"Sayang, sepetinya istri lugumu itu cukup pintar dalam memperbaiki penampilannya. aku tidak menyangka jika kakakku itu bisa berpenampilan sedikit modis. Sepertinya ia benar-benar ingin menggapai cintaimu!" Ucap Clara yang tengah asik menggoyang-goyangkan gelas Wine yang sejak tadi ia pegang.
"Stop bicara omong kosong Clara, tidak usah membahas wanitan itu lagi!" sentak Nathan, lalu ia mengambil gelas wine dari tangan Clara dan langsung membuang isinya. "Oh ya ampun, kau ini tidak asik." Sindir gadis itu seraya mengalungkan tangannya ke leher pria itu. "Apa yang kalian lakukan di sini?" Bentak Gladis tak terima. Kini ia berjalan mendekat ke arah Adik dan juga suaminya guna meminta penjelasan. Tanpa Nathan sadari, Gladis melihat dengan jelas jika ia tengah memangku seorang wanita yang tidak lain adalah Adik kandung Istrinya sendiri. Nathan dan Clara sontak menoleh ke arah Sumber suara. Namun siapa sangka, Pria tampan berwajah oriental itu sama sekali tak merasa bersalah. "Sayang turunlah biar aku bicara dengannya dulu!" Nathan memberi kode mata pada Clara agar menurut dengan ucapannya "Tapi sayang aku-----" Clara tak jadi melanjutkan ucapannya. Sontak meski kesal, Clara tetap melakukan Apa yang di perintahkan prianya dengan turun dari pangkuannya. Setelah Clara turun, Nathan bangkit dari duduknya dan berjalan beberapa langkah ke arah Gladis yang nampak menatap keduanya Dengan emosional. Sejenak tatapan keduanya bertemu, Tak ada penyesalan sama sekali di hati Nathan setelah membuat Istrinya kecewa. "Ada apa ini, kenapa kak Natan malah menatapnya?" Gumam Clara dalam hati. Gadis itu tak bodoh. ia tau jika perubahan sikap Nathan pasti ada sangkut pautnya dengan kehadiran kakaknya di depan sana. Ya, Gladis adalah kakak kandung Clara. Sejak dulu Clara sangat membenci kakaknya karena merasa jika kakaknya itu selalu merebut perhatian semua orang. semua selalu mengatakan jika gadis itu sangat sempurna karena terlahir dengan wajah yang lebih cantik, pintar sehingga menjadi kebanggaan keluarganya. maka sejak itu ia berusaha untuk menjatuhkan kakaknya demi mendapatkan perhatian yang sama. "Kenapa, Kaget, Hm? Setelah satu tahun sudah berpura-pura menjadi nyonya Nathaniel Haditama Collins, Apa kau belum puas sudah merebut posisi itu dari adiikmu Nona muda Hadiatmaja?" Wajah Nathan nampak menegang dengan kuku-kuku jarinya nampak menelan telapak tangannya yang ingin sekali terayun menampar wajah Wanita yang berstatus kakaknya itu. "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!" Deg. Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya. "Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan. Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar mendongakkan wajah itu untuk menatap ke arahnya. "Mulai detik ini dan seterusnya, Akulah yang akan menggantikan posisimu menjadi Nyonya Nathaniel Haditama Collins. ingat itu!!" Ucapnya seraya menghempaskan wajah Kakaknya itu cukup kasar, hingga tubuh Gladis yang sudah melemas semakin tersungkur ke belakang. Ia tidak mau usahanya memanipulasi keadaan sia-sia. dulu ia memanfaatkan Keluguan Kakaknya untuk mengambil hati Nathaniel. Sejak tahu Gladis akan dinikahkan dengan Nathan, Clara selalu berusaha mencuri perhatian pria itu dengan cara apa pun. Ia bahkan berbohong ketika Gladis menyiapkan pesta kecil untuk Nathan. Atau ketika Clara mengadu kalau Gladis berselingkuh dengan teman kantornya. Untungnya Clara pintar berakting. Sehingga air matanya pun berhasil mengelabui Nathan. Setelah puas Meluapkan amarahnya ke pada sang Kakak. Nathan Mengajak Clara untuk pergi saja dari rumahnya, Namun sepertinya Gladis tak tinggal diam untuk mengejar Langkah kaki suaminya, namun dengan kasar Clara sengaja mendorongnya ke belakang sampai membentur pintu. Buk! Seketika Tubuh Gladis tersungkur pingsan. Namun Nampaknya Nathan tak menyadari itu semua. Tak jauh dari sana, Siapa sangka Asisten Yuda melihat dengan jelas Bagaimana kejamnya Tuan Nathan dan Nyonya Clara terhadap Nona Gladis. Setelah kepergian keduanya, barulah Asisten Yuda