa kali menghela nafasnya gusar. hingga pada akhirnya, ada seseorang yang tiba-tiba bentangkan kaki di depannya. Reflek Gladis menghentikan langkahnya seraya menatap ke arah Seseorang yang berdiri di hadapannya saat ini. "Kau" betapa terkejutnya Gladisa yang melihat Kemunculan Clara di sana. "Hai Glad, apa kabar? Sapa Clara dengan senyum yang nampak menyebalkan diata Gladis. "Maaf, aku sibuk" G