Asisten Yuda berlari dengan membopong tubuh Gladis menuju ruang UGD Rumah sakit milik internasional milik keluarga Collins. Tanpa di sadari Yuda, ternyata Di depan meja resepsionis sudah berdiri Nyonya Naira yang tengah mengontrol kinerja karyawan rumah sakitnya kala itu.
"Dok, tolong wanita ini!!"Ucap Yuda yang tidak bisa menutupi rasa khawatirnya sejak melihat istri atas nya itu tak sadarkan diri saat menjemputnya tadi di rumah tadi. Tubuh Gladis di tidurkan di atas brangkar rumah sakit dengan di dorong beberapa petugas medis untuk di bawa ke ruang UGD, di ikuti pula oleh Asisten Yuda yang ikut di belakangnya. "Bagaimana dok?" Tanya Yuda yang begitu merasa bersalah karena sudah mengikuti perintah nona Clara untuk membawa kakaknya ke rumahnya tadi. "Tuan---" Dokter pria itu menepuk pundak Yuda yang nampak tengah sibuk melamun. "Ah iya dok, bagaimana? Maaf saya melamun tadi." Ucap Yuda penuh sesal karena sudah mengabaikan ucapan dokter itu sejak tadi. "Tidak masalah Tuan, tapi sepertinya nona Gladisa karus melakukan cek darah beserta C-TSCAN. Maka dari itu kami harus melakukan pengecekan lebih lanjut untuk.mengetahui apa yang sudah terjadi pada Nona Gladisa saat ini. Saya rasa beliau tidak hanya sakit biasa mengingat di tubuhnya juga ada beberapa tanda yang menunjukkan jika ia-------" Namun tiba-tiba terdengar suara lenguhan seseorang yang ternyata Gladisa yang sudah mulai siuman. Perlahan Ia membuka matanya berharap ada sang suami di sampingnya, namun siapa sangka ternyata Di sampingnya berdiri Seorang pria yang tidak lain adalah Yuda. Gladis tersenyum sendu, namun ia berusaha untuk tak terlalu terlihat sedih dan kecewa agar asisten suaminya itu tidak curiga pada dirinya. "Nona, anda baik-baik saja?" Tanya Yuda dengan senyum yang di paksakan. ia menatap iba dengan kondisi Istri dari atasannya itu. Andai saja ia tidak mengikuti perintah itu, mungkin saja nona Gladisa tidak jatuh pingsan saat ini. Yuda terus menatap ke arah tubuh perempuan yang berstatus istri atasannya itu dengan penuh iba, sedikit banyak ia tau jika hubungan keduanya tak berjalan mulus karena Tuan Nathan lebih mencintai Nona Clara yang nota bene adalah adik dari Nona Gladisa "mungkin saja aku masuk angin karena tadi aku belum sempat makan siang sepulang dari butik!" Ucapnya agar sang Pria itu tidak lagi mencecarnya dengan beribu pertanyaan setelahnya. meskipun demikian pria itu sudah tau semuanya yang terjadi. namun karena demi menjaga perasaan nona Gladisa ia memilih untuk diam. Akhirnya ia keluar untuk menghubungi Atasnya guna memberi kabar jika Istrinya masuk ke rumah sakit. ****** Tengah malamnya. Nathan datang dengan wajah Memerah menahan amarah, ia berjalan masuk ke dalam Ruang rawat istrinya yang kebetulan saat itu Gladis masih terjaga. "kak, Kau datang?" Gladis menatap bahagia kedatangan suaminya, namun Setelah ia menyadari jika raut wajah sang suami terlihat kesal maka seketika Itu pula ia berubah murung. "Kenapa kau ada di sini?" Bentaknya dengan tangan yang terkepal kuat. Mendengar ada keributan Membuat asisten Yuda yang tadinya tertidur Kini sontak terbangun. Ia kaget karena tuannya datang-datang dengan marah-marah entah apa sebabnya. lalu pria itu berdiri berusaha untuk menjelaskan Bahwa ia lah yang membawa nyonya Gladis ke sini saat jatuh pingsan tadi. "Tuan, biar saya jelaskan! sebenarnya saya--" "Diam! aku tidak sedang