berani menghampiri Nona mudanya yang sudah Jatuh tak sadarkan diri.Asisten Yuda berlari dengan membopong tubuh Gladis menuju ruang UGD Rumah sakit milik internasional milik keluarga Collins. Tanpa di sadari Yuda, ternyata Di depan meja resepsionis sudah berdiri Nyonya Naira yang tengah mengontrol kinerja karyawan rumah sakitnya kala itu. "Dok, tolong wanita ini!!"Ucap Yuda yang tidak bisa menutupi rasa khawatirnya sejak melihat istri atas nya itu tak sadarkan diri saat menjemputnya tadi di rumah tadi. Tubuh Gladis di tidurkan di atas brangkar rumah sakit dengan di dorong beberapa petugas medis untuk di bawa ke ruang UGD, di ikuti pula oleh Asisten Yuda yang ikut di belakangnya. "Bagaimana dok?" Tanya Yuda yang begitu merasa bersalah karena sudah mengikuti perintah nona Clara untuk membawa kakaknya ke rumahnya tadi. "Tuan---" Dokter pria itu menepuk pundak Yuda yang nampak tengah sibuk melamun. "Ah iya dok, bagaimana? Maaf saya melamun tadi." Ucap Yuda penuh sesal karena sudah mengabaikan ucapan dokter itu sejak tadi. "Tidak masalah Tuan,
"Kenapa anda tidak mengatakan yang sebenarnya saja Nona, kenapa anda memilih menutupi ini semua?" Tanya Yuda yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran wanita yang tengah terduduk termenung di hadapannya itu. "Aku tidak bisa yud!" Satu kalimat yang meluncur dari bibir Gladis itu mampu membuat Yuda terperangah tak percaya. Bagaimana bisa nona Gladis memilih menutupi penghianatan yang di lakukan tuan muda Nathan pada dirinya? Bahkan wanita yang tega merebut perhatian suaminya itu adalah adiknya sendiri. "Saya benar-benar tidak menyangka jika anda akan memilih untuk diam saja saat mengetahui ini. Saya pikir anda akan marah, bahkan akan menghajar nona Clara dan tuan Nathan setelah mengetahui penghianatan mereka, tapi apa ini?" Ucapnya seraya geleng-geleng kepala. Mendengar itu, sontak bibir Gladisa langsung tersenyum kecut. Siapa bilang ia tidak ingin membongkar kebusukan kedua orang manusia yang sangat di cintanya itu? Namun, ia tak bisa melakukan itu semua karena ia tidak mau ke
Para pelayan yang melihat Tuan Nathan pulang nampak menyambutnya dengan Membukakan pintu untuk tuan muda pertama keluarga Collins itu. Pria yang sejak semalam tidak pulanb itu kini berjalan sempoyongan dengan wajah yang memerah sayu. Bruk Tubuh Nathan tersungkur ke lantai karena kakinya tak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri. Para pelayan yang melihat itu sontak berhamburan untuk menolong tuan muda mereka, namun tiba-tiba saja suara menggelegar seseorang membuat seluruh pelayan yang tadi ingin menolong Nathan, sontak mengurungkan niat mereka. "BERHENTI" Tup tup tup Mendengar suara nyaring langkah kaki yang saling bersahutan menuruni anak tangga itu, sontak ada satu orang pun yang berani mengangkat wajah mereka tinggi-tinggi. Tak berselang lama, kedua kaki itu sedang berdiri di atas kepala Tuan Nathan yang tertidur pulas di atas lantai ruang keluarga dengan kondisi yang sangat berantakan. "Bangun!" Perintah seseorang yang terdengar tegas namun penuh dengan Aura di
"Dari mana saja kau dia hari tidak pulang, Hm? Menurutmu apakah wajar seperti wanita bersuami pergi dari rumah berhari-hari tanpa mengabari suaminya sendiri?" Cecar Nathan hingga membuat Gladis menghela nafasnya kasar "Ada apa ini?" Tiba-tiba nyonya Naira datang dengan menenteng beberapa Paper bag di tangannya. "Mom, kenapa mom sudah pulang?" Tanya Nathan seraya melihat ke arah jam tangan mewah yang bertengger kokoh di lengan kanannya. "Ini baru jam 10 pagi, tapi tumben sekali mommy sudah pulang. Memangnya apa ada yang ketinggalan?" Imbuhnya lagi PLAK Bukannya menjawab pertanyaan putranya, nyonya Naira malah menganyunkan satu buah tamparan keras ke arah pipi sang putra. Sontak Nathan langsung memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak kemarin ia terus mendapatkan tamparan keras dari mommy dan Daddynya dengan alasan yang sulit ia terima. "Ada apa Mom, kenapa mommy memukulku?" Ucap Nathan dengan suara yang meninggi. "Kau tanya ada apa? Dimana saja kau hah? Seharusnya kau
