Sementara di tempat lain. Pintu lift baru saja terbuka, Nathan keluar dengan cara berlari menuju ke arah ruang rawat Istrinya. Sorot mata Khawatir tergambar jelas dari Wajahnya yang begitu tegang saat ini. BRAK Setelah pintu terbuka dengan begitu kasar, Nathan masuk hingga membuat kedua orang tuanya menatap dengan geram. "Dari mana saja kau?" Tanya tuan Aiden yang sejak tadi memang menunggu kedatangan putranya. "Daddy masih di sini?" Bukanya menjawab pertanyaan Daddy, Nathan malah balik bertanya. Tuan Aiden yang sudah sangat geram sontak berjalan ke arah sang putra dengan membawa berkas pemeriksaan Gladisa yang sudah di siapkan Nia tadi. PLAK "Baca itu!" Dengan sengaja, Tuan Aiden langsung melempar mab itu tepat mengenai wajah Putranya dengan sangat kasar. Reflek nathan memejamkan matanya saat menerima perlakuan kasar dari Daddynya. Setelahnya, ia membuka matanya kembali untuk mengambil mab yang sudah berserakan di atas lantai yang ada di bawah kakinya.
Tiga hari ke kemudian.Gladis sudah di perbolehkan untuk pulang, dan Yang menjemputnya tentu saja Nathan di temani oleh Asisten Yuda.Begitu Gladis tiba di rumah, sang kepala pelayan dengan cemas langsung menyambutnya."Nyonya, anda baik-baik saja? Bagiamana bisa anda mengalami ini semua nona??" Kekhawatiran dari sang kepala pelayan membuang hati Gladisa menghangat. "Aku tidak apa-apa, terimakasih atas perhatiannya Bik" Ucap Gladisa dengan tersenyum senyum tulus. "Baguslah kalau begitu. Saya sangat khawatir dengan kondisi anda." Ucap kepala pelayan itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Setelah memastikan tidak terjadi apa-apa barulah wanita itu bernafas dengan lega. Sementara Nathan dan Yuda sudah masuk ke dalam rumah mereka. Yuda langsung duduk di ruang keluarga, sementara Nathan masuk lebih dulu ke ruang kerjanya untuk mengambil sesuatu yang harus di kerjakan oleh Asisten pribadinya.Setelah masuk ke dalam rumahnya, sang pelayan langsung menyuruh nona mudanya untuk segera i
Pagi harinya, Gladis yang baru saja membuka matanya, tak mendapati keberadaan suaminya di sampingnya. bahkan ranjang yang biasa di tempati sang suami pun sudah kosong dan nampak dingin ketika tangannya merabanya. "Kemana dia?" Gumam Gladis, lalu perlahan bangun dari tidurnya. Kini ia duduk dengan bersandar di kepala ranjang, lalu menelisik seluruh isi kamarnya, berharap melihat keberadaan suaminya ada di sana. Namun harapan tinggal lah harapan, Nyatanya Nathan sudah tidak ada di sana. Seketika Tatapan Mata Gladis berubah kecewa. Makin hari sikap Nathan semakin dingin padanya sejak kabar keguguran yang ia rencanakan bersama dengan keluarganya. Kebohongan yang paling fatal hingga membuat Nathan semakin membencinya. Perlahan tangan Gladis menyentuh perutnya, Ia elus dengan segenap hati hingga tiba-tiba air matanya pun menetes. "Maafkan Mommy sayang! Mommy terpaksa melakukan ini. Meskipun begitu, tetaplah kuat di dalam perut mommy Hingga waktu nya tiba! semoga Daddymu bisa
Nathan yang kaget melihat sisi lain diri Clara sempat di buat bingung dengan sikap adiknya itu yang tiba-tiba bisa berubah kasar padanya. Namun Clara yang menyadari kesalahannya barusan, buru-buru memaksakan senyumnya. "Maaf kak, Aku sedikit tegang tadinya. Aku pikir kakak mulai perduli pada Gladisa hingga tanpa sadar aku membentak kakak!!" Ucap Clara memberi pengertian.Barulah setelah itu Nathan berhenti menatapnya."Kenapa, kakak marah padaku?" Tanyanya Namun kali ini dengan nada yang cukup pelan dari tadi.Ruang kantor itu sangat sunyi karena Mereka datang terlalu pagi, di saat para pekerja lainnya belum datang kecuali Security yang bertugas jaga malam tadi.Selain itu asisten Yuda juga sudah ada di sana, memenuhi panggilan Nathan yang tadi memanggilnya secara mendadak."Cih, dasar perempuan tidak tau malu. Aku heran, sebenarnya apa yang membuat Tuan Nathan tertarik pada wanita seperti Clara?? Wajahnya tidak terlalu cantik, hanya menang bodynya saja yang di pertontonkan pada ba
