Modi Ibrahim adalah pria tampan, tajir melintir, dan sering php'in wanita. Tapi arena hal itulah dia lelah karena setiap wanita yang ditemui hanyalah karena harta. Modi teringat akan ucapan sahabatnya. Hingga pada akhirnya, ia sadar dan merasa kehilangan karena sahabatnya itu memiliki tempat spesial di hati. Namun, ia sulit sekali menemukan sahabatnya itu. Hingga ada seorang wanita yang cukup menarik perhatiannya. Ketika melihat wanita itu dijemput pria lain yang membuat hatinya panas. Modi akhirnya nekad membawa wanita itu kesuatu tempat, dan merebut harta paling berharga milik wanita itu. Modi juga menyekap wanita itu. Tanpa Modi ketahui wanita itu adalah sahabatnya yang ia cari. Bagaimana jika Modi tahu siapa jati diri wanita itu? Akankah Modi berhasil mempertahankan wanitanya?
View MoreModi langsung menutup hidungnya, karena bau tidak sedap yang ada di ruangan itu.Alisa langsung memegangi perutnya yang terasa sangat sakit hari itu. “Boleh ya, Pak Bos, jika saya tidak ikut?” Alisa benar-benar memohon kepada Modi saat itu, karena perutnya sakit.“Saya tidak mau meeting bersama dengan Siska. Tolong kamu batalkan saja meeting itu!”Alisa sangat terkejut dengan keputusan Modi saat ini. Entah, kenapa pria itu malah lebih memilih membatalkan meeting saja.“Pak Bos ini meeting penting, kita tidak bisa membatalkan meeting itu.” Alisa benar-benar memberikan alasan agar modi lekas pergi bersama Siska.Alisa sendiri ingin periksa ke dokter tentunya, karena masalah diare yang sedang dirasakan saat ini.“Kamu tidak pintar berbohong terhadap saya.”Mau tidak mau Alisa terpaksa ikut dalam meeting tersebut walau menahan rasa sakit perutnya itu.‘Dasar Bos Gendeng nggak punya perasaan!’ gerutu Alisa dalam hati.Wira yang tahu Alisa sedang tidak sehat pun menghentikan langkah Modi.“
Ica keluar ruangan Modi dalam keadaan menggerutu. Hal itu tentu saja membuat jiwa kepo Siska meronta. "Kamu ngapain aja di ruangan, Pak Bos? Keluarnya menggerutu seperti itu? Hayoo! Jangan-jangan abis," Siska sengaja menggoda Ica, agar Ica mau menjawab pertanyaannya. "Kalau punya otak jangan dibuat mesum pikirannya tuh. Masalah ngapain saya di dalam bukan urusan kamu! Urusin aja urusan pekerjaanmu itu!" Ica menjawab dengan nada yang galak. Terlihat jelas, jika Ica saat ini tengah marah. Siska pun bergedik ngeri, kemudian menjauh dari tempat Ica berada. 'Ternyata dia ganas juga ya. Namun, aku tidak rela, jika dia berdekatan dengan Modi trus,' batin Siska. Siska trus memperhatikan Ica. Sepertinya wanita itu sangat serius dengan berkas yang saat ini ia kerjakan. Kemudian, Siska melanjutkan pekerjaannya. "Hai, Ica!" Wira datang dengan senyum yang mengembang membuat Siska sem
Ica menghela nafasnya dengan berat. 'Ish, si Bos Gendeng sensi terus apa, ya? Sepertinya tidak bisa kalau melihat aku tenang?' gumam Ica dalam hati. Walaupun hati menggerutu, namun ia tetap melakukan apa yang diminta bosnya itu.Ica segera menaruh berkas-berkas itu di meja kerja Modi. Untung saja Modi sedang tidak ada di ruangannya. Ica sedikit bernafas lega. Setidaknya dia tidak harus bertemu Bos Gendeng itu. Saat Ica mulai melangkahkan kaki, dan tangannya menarik pintu, pintu tersebut didorong hingga tertutup kembali. Pintu itu didorong seorang pria yang berada di belakang tubuh Ica."Mau kemana terburu-buru?" tutur Modi tersenyum menyeringai sambil mendorong pintu.Modi sengaja bersembunyi di balik pintu kamar pribadinya, yang juga tak
Wira langsung tancap gas setelah mengantar Modi pulang. Wira pun menuruti segala titah Modi. Di tengah perjalanan Wira berpikir bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk bertanya pada Alisa."Kebohongan apa yang sedang Anda sembunyikan dari Modi? Apa sebenarnya niat terselubung Anda?" tanya Wira sangat serius.Alisa menatap Wira dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Alisa sungguh sangat bingung apa maksud dari ucapan asisten kepercayaan Modi itu."Sungguh saya tidak mengerti maksud ucapan Pak Wira itu apa?"Wira masih tetap fokus menyetir, walaupun Wira masih mencoba mencecar Alisa untuk mendapat jawaban itu. "Jangan berpura-pura tak meng