"Nona" Sebuah suara membuyarkan konsentrasi Gladisa saat mengerjakan laporannya, Ia mengangkat palanya dan melihat jika Asisten pribadinya yang bernama Tiara yang memanggil namanya. "Hei, selamat pagi, kau sudah datang rupanya." Gladis melepas kacamata macanya dan kini menyapa balik Tiara. Namun bukannya menjawab, Tiara malah menatap atasannya itu dengan khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja? Kenapa wajah anda pucat, apa anda sakit? Mendengar pertanyaan asisten pribadinya itu, sejenak Gladis merasa ragu sebelum menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, hanya saja mungkin aku kurang tidur kemarin malam." Kilahnya. "Benarkah?" Namun Tiara tak serta Merta langsung percaya dengan jawaban yang di berikan Gladis. "Tapi wajah anda benar-benar sangat pucat Nona, apa perlu aku belikan obat atau mungkin kita ke dokter saja??" Tanyanya seraya berjalan mendekat ke arah meja kerja Gladis. Wanita itu menggeleng seraya tersenyum lembut. "Aku benar-benar tidak apa-apa Ra. Apa
"Diam dan jangan banyak bicara, awas jika kakak berani bicara pada semua orang yang ada di sini maka aku tidak akan segan-segan menyakiti Mommy!" Ancamnya dengan tersenyum Smirk. "Buat asisten pribadimu ini diam selagi aku mengatur semuanya!" imbuhnya lagi. Gladisa sontak semakin membeku mendengar ancaman itu, apalagi melalui belakang tubuh Clara ia melihat dengan jelas ada seseorang yang sangat ia kenal juga berjalan ke arah mereka. Sepertinya Pria itu belum sadar jika di sana ada Gladisa dan juga Tiara yang tengah terperangah tak percaya. Setelah beberapa langkah semakin dekat, barulah Nathaniel sadar jika yang berada di depannya adalah sosok yang selama ini ia benci, sosok yang tengah berpelukan dengan wanita yang sangat ia cintai. "Gladis" Gumamnya lirih. Sedangkan Asisten Yuda terlihat biasa saja saat berdiri di belakang Atasannya itu, menurutnya cepat atau lambat Nona Gladis harus tau seberapa besar kedua orang yang selama ini ia cintai itu di belakangnya. Di tengah
"Aku tidak bisa." Jawab Nathan to do points. "Cih" decih Clara seraya tersenyum miring. "Jangan kau pikir aku tidak tau jika kau ingin mengejar wanita itu. Jangan macam-macam karena aku tidak akan membiarkannya!" Ucapnya penuh penekanan di setiap katanya. Bukan tanpa alasan Clara melakukan itu, ia sudah muak bernegosiasi terus dengan Nathan selama ini, ia sudah lama menunggu untuk menjadi nyonya Collins Hadiatmaja, kenapa sulit sekali untuk menggapainya? Gumam Clara dalam hati. Nathan yang sudah kehilangan jejak Gladis tentu saja menolah ajakan Clara untuk tetap berada di sana. Lalu ia melepaskan genggaman tangan Gladis agar melepaskan Lengannya, "Maaf, aku harus pergi. Nanti aku akan menghubungimu lagi!" Ucapnya seraya memberi Kode ke arah Yuda untuk mengikutinya. "Tidak kak, tunggu jangan pergi!" Pintunya, lalu berusaha untuk mengejar Nathanial, namun sepertinya ia kalah cepat, karena Yuda sudah lebih dulu menghalangi Langkan untuk mengejar langkah kaki Nathan. "Mau apa kau?
"Dad, Mom, aku rindu." Tangisnya pecah, banyangan masa kecil yang begitu bahagia berputar dalam otaknya. Karena terlalu lama di sana, langit pun mulai menggelap. akhirnya wanita itu memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, tubuhnya nampak menggigil hebat, sepertinya ia sudah sangat kedinginan. dari kejauhan pak Seno, si kepala pelayan melihat kedatangan Nona mudanya langsung berlari mengambil payung untuk memayungi Menantu majikannya itu. "Waduh nona Gladis, kenapa basah kuyup begini? Cepat masuk!!" ******** Gladis turun dari mobilnya dengan kondisi tubuh yang menggigil. Sang kepala pelayan yang melihat keadaan Nona mudanya basah kuyup sontak memanggil para pelayan untuk membawakan payung dan handuk kering untuk menyambut kedatangannya. Sementara itu dia sendiri mengambil payung untuk menjemput Nonanya. "Nona, ada apa? Kenapa hujan-hujanan begini?nona kan habis sakit, ayo masuk ke dalam!" Ucap pak Seno sembari memegangi payung untuk Gladisa. Begitu memasuki rumah, Para p