Tak berselang lama, ponsel Gladisa pun berbunyi. Namun sepertinya itu bukan pesan balasan dari sang suami, melainkan dari asisten pribadinya yang bernama Yuda. "Nyonya maaf, hari ini mungkin tuan Nathan tidak bisa pulang karena kami harus pergi keluar kota" Begitulah isi pesan dari Yuda yang terkirim ke padanya. Kini Gladis menghela nafasnya dengan berat. Ia sepertinya sudah kehilangan banyak harapan untuk bisa meraih cinta dari suaminya. Hantunya terasa getir mana kala menyadari, bahkan untuk membalas pesannya saja Nathan harus menyuruh Yuda untuk sekedar pamit padanya. Padahal suaminya itu bisa saja membalas pesannya sekalian pamitan padanya bukan? Tapi kenapa ia harus menyuruh asistennya? Sekelebat bayangan buruk akan suaminya membuat Hati Gladis tak tenang. Sedang apa sebenarnya suaminya itu? Bersama siapa dia sekarang? Kenapa tidak mengabarinya melalui sambungan telepon seperti biasanya? Perlahan Tubuh Gladis jatuh terlentang di tempat tidurnya. Kini ia menatap
"Apakah suamiku belum ada tanda-tanda pulang bik? Maksudku apa asisten Yuda belum mengabari mereka akan pulang jam berapa nanti? Karena ponselku mati akibat kehabisan daya, mungkin saja mereka menelepon ku tapi aku tidak tau." Ucap Gladis memberi alasan.Sang kepala pelayan pun saling pandang dengan pelayan yang lainnya. Lalu akhirnya sang kepala mengatakan jika sama sekali tidak ada kabar dari tuan muda Nathan."Sepertinya tidak ada Nyonya"PrangBaru juga ingin memasukkan satu sendok makanannya ke dalam mulutnya, Gladis malah menjatuhkan sendoknya karena kaget mengetahui kenyataan jika sang suami sama sekali tidak memberi kabar orang rumah, di mana keberadaannya saat ini.Melihat itu, sang kepala pelayan yang bernama Melisa sontak langsung berjalan mendekat ke arah Gladis, dan meminta salah satu pelayan di sana untuk membersikan sendok dan makanan yang tumpah berserakan di lantai."Nyonya anda baik-baik saja?" Tanya Melisa memastikan jika Nyonyanya baik-baik saja.Tidak lupa ia men
Tak berselang lama, setelah perutnya kenyang. Gladis kembali memasuki kamarnya, ia memang sengaja meninggalkan ponselnya di kamar dengan alasan yang hanya Gladisa sendiri yang tau. Setelah duduk di ranjang, Gladis menatap ke arah ponselnya hingga pada akhirnya mengambil ponsel itu dari atas nakas. Ia membukanya, banyak sekali panggilan dari sang suami bahkan pesan darinya. "Cih, bahkan dia saja tidak mau mendengar ucapan ku ketika ingin mengatakan semuanya tentang Clara. Untuk apa dia menghubungiku?? Apa hanya untuk melampiaskan kekesalannya seperti biasanya?" Cibir Gladis. Lalu tanpa terasa air matanya menetes hingga membuatnya harus menghapusnya sebelum air mata itu membasahi tubuhnya. Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak menangisi suaminya lagi. Tak berselang lama ponselnya kembali berdering dan nama sang suami lah yang terpampang di sana. Beberapa kali Gladis mengabaikannya hingga pada panggilan ke tiga ia baru mau mengangkatnya. "Dari mana saja? Ke
Clara menarik Kantong itu lalu meremas-remasnya dan langsung memasukannya ke dalam tasnya. "Ah ini, Itu Adalah tas bekas Aku beli makanan di sana. Kau tau kan aku cukup kesulitan jika harus membawa kotak makan itu tanpa kantong" Ucap Clara dengan menyengir kuda. Sungguh ia malu sekali saat ini karena sudah tertangkap basah oleh Yuda jika sudah membeli makanan dari Lestoran dekat perusahaan Collins. Sementara Nathan, ia nampak tidak perduli hingga memilih untuk kembali duduk di meja kerjanya untuk menikmati makanan yang sudah di bawa Clara. "Biar aku bukakan!" Ucap Clara, lalu dengan cepat ia mengatakan makanan ke depan Nathan agar pria itu dengan mudah menikmati makanannya. "Terimakasih" Ucap Nathan. "You're welcome" Jawab Clara dengan tersenyum lembut, Kali ini ia yakin jika Nathan akan semakin menyukainya karena hanya dia yang selalu perduli pada pria itu. Dan setelah makan satu sampai dua suap makanan, bukannya menikmati makanan itu. Nathan malah merasa jika M