Alisa sengaja meminta maaf terlebih dahulu, karena tak ingin mendapat masalah lagi dengan Modi. Sudah cukup lelah hari ini ia menghadapi berkas-berkas yang Modi berikan. Alisa segera berlalu setelah tubuhnya berdiri tegak.Modi mengernyit kemudian tersenyum smirk. 'Ternyata cepat juga dia akan takluk padaku. Sungguh aku sangat penasaran bagaimana jika wanita galak itu bergelut di atas ranjang,' batin Modi. Pikiran Modi jika sedang kacau pasti mengarah pada selangkangan wanita.Alisa mulai mengotak-atik ponselnya untuk memesan ojek online. Baru saja ingin memesan malah ponsel itu habis batery. Sungguh sial hari ini yang dialami Ica. Sudah lembur sampai hampir tengah malam, belum makan, dan lagi harus mengalami batery ponsel habis saat urgent.Han
Wira akhirnya menemukan kabar tentang Alisa. Sedikit info itu, membawa Wira pada titik terang dimana Alisa berada. Mata Wira dengan teliti, membaca e-mail yang dikirimkan oleh anak buahnya. Wira masih berkutat dalam laptop, hanya sekadar membaca info tentang Alisa. "Jadi Alisa, sebenarnya ada di Kota ini. Tapi kenapa, aku dan Modi sangat sulit melacaknya, ya?" ucap Wira bermonolog. Bertanya pada diri sendiri yang tentu saja kebingungan. Tak ingin berlarut dalam kebingungan, Wira meminta foto terbaru milik Alisa. Mungkin saja, jika Alisa merubah dandanannya. Wira memperhatikan foto itu. Sepertinya, ia mengenali siapa Alisa, yang berada dalam foto itu. Netra Wira semakin terbelalak, saat
Tatapan Modi semakin menjadi, bagai ingin memakan wanita itu. Berani sekali wanita itu menamparnya, di saat semua wanita lain mengantri ingin menjadi kekasihnya. Ingin sekali membalas menampar atau sekadar memberikan pelajaran, tetapi ia urungkan mengingat ia adalah lelaki yang harus melindungi wanita bukan melukai wanita dengan kekerasan."Kau telah membangunkan singa tidur, berarti Kau, harus siap menerima akibatnya!" Ancaman yang lolos begitu saja dari mulut Modi. Kemudian ia pergi begitu saja, meninggalkan wanita itu.Alisa kembali ke ruangan tempat ia bekerja. Alisa sangat paham, jika siapa pun yang berurusan dengan Modi akan siap untuk dipecat. Alisa segera membenahi barang untuk pergi.Modi semakin kesal, dengan wanita yang biasa disebut Ica itu. Modi segera memanggil Pak Yan
Perasaan bersalah hinggap di hati Alisa, harusnya ia tidak pernah mengajari Modi agar bisa mandiri dahulu. Jika hal itu malah membuat Modi menjadi lupa diri."Iyalah tidak sengaja, kalau memang disengaja berarti Kau cari mati!" Modi semakin berteriak.Hanya tatapan kebencian yang dilayangkan Modi pada Alisa. Menatap tajam bagai memiliki dendam kesumat. "Siapa namamu dan kamu itu bagian apa? Nanti biar pihak HRD memotong gajimu." Perkataan Modi terlihat jelas sangat tak mementingkan kata maaf."Panggil saja saya Ica, Pak!" tutur Alisa karena semenjak ia kuliah mengganti nama panggilannya. Alisa sengaja tidak memberitahu identitas aslinya pada Modi. Alisa ingin jika ia bekerja di perusahaan milik Modi karena pre
Tubuh tegap, tinggi, juga tampan penuh semangat menghiasi wajah tampan sang CEO. Di depan lobi, semangat itu musnah begitu saja. Pemandangan yang tak mengenakan itu terpampang jelas di depan mata. Betapa hancur dan malu yang ia rasakan. Reputasinya bisa hancur karena dua orang wanita tengah beradu mulut, di dalam ruang tunggu lobi. 'Belum juga aku memasuki kantor, sudah harus melihat pertunjukan dua wanita itu. Sungguh memalukan sekali. Dasar wanita murahan,' batin Modi "Modi milikku dan kekasihku!" Sasha menunjuk jari ke tubuh dengan keangkuhan. Merasa sebagai wanita yang memiliki hubungan spesial dengan CEO itu, juga merasa paling cantik. Tatapan tajam diperlihatkan, bagai elang yang ingin menerkam mangsa. Tatapan mata wanita di depannya pun
Tubuh tegap, tinggi, juga tampan penuh semangat menghiasi wajah tampan sang CEO. Di depan lobi, semangat itu musnah begitu saja. Pemandangan yang tak mengenakan itu terpampang jelas di depan mata. Betapa hancur dan malu yang ia rasakan. Reputasinya bisa hancur karena dua orang wanita tengah beradu mulut, di dalam ruang tunggu lobi. 'Belum juga aku memasuki kantor, sudah harus melihat pertunjukan dua wanita itu. Sungguh memalukan sekali. Dasar wanita murahan,' batin Modi "Modi milikku dan kekasihku!" Sasha menunjuk jari ke tubuh dengan keangkuhan. Merasa sebagai wanita yang memiliki hubungan spesial dengan CEO itu, juga merasa paling cantik. Tatapan tajam diperlihatkan, bagai elang yang ingin menerkam mangsa. Tatapan mata wanita di depannya pun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments