Keesokan harinya Hari ini Gladis tidak pergi ke butik. Ia menuruti apa kata Suaminya, semalaman ia tidak bisa tidur karena Nathan tidak kunjung pulang. "Apa semalam ia tidak benar-benar pulang? Tapi aku merasakan jika semalam ranjang sebelahku tenggelam. Apa mungkin aku hanya bermimpi saja? ck. Dasar, apa yang sebenarnya kau pikirkan Glad? kenapa kau begitu sulit untuk melupakan cintamu padanya?" Gumamnya dengan memukul-mukul kepalanya sendiri. "Bicara sendiri lagi?" Tiba-tiba terdengar suara Pria yang sejak tadi di cari oleh Gladisa. pria yang semalaman Gladis pikir tidak pulang ke rumahnya. "Kau mencari ku?" tanya Nathan yang ternyata sejak tadi menatap Gladis dari balik pintu Balkon kamarnya. Sejak pagi pria itu berada di sana untuk mencari udara segar, entah kenapa sejak mengetahui Gladisa yang hamil sebenarnya ia ingin sekali dekat dengannya, namun karena ego yang besar dan Kedatangan Clara membuat Nathan mengurungkan niatnya. "Kau ada di rumah, Sejak kapan?" Tanya Gladis
Kini pria itu nampak membenahi dasinya yang terlihat berantakan. Dan Clara melihat itu sebagai peluang untuk nya semakin mengambil hati Nathan di depan para pelayan yang pasti juga menyaksikan kelancangan gadis itu. "Sini, biar aku bantu kak!" Clara berusaha membantu Nathan memperbaiki dasinya, namun sepertinya Nathan sadar jika apa yang akan di lakukan gadis itu bisa memancing kontroversi di depan para pelayan di rumahnya. "Tidak Perlu, aku bisa sendiri!" Ucapnya seraya berjalan menuju ke arah meja makan untuk mengambil sehelai roti dan meminum kopi yang sempat di buatkan Gladis untuknya. Namun bukannya Clara orangnya jika mudah menerima penolakan, gadis itu terus berusaha untuk memprovokasi Nathan agar semakin membenci kakaknya. Ia menyusul Nathan duduk di kursi makan bersama Pria itu. gadis itu terlihat menatap Nathan dengan senyum liciknya. "Di mana istrimu itu kak? Kenapa dia tidak melayani selayaknya seorang istri??" Mendengar itu, sontak Nathan langsung menghentikan kun
Keesokan harinya, Gladis memutuskan untuk pergi, bekerja setelah merasa tubuhnya sudah mendingan. Di dalam ruang kerjanya, ia sedang duduk berhadapan dengan seorang pria tampan yang kemarin menawarinya sebuah pertolongan. "Kemarin malam, Clara datang. dia memintaku untuk segera pergi dari rumah!" Ucap Gladis dengan suara yang terdengar sayup-sayup tak bertenaga. "Kalau dia datang, memangnya kenapa? Kalau aku adalah kamu, maka aku tidak akan membiarkannya menganggu hubunganku dengan suamiku. Lagi pula dia dan Nathan bukalah sepasang kekasih sejak dulu, Clara hanya mengklaim Nathan sebagai miliknya, dan Nathan menuruti semua ucapannya." Valdo menghela nafasnya geram. "Kita memang sama dalam urusan cinta Glad, tapi aku dan kamu jelas berbeda. Dulu aku mencintai seorang wanita yang sudah menjadi milik sahabatku, dan aku memilih mundur karena aku tau itu tidak akan mungkin terjadi. sedangkan Kau" Valdo menjeda ucapannya untuk menarik nafasnya dalam-dalam. "Kau adalah Nyonya Natha
Gladis berjalan menuju ke arah parkir mobilnya. Semua ucapan Nia tadi masih berputar-putar dalam otaknya saat ini. "Aku tanyakan padamu Glad. Apakah kau tidak ingin berbicara dari hati ke hati dengan kakakku? semisal meskipun kalian harus berpisah, tapi apakah kalian tidak bisa menjadi sahabat untuk membesarkan anak kalian berdua kelak? Aku tau betul siapa kakakku Glad, dia pria yang baik dan penyayang. Ku rasa sejak lama ia sudah memiliki rasa padamu, hanya saja semua ucapan Clara membuatnya seperti membuat benteng tinggi untuk kalian berdua!" Di sepanjang jalan, Gladis beberapa kali menghela nafasnya gusar. hingga pada akhirnya, ada seseorang yang tiba-tiba bentangkan kaki di depannya. Reflek Gladis menghentikan langkahnya seraya menatap ke arah Seseorang yang berdiri di hadapannya saat ini. "Kau" betapa terkejutnya Gladisa yang melihat Kemunculan Clara di sana. "Hai Glad, apa kabar? Sapa Clara dengan senyum yang nampak menyebalkan diata Gladis. "Maaf, aku sibuk" G
Sesampainya di rumah sakit, Nathan langsung berteriak memanggil para petugas untuk menolong Gladis. Kini pria itu berjalan mondar mandir di depan ruangan UGD, tempat di mana Gladis mendapatkan pertolongan pertama. Pikiran Nathan Kalut membayangkan bagaimana kondisi Gladis dan bayinya di dalam sana. Teriakan Gladis yang terus meraung kesakitan begitu jelas di Telingannya. "Tidak, kalian harus selamat bagaimanapun caranya!!" Gumam Nathan yang masih terlihat Shock. Dari kejauhan Nyonya Naira berlari menuju ke arah Putranya. "Sayang, Ada apa?" tanya Nyonya Naira dengan wajah yang panik. "Kenapa bisa terjadi seperti ini nak?" Imbuhnya. Nathan menggenggam erat tangan Sang Mommy, Ia bingung harus berkata apa? Karena ini juga melibatkan Clara di dalamnya. "Kenapa kau diam Niel? Jawab!" "Mom aku----" "Dia tidak akan bisa menjawabnya Mom." Ucap Nia, ia baru saja tiba dan kini berjalan dengan tergesa mendekat ke arah Mommy dan kakaknya. Ucap Nia jelas menarik perhatian Nath
Siapa sangka, Kejadian barusan di pantau jelas oleh Gladisa yang ternyata Hanya pura-pura tidur saja. Setetes Air mata nampak mengalir di pelipisnya, menandakan betapa hancurnya hati Gladis saat ini. "Sebegitu buruknya kah aku di matamu Kak? Kenapa hanya Clara yang terlihat baik di matamu? Tak bisakah Kau melihat ketulusanku meskipun hanya sedikit saja?" Gumam Gladis, lalu perlahan ia menghapus Air matanya. Tak berselang lama pintu itu kembali terbuka, Gladis yang mengira jika Nathan yang kembali masuk, seketika langsung kembali menutup matanya. "Bagiamana ini Dad? kenapa Gladis tidak bicara pada kita Tentang kehamilannya?" Suara kasak kusuk Kedua mertuanya seketika menyadarkan Gladis, jika itu bukanlah Suaminya yang ia kira akan kembali ke ruangannya. "Mom, Dad" Panggil Gladis tu dengan suara lemah, lalu mengulurkan tangannya ke arah sang Mertua. Sementara Nyonya Naira berjalan mendekat. Tanyanya ikut tersulut menyambut Tangan Gladis yang saat ini menggenggam ta
Sementara itu, Nathan di buat bingung dengan sikap Clara yang sejak tadi menolak untuk di periksa, dengan alasan marah padanya. "Clara, ku mohon dengarkan aku!!" pinta Nathan yang sudah tidak tahan dengan tangis Clara sejak tadi. Sejak tadi Gadis itu terus berating menangis untuk membuat Nathan iba padanya. "Kenapa kak? Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Kau bilang sayang padaku, tapi kenapa kau bisa menyentuh wanita lain? sementara denganku, kau bahkan tidak mau menyentuhku padahal aku sudah berusaha untuk memberikan semua untuk mu!! Apa kurangnya aku?" Ucap Clara, lalu ia bergaya seolah-olah sedang menghapus air matanya sembari mengeluarkan ponsel dari Tasnya. "Kau mau apa?" Tanya Nathan yang curiga dengan tingkah Clara yang sudah mengeluarkan ponselnya. "Aku ingin pesan tiket kembali ke Singapura!! Aku akan menerima perjodohanku saja dengan saka." Lagi-lagi Clara mengeluarkan Jurus mautnya untuk mengancam Nathan. Namun aneh, Nathan hanya diam dan tidak sama
Sementara di tempat lain. Pintu lift baru saja terbuka, Nathan keluar dengan cara berlari menuju ke arah ruang rawat Istrinya. Sorot mata Khawatir tergambar jelas dari Wajahnya yang begitu tegang saat ini. BRAK Setelah pintu terbuka dengan begitu kasar, Nathan masuk hingga membuat kedua orang tuanya menatap dengan geram. "Dari mana saja kau?" Tanya tuan Aiden yang sejak tadi memang menunggu kedatangan putranya. "Daddy masih di sini?" Bukanya menjawab pertanyaan Daddy, Nathan malah balik bertanya. Tuan Aiden yang sudah sangat geram sontak berjalan ke arah sang putra dengan membawa berkas pemeriksaan Gladisa yang sudah di siapkan Nia tadi. PLAK "Baca itu!" Dengan sengaja, Tuan Aiden langsung melempar mab itu tepat mengenai wajah Putranya dengan sangat kasar. Reflek nathan memejamkan matanya saat menerima perlakuan kasar dari Daddynya. Setelahnya, ia membuka matanya kembali untuk mengambil mab yang sudah berserakan di atas lantai yang ada di bawah kakinya.
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b