Beranda / Urban / Mengapa Kau Membenciku? / Part 2 : Siasat Fero

Share

Part 2 : Siasat Fero

Penulis: Ekta Naura
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-08 13:25:24

Di malam hari, langit begitu cerah, Sarah yang saat itu berada di halaman rumah sedang menengadahkan kepalanya sambil menatap bintang-bintang di langit. Teringat jelas di benaknya saat ia berada di kantor dan membaca sebuah judul di halaman utama sebuah Surat kabar : "Pemilik Perkebunan & Perusahaan teh ditemukan mati gantung diri."

Peristiwa itu sudah sebulan lebih berlalu, tapi baginya itu merupakan peristiwa yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya, karena setelah ia memutuskan hubungannya dengan Fadli, sering sekali Fadli menelfonnya serta mengancam akan bunuh diri. Sarah sama sekali tidak mengira kalau Fadli benar-benar mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, Sarah mengira perkataan Fadli hanyalah sebuah ancaman belaka, dan andai saja saat kencan terakhirnya dengan Fadli ia tidak meminjam kalung Sinta, maka tidak akan resah seperti sekarang ini.

"Dasar kalung pembawa sial huhh....!, sama sialnya dengan anak angkat itu, ngapain juga aku meminjam kalung itu malah sekarang rumit begini jadinya?" gerutu Sarah sambil meremas remas kedua telapak tangannya.

"Masalah rumit apa sih kak, kok sepertinya kakak cemas sekali?" tanya Sinta yang tiba-tiba mengagetkan Sarah.

"Kamu...kamu sejak kapan ada di sini?, bukannya tadi kamu sedang memijit Ibu di kamar?"

"Aku tadi mau mematikan lampu ruang tamu, tapi kok pintu depan terbuka, aku pikir ibu lupa mengunci pintunya, eh ternyata aku melihat kakak sendirian di sini."

"Aku sedang ingin menyendiri sambil memandangi bintang-bintang, oh ya ... tadi pagi ada seorang pemuda yang bernama Fero datang ke sini mencari kamu, dia bilang sudah menemukan kalung kamu loh!"

"Iya Kak, tapi kalungku masih dibawa sama dia, dia masih belum mengembalikan kalung itu."

"Haaa yang bener?, tadi dia bilang sendiri ke aku kalau mau mengembalikannya ke kamu kok!, memang siapa sih Fero itu?, apa kamu mengenalnya?'' tanya Sarah penasaran.

"Aku juga tidak mengenalnya kak, aku juga baru bertemu dia pagi tadi."

"Kok aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya itu ya?!, apa mungkin ini hanya perasaanku saja?, apa aku ini terlalu berlebihan bila mencurigai dia?!"

"Curiga?, memangnya ada apa sih kak?"

" Emmmm... tidak ada apa-apa kok, anggap aja aku cuma ngelantur, sudah larut malam aku ngantuk sekali, aku mau tidur dulu ah... jangan lupa kunci pintunya ya!"

"Iya biar aku saja yang menutup pintu!, lagian besok kan kakak harus berangkat kerja pagi-pagi sekali, kakak tidur saja dulu gihhh!" seru Sinta kepada Sarah yang hendak beranjak pergi meninggalkannya sendiri di teras.

Tak terasa malam pun semakin larut, tapi Sarah masih belum juga bisa memejamkan matanya, arah bola matanya menerawang ke langit-langit kamar, kedatangan Fero tadi pagi sangat mengganggu pikirannya saat ini. Selama ia belum mengetahui perihal siapa sebenarnya Fero itu, sampai kapanpun hatinya tidak akan bisa tenang, berbagai pertanyaan pun berkecamuk dalam hatinya.

****

Pagi-pagi sekali selesai sarapan, Sarah bergegas pergi menuju Perusahan Teh milik Almarhum Fadli, dia pun pergi dengan memesan taxi online.

"Pak tolong antarkan saya ke Perusahaan teh ya!" ucap Sarah pada pak sopir.