bertanya padamu." Ketus Nathan dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi tepat di depan wajah Yuda yang berusaha menjelaskan. Melihat Itu Gladis menangis. "kak, Aku----" Gladis tak kuasa meneruskan ucapannya karena Nathan lebih dulu memotongnya. "Apa kau sengaja hah? Kau sengaja datang ke rumah sakit ini agar Mommy Naira tau jika menantunya jatuh pingsan karena Putranya tengah ketahuan selingkuh begitu?" Gladis nampak menggeleng lemah. Siapa sangka suaminya memiliki pikiran sepicik itu tentang dirinya. bahkan jika dia tau Yuda membawanya Ke rumah sakit milih mertuanya sendiri, sudah pasti Gladis akan menolaknya. namun bagaimana mungkin ia bisa menolak jika saat itu saja ia tak sadarkan diri. "Ingat Glad, jika sampai Mom and dad Tau soal Hubunganku dengan Clara, maka Aku tidak akan pernah melepaskanmu!! Camkan itu!" Deg Bak di sambar petir, Hati Gladis semakin hancur saja ketika mendengar semua itu dari mulut suaminya. Gladis semakin hancur saja, Baru begini saja Nathan sudah habis-habisan mengancamnya. bagaimana jadinya jika pria itu tau kalau ia sedang mengandung anaknya? apakah Nathan akan benar-benar merealisasikan niatannya untuk melenyapkan Janin yang ia kandung seperti ancamannya dulu?? Setelah puas meluapkan amarahnya kepada sang istri, Nathan memutuskan Untu pergi meninggalkan istrinya kembali. Bahkan ia tidak perduli pada apa yang terjadi pada istrinya itu, dan lebih Memilih pergi ke Club malam untuk menghilangkan rasa suntuk di hatinya. Tak berselang lama, Tiba-tiba Wanita paruh baya yang ternyata Adalah Ibu dari Nathaniel masuk ke dalam ruang rawat Menantunya dengan wajah khawatirnya. "Sayang nak, are you oke?" Tanyanya seraya meraup wajah sang menantu penuh perhatian. "Mom, bagaimana Mom tau aku ada di sini?" Tanya Gladis dengan terbata. "Itu tidak penting, sekarang jawab mommy! apa yang menyebabkanmu masuk ke rumah sakit? Lalu di mana Nathan?" Cecar Nyonya Naira dengan nada kekesalan. "Kak Nathan sedang sibuk Mom!" Ucapnya dengan berbohong. "Dasar anak Nakal, bisa-bisanya ia lebih mementingkan pekerjaan dari pada istrinya. awas saja anak itu!""Kenapa anda tidak mengatakan yang sebenarnya saja Nona, kenapa anda memilih menutupi ini semua?" Tanya Yuda yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran wanita yang tengah terduduk termenung di hadapannya itu. "Aku tidak bisa yud!" Satu kalimat yang meluncur dari bibir Gladis itu mampu membuat Yuda terperangah tak percaya. Bagaimana bisa nona Gladis memilih menutupi penghianatan yang di lakukan tuan muda Nathan pada dirinya? Bahkan wanita yang tega merebut perhatian suaminya itu adalah adiknya sendiri. "Saya benar-benar tidak menyangka jika anda akan memilih untuk diam saja saat mengetahui ini. Saya pikir anda akan marah, bahkan akan menghajar nona Clara dan tuan Nathan setelah mengetahui penghianatan mereka, tapi apa ini?" Ucapnya seraya geleng-geleng kepala. Mendengar itu, sontak bibir Gladisa langsung tersenyum kecut. Siapa bilang ia tidak ingin membongkar kebusukan kedua orang manusia yang sangat di cintanya itu? Namun, ia tak bisa melakukan itu semua karena ia tidak mau ke
