Tiba-tiba Nathan sudah muncul di balik pintu dengan menatap Gladis cukup dalam. "Ku tanyakan padamu untuk terakhir kalinya, Siapa yang hamil Gladis?" NATHAN berjalan mendekat ke arah Gladis dengan tatapan yang cukup membuat Wanita itu kelabakan, bagaimana tidak. Di saat ia sedang merenungi kehamilannya tiba-tiba pria itu menyela dan entah apa saja yang sudah ia dengar dari mulut Gladis sendiri yang lancang berbicara. "Apa maksudmu kak? Jangan bicara sembarangan!" elak Gladis yang kini sudah melengos memutuskan tatapan mata mereka berdua. "Aku jelas-jelas mendengar kau mengatakan seseorang tengah hamil. Katakan padaku, apa kau hamil?" Nathan nampak menyipitkan matanya seraya mencengkeram kuat Bahu istrinya agar kembali menatap ke arahnya. "Kak, sakit tau." Ringis Gladis seraya berusaha untuk mengurai cengkeraman tangan Suaminya. "Jadi kau masih ingin mengelak nona? Baiklah, tunggu di sini!" Seketika Nathan melangkah mendekat ke arah nakas, ia membukanya perlahan dan l
"Apa maksudnya? Jika dia masih marah padaku, seharusnya bicara saja apa adanya. Kenapa harus menghinaku begitu??" Nathan tidak habis pikir dengan sikap Refaldo Mahendra yang selalu saja kasar padanya. Awalnya ia pikir, lambat taun pria itu akan mau memaafkan dirinya setelah kejadian lima tahun yang lalu di mana ia menikahi Gladisa yang notabene adalah wanita incaran sahabatnya itu. "Kau mau kemana?" tanya Nathan saat melihat Sahabatnya itu ingin keluar dari Unit apartment mereka. "Aku ingin menemuinya," Ujar Faldo ambigu, karena ia masih sibuk menggulung lengannya dan merapikan rambutnya agar tampil sempurna di depan wanita incarannya hari ini. "Memangnya seperti apa wajah gadis itu hingga kau begitu menyukai dirinya Do? Aku bahkan seperti tidak mengenalimu saat ini, Kau yang biasanya dingin tak tersentuh, kini menjadi pria bucin penuh obsesi hanya karena satu wanita. Memangnya secantik dan sepandai apa dia hingga bisa membuat seorang Refaldo Mahendra begitu tergila-gila?" Saki
Waktu berjalan cukup lama, Gladisa menghela nafasnya panjang. Wanita itu baru saja ingin pergi keluar. Namun tiba-tiba Pintu kamarnya terbuka cukup kasar hingga membuatnya hampir saja mengenai Kepalanya karena jaraknya hanya beberapa jengkal saja. Tiba-tiba Nathan muncul dan langsung mencengkeram kuat lengannya dan menarik tubuh Gladisa ke arah Ranjang. Buk Dengan Kasar Nathan mendorong tubuh Gadis hingga jatuh terlentang di atas ranjang, dan kini ia berusaha untuk menguncinya di atas ranjang. "Apa yang kau lakukan kak?" sakit, jangan kasar seperti itu! protes Gladis, yang kini berusaha untuk beringsut mundur agar terlepas dari cengkeraman Suaminya. Namun sepertinya akan sangat sulit karena Nathan sudah lebih dulu menguncinya. "Katakan padaku! Kau hamil anak siapa?" Duar Bagaimana di tempa batu yang besar, Gladis nampak shock mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari mulut suaminya sendiri. "Apa maksudmu kak? Jadi maksud kakak ingin menuduhku hamil anak pria la
Sesampainya di rumah sakit itu, Gladis nampak bingung hingga menoleh ke sana kemari. "Gila, rumah sakit ini tidak kalah mewah dengan rumah sakit keluargaku. siapa pemiliknya? hingga berani membangun rumah sakit yang begitu megah seakan ingin menyaingi rumah sakit keluarga kami??" Pikir Gladis yang kini sudah berdiri di depan resepsionis untuk mendaftarkan diri. Setelah selesai mendaftarkan dirinya, akhirnya Setelah selesai ia ingin membalikan dirinya meskipun saat itu ia harus memasukan kembali dompetnya setelah melakukan pembayaran. Tepat saat Gladis berbalik, saat itu ada seorang pria yang sedang berjalan menuju ke arahnya, hingga tanpa sengaja Tubuh mereka berdua saling bertabrakan. BRUK Ahhhhh Reflek Gladis berteriak karena takut terjatuh, namun saat ia sadar nyatanya tubuhnya saat ini tengah di dalam pelukan seorang pria yang saat ini sedang menatapnya. Perlahan Wanita itu membuka matanya dan saat itu juga tatapan keduanya bertemu. Deg Sontak detak jantung ke
"Kondisi kandungan anda sepertinya sedikit lemah nyonya. saya akan meresepkan obat penguat untuk anda, namun saya sarankan agar anda tidak terlalu lelah saat bekerja!" Kata dokter setelah memeriksa kondisi kandungan Gladis. "pantas saja aku merasa sering kram, ternyata bayiku sedikit manja rupanya. Terimakasih dok, Saya akan selalu mengingat saran yang dokter berikan." Setelah mengatakan itu, Gladis langsung keluar untuk menebus resep ke bagian obat. namun saat baru saja keluar dari pintu Ruangan, tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang yang sejak tadi menunggunya di luar. "Kak, Kenapa kakak masih ada di sini? Apa kakak tidak bekerja?" Tanya Gladis. Meskipun bingung, ia tidak menolak saat Faldo menarik tangannya dan membawanya entah kemana. Namun sepertinya Pria itu membawanya ke sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang kerja. "Duduklah!!" Perintah Faldo seraya mendorong tubuh Gladis untuk duduk di sebuah sofa. Gladis terdiam, Ia menelisik ruangan itu denga
"Kau yang kenapa? Aku bertanya kenapa kau merubah hasil tes kesehatanmu? Apa kau sengaja melakukannya?? Sepertinya Nathan sudah tau semuanya. Hasil tes di rumah sakit sudah di manipulasi oleh Yuda asistennya sendiri. Sementara yang asli tetap di bawa oleh Gladisa pulang dan kemari sempai ia temukan. "Untuk saja aku menemukannya di laci nakas. Coba kalau tidak, kau pasti akan menipuku lagi seperti yang sudah-sudah." "Apa maksudmu?" "Halah, Aku paham betul siapa kau glad. Siapa lagi orang yang memahami mu jika bukan aku, kita tumbuh bersama selama 25 tahun Glad, ingat itu!" "Benarkah?" Gladis tersenyum kecut ketika mendengar ucapan Nathan tadi. Ia berkata jika ia memahami sikap Gladis, tapi ia tidak pernah bisa memahami perasaan Gladis selama ini padanya. Nathan tanpa sadar mengangguk dan menguatkan cengkeramannya pada bahu Sang istri. "Kak sakit, jangan pegang seperti itu!" "Baiklah aku tidak akan pegang lagi, tapi katakan padaku, kenapa kau melakukan itu semua?" C
Keesokan harinya Hari ini Gladis tidak pergi ke butik. Ia menuruti apa kata Suaminya, semalaman ia tidak bisa tidur karena Nathan tidak kunjung pulang. "Apa semalam ia tidak benar-benar pulang? Tapi aku merasakan jika semalam ranjang sebelahku tenggelam. Apa mungkin aku hanya bermimpi saja? ck. Dasar, apa yang sebenarnya kau pikirkan Glad? kenapa kau begitu sulit untuk melupakan cintamu padanya?" Gumamnya dengan memukul-mukul kepalanya sendiri. "Bicara sendiri lagi?" Tiba-tiba terdengar suara Pria yang sejak tadi di cari oleh Gladisa. pria yang semalaman Gladis pikir tidak pulang ke rumahnya. "Kau mencari ku?" tanya Nathan yang ternyata sejak tadi menatap Gladis dari balik pintu Balkon kamarnya. Sejak pagi pria itu berada di sana untuk mencari udara segar, entah kenapa sejak mengetahui Gladisa yang hamil sebenarnya ia ingin sekali dekat dengannya, namun karena ego yang besar dan Kedatangan Clara membuat Nathan mengurungkan niatnya. "Kau ada di rumah, Sejak kapan?" Tanya Gladis
Kini pria itu nampak membenahi dasinya yang terlihat berantakan. Dan Clara melihat itu sebagai peluang untuk nya semakin mengambil hati Nathan di depan para pelayan yang pasti juga menyaksikan kelancangan gadis itu. "Sini, biar aku bantu kak!" Clara berusaha membantu Nathan memperbaiki dasinya, namun sepertinya Nathan sadar jika apa yang akan di lakukan gadis itu bisa memancing kontroversi di depan para pelayan di rumahnya. "Tidak Perlu, aku bisa sendiri!" Ucapnya seraya berjalan menuju ke arah meja makan untuk mengambil sehelai roti dan meminum kopi yang sempat di buatkan Gladis untuknya. Namun bukannya Clara orangnya jika mudah menerima penolakan, gadis itu terus berusaha untuk memprovokasi Nathan agar semakin membenci kakaknya. Ia menyusul Nathan duduk di kursi makan bersama Pria itu. gadis itu terlihat menatap Nathan dengan senyum liciknya. "Di mana istrimu itu kak? Kenapa dia tidak melayani selayaknya seorang istri??" Mendengar itu, sontak Nathan langsung menghentikan kun