"Baik mbak!" tentu saja pak sopir tidak banyak tanya lagi, karena di kota Malang hanya ada sebuah Perusahan Teh yang termasyhur yaitu Perusahaan yang dikelolah Ayah Fero kemudian diteruskan oleh Fadli dan Fero. Sekitar 10 menit kemudian Sarah tiba di Perusahan, ia pun membayar taxi, setelah itu Sarah bergegas menuju ke arah pintu gerbang, terlihat olehnya seorang Security yang sedang berdiri di dekat pintu gerbang Perusahaan.

"Maaf pak saya ada janji dengan Pak Fero hari ini, ngomong-ngomong apa Pak Fero sudah datang ya pak?" tanya Sinta

"Maaf dengan ibu siapa ya?" Sang Security balik bertanya kepada Sarah

"Waduh...bisa ketahuan ini kalau aku sama sekali tidak punya janji dengan Fero." bisik Sarah dalam hati,

"Eemm...tapi benarkan CEO perusahan ini bernama Pak Fero?, maaf pak saya juga punya beberapa relasi yang bernama Fero jadi takut salah orang, ciri-cirinya Pak Fero itu orangnya tinggi, ganteng, kulitnya putih, rambutnya berombak, memiliki brewok tipis-tipis di wajahnya betul kan pak?" tanya Sinta berlagak sok tau

"Iya Bu, betul sekali itu memang ciri-ciri dari Pak Fero, beliau adalah Owner sekaligus CEO Perusahaan kami."

"Lalu bapak sudah berapa lama kerja menjadi security di sini?"

"Saya belum satu Minggu Bu bekerja di sini."

"Oowww pantas saja, aku begitu mudah memancing dia untuk memberikan informasi, kalau saja security yang sudah senior pastinya sulit sekali untuk mendapatkan info, bahkan bisa-bisa aku sudah diusir dari sini karena ketahuan berbohong." bisik Sarah dalam hati sambil bernafas lega.

Memang benar dugaan Sarah bahwa Fero ada hubungannya dengan Fadli yang pasti mereka ada hubungan keluarga, Sarah yakin itu.

 

***

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 09.45 WIB. Sinta berjalan dengan santai menuju toko, ia harus menggantikan ibunya menjaga toko, karena akhir-akhir ini beliau sering sakit. Toko kecil tersebut merupakan peninggalan Almarhum ayah Sarah dan Sinta. Di toko tersebut menjual berbagai macam alat tulis dan perlengkapan sekolah. Maklum tak jauh dari toko itu terdapat beberapa sekolah mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA yang dibangun dalam satu kawasan. Selang beberapa menit kemudian Sinta pun sudah sampai di toko, segera ia membuka gembok rolling door yang tertancap di lantai depan toko, setelah itu di ambilnya kemucing untuk membersihkan debu yang menempel di permukaan kaca etalase. Tak lama kemudian sebuah mobil Alphard berwarna hitam mengkilap berhenti di depan toko. Sosok pemuda berkaca mata hitam dengan memakai kemeja berwarna putih polos keluar dari mobil tersebut, karena Sinta telalu fokus membersihkan tiap-tiap sudut etalase, ia tidak menyadari kehadiran sosok pemuda gagah berkaca mata itu.

"Apakah di sini menjual map untuk menyimpan arsip atau dokumen?" tanya Fero

"Iya di sini menyediakan stopmap folio, ordner, map folder juga map snelhecter!" jawab Sinta Mencoba untuk meyakinkan pembeli di hadapannya itu.

"Nah itu yang saya butuhkan map folder, tolong ambilkan yang berwarna merah 2 buah!" ujar Fero sambil ibu jarinya menunjuk ke deretan map folder yang ia maksud, kemudian melepas kaca matanya. Dengan segera Sinta mengambilkan map folder yang diminta Fero. Saat Sinta menyerahkan map folder tersebut, Sontak ia menatap wajah pemuda di hadapannya itu yang baginya wajah tersebut tidaklah asing.

"Kok sepertinya aku pernah bertemu dia sebelumnya ya?, tapi di mana?" bisiknya dalam hati

" Loh kamu nona Sinta yang pernah aku temui di sungai itu kan?" tanya Fero tiba-tiba sambil ibu jarinya menunjuk ke arah sinta

"Ka..kamuuuu...!" sahut Sinta spontan melakukan hal yang sama dengan menunjuk Fero dengan jari telunjuknya.

"Saya tidak menyangka kita bertemu lagi...okey karena saya sedang terburu-buru ini uangnya!" Ucap Fero sambil meletakkan selembar uang seratus ribu di atas etalase.

"Tunggu dulu saya ambilkan kembaliannya sebentar !"

"Uang kembaliannya buat kamu saja!"

"Ehhh...tapi!"

Belum sempat Sinta menyerahkan uang kembalian yang sudah berada di telapak tangannya serta mengucapkan terima kasih, Fero sudah menutup pintu mobil kemudian berlalu pergi.

Waktu terus berjalan, tiba pukul 13.00 WIB. Sinta menutup toko, kemudian bergegas untuk pulang ke rumah. Dengan santai Sinta berjalan menyusuri jalan berpaving yang menuju ke arah rumahnya, namun di tengah perjalanan ia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, saat ia menoleh ke belakang ternyata tidak ada seorangpun di sana.

"Aneh...padahal sepi tidak ada siapa-siapa, apa ada yang bersembunyi  di balik pohon itu ya?!" bisik Sinta dalam hati ,sambil berjalan pelan-pelan menuju ke arah pohon mangga yang besar dan cukup rindang di tepi jalan yang ia lewati. Namun setelah sampai di balik pohon mangga ternyata kosong ia tidak menemukan siapa-siapa.

"Ah.... mungkin ini hanya perasaanku saja!" ucapnya lirih, Sintapun membalikkan badannya, akan tetapi tiba-tiba ia tersentak kaget karena sudah muncul seseorang di hadapannya.

"Waaahhhhh.......!" teriaknya sambil memegangi kedua pipinya dengan refleks.

"He..he..he...ada apa nona?, kenapa anda berteriak histeris seperti itu?" tanya Fero sambil tertawa.

"Bukankah kamu yang tadi membeli map ke toko ku?, apa yang kamu lakukan di sini?"

"Tadi aku lihat kamu berjalan sendirian, terus aku panggil-panggil tapi sepertinya kamu tidak mendengarnya, kemudian ya...aku berjalan cepat untuk menyusul, kenapa apa ada yang salah?" tanya Fero berlagak tanpa dosa.

"Memangnya ada perlu apa sampai kamu mengikuti aku ke sini?, apa kamu mau mengembalikan kalung saya sekarang?"

"Masih belum saatnya, akan ada saat yang tepat untuk saya mengembalikan kalung itu."

"Oooww begitu ya?!, itu kalung saya, tunggu waktu yang tepat apa lagi?, sepertinya kamu memang sengaja ingin mempermainkan saya, sudahlah kalau begitu buang-buang waktu saja saya di sini!" ucap Sinta sambil bergegas pergi

"Eeiittt tunggu dulu!" ujar Fero sambil menarik tangan Sinta hingga membuat wajah mereka saling berhadapan satu sama lain dengan jarak yang hanya beberapa centimeter saja, menyadari hal itu Sinta segera memalingkan muka ke arah yang berlawanan.

"Tolong lepaskan tangan saya!" pinta Sinta

"Oh...maaf!" jawab Fero sambil melepaskan genggaman tangannya.

"Saya sengaja menemui kamu hanya untuk memberikan kartu nama saya ini!" ujar Fero sambil menyodorkan sebuah kartu nama kepada Sinta.

"Saya tidak membutuhkan kartu nama, saya hanya ingin kalung saya kembali!"

"Ayolah, aku yakin suatu saat nanti kamu akan membutuhkan kartu nama ini, bukankah kamu ingin kalungmu itu kan?!"

"Aku rasa tidak ada hubungannya antara kalungku dengan kartu nama kamu!"

"Baiklah jika tetap bersikeras dengan pendirianmu itu, jangan harap aku akan mengembalikan kalungmu, pulanglah!"