Para pelayan yang melihat Tuan Nathan pulang nampak menyambutnya dengan Membukakan pintu untuk tuan muda pertama keluarga Collins itu. Pria yang sejak semalam tidak pulanb itu kini berjalan sempoyongan dengan wajah yang memerah sayu. Bruk Tubuh Nathan tersungkur ke lantai karena kakinya tak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri. Para pelayan yang melihat itu sontak berhamburan untuk menolong tuan muda mereka, namun tiba-tiba saja suara menggelegar seseorang membuat seluruh pelayan yang tadi ingin menolong Nathan, sontak mengurungkan niat mereka. "BERHENTI" Tup tup tup Mendengar suara nyaring langkah kaki yang saling bersahutan menuruni anak tangga itu, sontak ada satu orang pun yang berani mengangkat wajah mereka tinggi-tinggi. Tak berselang lama, kedua kaki itu sedang berdiri di atas kepala Tuan Nathan yang tertidur pulas di atas lantai ruang keluarga dengan kondisi yang sangat berantakan. "Bangun!" Perintah seseorang yang terdengar tegas namun penuh dengan Aura di
"Dari mana saja kau dia hari tidak pulang, Hm? Menurutmu apakah wajar seperti wanita bersuami pergi dari rumah berhari-hari tanpa mengabari suaminya sendiri?" Cecar Nathan hingga membuat Gladis menghela nafasnya kasar "Ada apa ini?" Tiba-tiba nyonya Naira datang dengan menenteng beberapa Paper bag di tangannya. "Mom, kenapa mom sudah pulang?" Tanya Nathan seraya melihat ke arah jam tangan mewah yang bertengger kokoh di lengan kanannya. "Ini baru jam 10 pagi, tapi tumben sekali mommy sudah pulang. Memangnya apa ada yang ketinggalan?" Imbuhnya lagi PLAK Bukannya menjawab pertanyaan putranya, nyonya Naira malah menganyunkan satu buah tamparan keras ke arah pipi sang putra. Sontak Nathan langsung memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak kemarin ia terus mendapatkan tamparan keras dari mommy dan Daddynya dengan alasan yang sulit ia terima. "Ada apa Mom, kenapa mommy memukulku?" Ucap Nathan dengan suara yang meninggi. "Kau tanya ada apa? Dimana saja kau hah? Seharusnya kau
"Nona" Sebuah suara membuyarkan konsentrasi Gladisa saat mengerjakan laporannya, Ia mengangkat palanya dan melihat jika Asisten pribadinya yang bernama Tiara yang memanggil namanya. "Hei, selamat pagi, kau sudah datang rupanya." Gladis melepas kacamata macanya dan kini menyapa balik Tiara. Namun bukannya menjawab, Tiara malah menatap atasannya itu dengan khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja? Kenapa wajah anda pucat, apa anda sakit? Mendengar pertanyaan asisten pribadinya itu, sejenak Gladis merasa ragu sebelum menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, hanya saja mungkin aku kurang tidur kemarin malam." Kilahnya. "Benarkah?" Namun Tiara tak serta Merta langsung percaya dengan jawaban yang di berikan Gladis. "Tapi wajah anda benar-benar sangat pucat Nona, apa perlu aku belikan obat atau mungkin kita ke dokter saja??" Tanyanya seraya berjalan mendekat ke arah meja kerja Gladis. Wanita itu menggeleng seraya tersenyum lembut. "Aku benar-benar tidak apa-apa Ra. Apa
"Diam dan jangan banyak bicara, awas jika kakak berani bicara pada semua orang yang ada di sini maka aku tidak akan segan-segan menyakiti Mommy!" Ancamnya dengan tersenyum Smirk. "Buat asisten pribadimu ini diam selagi aku mengatur semuanya!" imbuhnya lagi. Gladisa sontak semakin membeku mendengar ancaman itu, apalagi melalui belakang tubuh Clara ia melihat dengan jelas ada seseorang yang sangat ia kenal juga berjalan ke arah mereka. Sepertinya Pria itu belum sadar jika di sana ada Gladisa dan juga Tiara yang tengah terperangah tak percaya. Setelah beberapa langkah semakin dekat, barulah Nathaniel sadar jika yang berada di depannya adalah sosok yang selama ini ia benci, sosok yang tengah berpelukan dengan wanita yang sangat ia cintai. "Gladis" Gumamnya lirih. Sedangkan Asisten Yuda terlihat biasa saja saat berdiri di belakang Atasannya itu, menurutnya cepat atau lambat Nona Gladis harus tau seberapa besar kedua orang yang selama ini ia cintai itu di belakangnya. Di tengah