"Bagaimana bisa kamu menahan barang milik orang lain dengan seenaknya gitu?"

"Why not?, jika ada seseorang menemukan barang di suatu tempat, lalu orang yang menemukan barang tersebut memberitahukan kepada si pemilik, sebagai orang yang tahu berterima kasih bahwa barang yang dicarinya itu aman dan baik baik saja, apakah tidak ada imbalan sebagai ucapan terima kasih?!"

"Baiklah, kalau begitu kamu ingin imbalan apa sebagai bentuk ucapan terima kasih?"

"Saya tidak ingin imbalan apa-apa, saya hanya ingin kamu menyimpan kartu nama saya ini baik-baik, itu saja!"

"Saya akan menerima kartu nama kamu, tapi dengan satu syarat!"

"Woow.... !, baru pertama kali saya menemukan gadis yang cukup unik seperti ini, sungguh cukup berani sekali, hemmm...!, baiklah syarat apakah itu?"

"Saya ingin kamu berjanji bahwa kamu tidak berniat membohongi saya untuk mengembalikan kalung itu!"

"Baiklah...saya berjanji, percayalah.... ini hanya masalah waktu !"

"Berikan kartu namanya, aku harap kamu bisa memegang kata-katamu itu!" ucap Sinta dengan sewot. 

Sambil tersenyum Fero memberikan kartu namanya kepada Sinta.

"Sungguh gadis yang cukup berani sekali dia, ini akan sangat menarik sekali!" bisik Fero dalam hati.

***

~ Seminggu kemudian ~

Tidak seperti biasanya, malam itu Sinta tidak bisa tidur. Ia kemudian membuka jendela kamar, tampak dengan jelas bulan purnama yang bersinar terang di langit.

"Sudah seminggu berlalu, tapi mengapa dia belum mengembalikan kalungku ya?" entah mengapa tiba-tiba Sinta teringat akan kalungnya.

"Apa lebih lebih baik aku tanyakan saja?, Ah tidak-tidak...!, sebaiknya aku tunggu dulu sampai dia mengembalikannya, tapi sampai kapan dia akan menahan kalung itu?, Seminggu lagi, Sebulan, Setahun?, ahhh... bikin jengkel saja?, apa sih sebenarnya mau dia itu?, masak bodohlah aku telfon saja dia dari pada gak jelas seperti ini!" Sintapun membuka laci lemari lalu dicarinya kartu nama yang diberikan Fero tempo hari, setelah ketemu diraihnya HP yang berada di atas tempat tidur, kemudian diketiknya nomor HP sesuai dengan yang tertera pada kartu nama.

"Sudah tersambung tapi koq gak diangkat ya?, mungkin saja dia sibuk, apa aku coba telfon lagi?, oke aku akan coba lagi!" ucap Sinta pada dirinya sendiri. Begitulah satu, dua, tiga dan akhirnya yang ke empat kali barulah Fero mengangkat telfon dari Sinta.

"Hallo.... !" Fero memulai percakapan

"Eemmm...hallo!" jawab Sinta

"Ini siapa ?" tanya Fero

"Ini aku... Sinta!"

"Ooowwww...Nona Sinta yang jutek itu ya?"

"Whatttt jutek?"

"He...he..he... maaf aku hanya bercanda kok, oh ya... apa ada yang bisa aku bantu?, sampai-sampai si nona cantik ini rela menelfonku malam-malam begini?"

"Ini sudah satu minggu lebih, tapi mengapa kamu masih menahan kalung saya?, kapan kamu akan mengembalikannya?"

"Waduh...., kamu cantik-cantik tapi galak juga ya?!, sabar dulu dong... rileks...!"

"Lalu sampai kapan aku harus bersabar?, apa kamu memang sengaja mengulur waktu hingga aku lupa dan tidak pernah menanyakannya lagi?, bukankah kamu sudah berjanji untuk mengembalikannya, tapi nyatanya apa?, Sampai detik ini kamu masih belum juga memberikannya."

"Kamu ingin tahu nggak kenapa aku melakukan ini?"

"Aku tidak tau, karena aku tidak bisa membaca pikiran orang lain"

"Aku beritahu yang sejujurnya ya!, aku tidak segera memberikan kalungmu itu karena.... eemmm...!"

"Karena apa?"

"Karena aku tidak mau saat aku sudah memberikan kalung itu hubungan kita hanya sampai di situ saja."

"Ya tentu saja, di manapun, siapapun kalau sudah selesai ya sudah, ngapain musti diperpanjang lagi urusannya?"

"Bagaimana kalau tahun depan saja aku kembalikan ?"

"Heyyy, jangan seenaknya gitu ya!"

"He..he.., aku hanya bercanda kok, kalau kamu masih ingin aku mengembalikan kalung itu, aku tunggu besok pagi di sungai jam 08.00, jangan sampai terlambat, ingat harus on time !" ucap Fero kemudian mematikan telfonnya.

"Hallo..hallo...!, Loh... aku belum selesai bicara kok diputus gitu aja telfonnya, kok ada ya orang yang nyebelin gini di dunia ini?, uuhhh...!" bisik Sinta sambil memukul-mukul bantal di pangkuannya karena ia merasa jengkel sekali kepada Fero. Malam semakin gelap, rasa kantuk pun mulai hinggap, Sinta tak lupa menutup jendela, lalu menyingkap selimut kemudian tak butuh waktu lama iapun tertidur lelap.

Bab terkait

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 3 : Berita Duka

    Sesuai permintaan Fero, Sinta tidak ingin terlambat untuk datang ke sungai. Karena ia tidak mau Fero mencari-cari alasan untuk tidak memberikan kalung yang sangat berharga baginya itu. Jalan setapak demi setapak ia lalui, karena dini hari usai hujan, kini jalan yang ia lewati itu sedikit licin, dengan sangat berhati-hati sekali ia melangkahkan kakinya. Beberapa saat kemudian sampai jualah ia di tepi sungai."Masih sepi, tidak ada seorang pun di sini." bisik sinta dalam hati, sambil mengamati keadaan di sekelilingnya."Dia datang apa tidak ya?, jangan-jangan dia hanya ingin mempermainkan aku saja?!" imbuhnya.Tiba-tiba datang seekor kupu-kupu hinggap di atas bunga-bunga yang berada tepat di depannya. Iapun menghampiri kupu-kupu tersebut, kemudian diletakkannya di ata

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 4 : Mengenal Lebih Dalam

    Sebuah mobil warna hitam mengkilat meluncur lirih ke arah Sinta, kemudian berhenti tepat di depannya. Pintu mobil tersebut pun terbuka, lalu keluarlah sosok pemuda gagah yang mengenakan setelan jas hitam dengan memakai sebuah kaca mata hitam berjalan mendatangi Sinta, sedangkan Sinta acuh tak acuh dengan kehadiran pemuda tersebut karena merasa tidak mengenalnya. Karena jengkel dengan perlakuan Sinta yang tidak merespon kehadirannya, pemuda tersebut membuka kaca matanya. Terlihatlah jelas wajahnya yang tampan, putih, dengan brewok tipis di wajahnya. Sinta dibuat kaget, Ia tak percaya bahwa Fero sedang berdiri di hadapannya saat ini."Fero....!, apa yang sedang kamu lakukan di sini?""Coba tebak apa yang akan aku lakukan?""Bagaimana aku tau?" jawab Sinta sambil mengangkat kedua pundak dan tangannya sebagai isyarat kalau ia benar-benar tidak tahu."Aku mau menculik kamu agar kamu mau menjadi kekasihku!" jawab Fero sambil menarik tangan Sinta untuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 5 : Lamaran Fero

    Akhir-akhir ini, Fero sering berkunjung ke rumah Sinta. Semula Sinta ragu akan hubungannya dengan Fero karena status sosial mereka yang jauh berbeda. Ia merasa tak pantas dicintai oleh Fero. Karena Selain memiliki paras yang tampan, Fero juga memiliki postur yang gagah, serta materi yang berlimpah. Dengan memiliki segudang kelebihan inilah mustahil jika Fero tak digandrungi gadis-gadis cantik di luar sana.***Malam ini Sinta sedang mengerjakan tugas kuliah di dalam kamar. Sudah 50 Menit Sinta berkutat dengan laptop dan buku-bukunya. Ia tidak boleh menunda lagi mengerjakan semua tugas karena ia sudah tertinggal 1 semester, ini merupakan efek dari mengajukan cuti kuliah sementara beberapa waktu yang lalu."Tok..tok...tok...!"Suara ketukan berbunyi dari pintu depan. Tanpa menunggu ketukan berikutnya, Sinta segera membukakan pintu. Setelah pintu ruang tamu terbuka. Ternyata sudah berdiri sopir Fero dengan membawa sebuah kado di tangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 6 : Kenyataan Yang Menyakitkan

    Akhir-akhir ini Leon hampir tiap hari menjemput dan mengantar Sinta pulang kuliah. Jawaban tidak tak mampu terucap dari bibir Sinta. Sebab jikalau menciptakan argumen, Sinta takkan menang dari Leon. Meng-iyakan adalah salah satu cara untuk meredam perbedaan dari berbagai sudut pandang. Jika berkata Iya bisa membuat lawan bicara merasa senang, tentunya Sintapun tenang, itu pula yang dilakukan Sinta saat ini.Tepatnya pada jam 16.00 WIB Sinta sudah sampai di rumahnya, Leonpun berniat untuk singgah barang sejenak, dan Setelah sang Dosen dipersilahkan duduk di ruang tamu, kemudian Sintapun membuatkan segelas teh untuknya."Kamu sudah tinggal berapa lama di sini Sinta?" tanya Leon"Sejak saya masih kecil pak!" jawab Sinta"Kalau sudah di luar kampus tidak usah terlalu formal, cukup panggil saja aku Leon!""Saya akan canggung sekali kalau langsung panggil nama anda.""Itu karena belum terbiasa, jadi biasakanlah!""Baiklah, Le..L

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 7 : Gudang Kumuh Dan Kotor

    "Apa kamu memiliki bukti Fero, hingga begitu yakinnya menuduhku untuk sesuatu yang sama sekali tidak aku perbuat?""Tentu saja aku punya cukup bukti bahwa kamu adalah orang yang telah menyebabkan kakakku mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya!" teriak Fero lantang sambil menarik kalung dari leher Sinta, hingga membuat mulut Sinta ternganga karena kaget."Lihat ini baik-baik! ini adalah kalung yang aku temukan di tangan kakakku saat ia sudah tidak lagi bernyawa, kalung ini digenggamnya sangat erat, hingga sulit sekali untuk dilepaskan dari tangan kanannya, dan ini adalah Berita utama di sebuah surat kabar, lihat baik-baik kalung milikmu itu terlihat sangat jelas di gambar surat kabar sedang digenggam oleh kakakku!"Sontak Sinta semakin kaget dengan apa yang ia dengar dan lihat dengan mata kepalanya sendiri, ia tidak habis fikir bagaimana bisa kalungnya benar-benar berada di tangan orang yang tidak ia kenal dalam halaman utama di surat kabar itu. Secara ref

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 8 : Perhatian Sinta Untuk Fero

    Selesai mencuci piring di dapur. Sinta beranjak pergi menuju gudang, namun saat sesampainya di tangga, ia berpapasan dengan Fero yang terlihat memakai jas seperti saat akan pergi ke kantor. Secara refleks Sinta terpukau melihat penampilan Fero dengan rambut klemis serta penampilannya yang rapi itu. Perlahan jarak mereka semakin dekat, tanpa berkedip sedikitpun Sinta memandangi Fero."Wah, benar-benar tampan dan gagah sekali suamiku ini, tak salah bila aku begitu mencintainya!" ucap Sinta dalam hati.Namun Fero yang meski berpapasan dengan Sinta hanya melihat sekilas ke arahnya tanpa ekspresi sedikitpun. Seketika itu pula Sinta sadar bahwa cintanya kepada Fero hanya bertepuk sebelah tangan, Fero sama sekali tidak memiliki perasaan sedikitpun kepadanya, hatinya begitu sakit, hatinya begitu perih. Dengan langkah perlahan ia terus menaiki anak tangga hingga sampai jualah ia di pintu gudang, lalu dibukanya pintu itu dengan pelan. Dan sesampainya di dalam gudang yang sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 9 : Gerombolan Pemabuk

    "Apa sih yang kamu lakukan di sini? asal kamu tau ya! beberapa pekerja gak fokus kerjanya karena ngomongin kamu, ada juga yang bergerombol ninggalin pekerjaannya karena lihatin kamu kayak anak kecil main air di sini, mendingan kamu di rumah saja deh! dari pada bikin mereka gak fokus sama kerjaannya!" teriak Fero pada Sinta."Kamu ini napa sih, datang-datang kok marah-marah gitu? ganti hobi baru nih sekarang?" sahut Sinta balik bertanya."Hobi baru? hobi baru apa sih? kalau ngomong itu yang jelas?!""Kamu kan sekarang punya hobi baru marah-marah! padahal dulu waktu deketin aku, kamu itu baik, perhatian, meski cenderung tegas tapi sedikitpun kamu gak pernah marah-marah, tapi sekarang sedikit-sedikit marah, jadi aneh saja ngelihatnya!""Aneh?""Iya jadi aneh, berubah drastis 180 derajat!""Aku sendiri juga gak tau, kenapa kalau ketemu kamu bawaannya pingin marah-marah? kamu selalu bikin aku emosi, apa lagi lihat gaya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 10 : Kedatangan Nindy Kemudian Altara

    Sinta masih terus saja berjalan membuntuti Mang Inyong, namun setelah sampai di pintu gerbang tiba-tiba turun hujan begitu deras, Sinta pun berlari menuju rumah agar tidak basah kuyup, namun sesampainya di teras rumah, ia melihat Fero dengan seorang gadis cantik duduk saling berdekatan dengan posisi kepala si gadis bersandar pada bahu Fero. Mereka tampak akrab satu sama lain dan juga begitu mesra. Tentu saja Sinta yang melihat semua itu begitu kaget, karena sebelumnya ia tidak pernah bertemu apalagi mengenal gadis tersebut. Segala perasaan berkecamuk dalam hatinya saat itu, ia yang merasa setelah menikah saja tidak pernah diperlakukan mesra dan manja layaknya gadis itu oleh suaminya, maka dengan segera Sinta bergegas ke dalam rumah kemudian masuk ke dalam kamarnya, setelah itu ditutupnya pintu kamar dan ia pun bersandar pada pintu sambil terduduk lemas.2 kejadian sekaligus dalam kurun waktu yang hampir bersamaan seolah membuat jantungnya hampir lepas, baru saja ia diganggu o

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22

Bab terbaru

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 71 : Video Bahagia

    Hari-hari Sinta semakin berwarna dengan hadirnya Fero di tengah kehidupannya saat ini. Fero telah membuktikan bahwa dia adalah suami yang baik, begitu mencintai keluarga serta bertanggung jawab. Fero sudah bertekad ia akan selalu membahagiakan keluarga kecilnya tersebut, apalagi ia begitu menyayangi Azka seperti putra kandungnya sendiri begitu pula sebaliknya. Sinta yang bukan single parent lagi tentunya benar-benar merasakan kebahagiaan seutuhnya. Setelah rentetan kejadian tragis yang telah ia alami di sepanjang hidupnya kini telah tergantikan dengan kehidupan yang tentram serta bergelimang kebahagiaan. Memiliki 2 buah rumah yang saling berhadapan yang hanya terpisah oleh sebuah jalan raya membuat Sinta lebih banyak tinggal di rumah yang dibeli oleh Fero. Sejak malam pertama ia sudah lebih banyak tinggal di rumah tersebut dan untungnya pula putranya sama sekali tidak mempermasalahkan itu karena selama ada Fero maka Azka akan meng-iyakan.