"Aku tidak bisa." Jawab Nathan to do points. "Cih" decih Clara seraya tersenyum miring. "Jangan kau pikir aku tidak tau jika kau ingin mengejar wanita itu. Jangan macam-macam karena aku tidak akan membiarkannya!" Ucapnya penuh penekanan di setiap katanya. Bukan tanpa alasan Clara melakukan itu, ia sudah muak bernegosiasi terus dengan Nathan selama ini, ia sudah lama menunggu untuk menjadi nyonya Collins Hadiatmaja, kenapa sulit sekali untuk menggapainya? Gumam Clara dalam hati. Nathan yang sudah kehilangan jejak Gladis tentu saja menolah ajakan Clara untuk tetap berada di sana. Lalu ia melepaskan genggaman tangan Gladis agar melepaskan Lengannya, "Maaf, aku harus pergi. Nanti aku akan menghubungimu lagi!" Ucapnya seraya memberi Kode ke arah Yuda untuk mengikutinya. "Tidak kak, tunggu jangan pergi!" Pintunya, lalu berusaha untuk mengejar Nathanial, namun sepertinya ia kalah cepat, karena Yuda sudah lebih dulu menghalangi Langkan untuk mengejar langkah kaki Nathan. "Mau apa kau?
"Dad, Mom, aku rindu." Tangisnya pecah, banyangan masa kecil yang begitu bahagia berputar dalam otaknya. Karena terlalu lama di sana, langit pun mulai menggelap. akhirnya wanita itu memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, tubuhnya nampak menggigil hebat, sepertinya ia sudah sangat kedinginan. dari kejauhan pak Seno, si kepala pelayan melihat kedatangan Nona mudanya langsung berlari mengambil payung untuk memayungi Menantu majikannya itu. "Waduh nona Gladis, kenapa basah kuyup begini? Cepat masuk!!" ******** Gladis turun dari mobilnya dengan kondisi tubuh yang menggigil. Sang kepala pelayan yang melihat keadaan Nona mudanya basah kuyup sontak memanggil para pelayan untuk membawakan payung dan handuk kering untuk menyambut kedatangannya. Sementara itu dia sendiri mengambil payung untuk menjemput Nonanya. "Nona, ada apa? Kenapa hujan-hujanan begini?nona kan habis sakit, ayo masuk ke dalam!" Ucap pak Seno sembari memegangi payung untuk Gladisa. Begitu memasuki rumah, Para p
Tiga puluh menit kemudian,, tepatnya setelah membersihkan dirinya Gladis keluar dengan tubuh yang sudah bersih dan rambut yang sudah mengering. Melihat sang suami sudah tidak ada di kamarnya, Buru-buru Gladis membuka nakas untuk mencari kertas laporan pemeriksaannya yang ia sembunyikan kemarin. Ia tidak mau jika Nathan menemukannya lebih dulu, ia takut jika pria itu tau akan menyuruhnya untuk menggugurkan janinnya dan ia tidak mau itu sampai terjadi. Laporan itu awalnya ia simpan sebagai kejutan untuk hadiah ulang tahun sang suami, namun faktanya sepertinya Nathan tidak butuh ini. Karena sebentar lagi ia akan mendapatkannya dari Clara, entah kenapa pikiran Gladis kemana-mana jika membayangkan sejauh apa hubungan antara suaminya dengan sang adik. Aku yakin jika yang meminta Yuda untuk mengantarkanku ke rumah itu adalah Clara, tidak mungkin jika suaminya seceroboh itu untuk memberi tau dirinya tempat perselingkuhan mereka.Gladis menatap hasil laporannya dengan cukup lama. Setelah m