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 70 : Pernikahan

    Sekali lagi Sinta merasakan dilema yang teramat sangat dengan kejutan yang dibuat Fero bersama sang putra kali ini. Ia benar-benar tak tahu harus menjawab apa karena untuk saat ini ia masih belum memikirkan untuk menikah kembali karena jujur saja perasaannya kepada Devano masih sangat kuat karena bagaimanapun juga dialah laki-laki pertama yang banyak memberikannya cinta dengan penuh ketulusan dan kesungguhan tanpa adanya rekayasa, dusta serta pengkhianatan. Namun mengapa saat ini perasaan takut karena trauma yang pernah dialaminya kian membuatnya bimbang. “Mama…Om Ganteng telah menolong Aka dali bahaya, Om Ganteng hampil meninjal kalena tolonyin Aka apa itu maci belum cukup buat Mama?” protes Azka yang tiba-tiba mengagetkan Sinta, lagi-lagi ucapan sang putra makin membuatnya heran karena bagaimana bisa ia melontarkan kata-kata yang begitu menohok. “Azka tidak boleh berkata demikian sama Mama ya sayang! biarkan Mama mengamb

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 69 : Kesempatan Ke Dua

    “Aka cayang banget cama Om ganteng, Aka pingin punya Papa cepelti teman-teman teyus Aka pingin Om Ganteng jadi Papanya Aka!” jelas Azka dengan berterus terang. “Seperti yang Om bilang sebelumnya, Om akan selalu ada buat Azka dan juga Mama, Om tinggal menunggu kesiapan Mamanya Azka, begitu Mama bilang setuju dan siap untuk menikah dengan Om maka secepatnya Om akan menikahi Mama Azka!” terang Fero dengan begitu jelas. “Om Ganteng gak bohonyin Aka kan?” “Apa yang Om ucapkan pada Azka baru saja itu semua benar, dalam berbicara Om tidak boleh berbohong nanti kalau berbohong Allah bisa marah!” Azka mendengarkan penjelasan Feri sambil menganggukkan kepalanya. “Ya sudah kalau begitu sekarang Om pingin lihat mana senyum manisnya buat Om pagi ini?” seru Fero yang kemudian dibalas dengan sebuah senyuman manis yang tersungging dari bocah lucu tersebut. Dengan segera dipeluknya Azka oleh Fero dengan begitu hangat.

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 68 : Ada Hikmah

    Pintu kamar Sinta tidak ditutup rapat, hanya beberapa centimeter saja pintu tersebut sedikit terbuka, maka dengan langkah pelan Fero memasuki kamar Sinta. Cukup luas sekali ukuran kamarnya berkisar 6 x 6 meter. Tatapan netra pemuda tersebut menelisik ke setiap penjuru ruangan, karena baru pertama kalinya ia masuk dengan tatapan menelisik seperti ini meski sebelumnya karena kondisi mendesak ia pernah masuk untuk melihat kondisi Sinta yang sedang pingsan begitu mendengar berita kepergian suaminya. Saat itu ia mencari foto pernikahan mereka di kamar tersebut namun ternyata ia tak menemukannya, bukankah kebanyakan pasangan pada umumnya selain memajang foto mereka di ruang keluarga, maka mereka juga akan memajangnya di dalam kamar, namun sepertinya hal tersebut tidak berlaku bagi Sinta dan juga Devano. Terlihat Sinta yang sedang tertidur lelap menggunakan selimut wol dengan warna cerah. Fero masih saja berdiri menatap wajah cantik itu,

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 67 : Kedekatan Fero Dan Azka

    Setelah dirawat di rumah sakit selama 2 minggu akhirnya Fero oleh Dokter diperbolehkan untuk pulang dengan catatan ia harus tetap rajin kontrol sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh Dokter di buku Kontrol. Tentu saja hal tersebut disambut dengan sangat antusias oleh Fero karena menurutnya berada di rumah sakit dengan durasi waktu selama itu berasa setahun lamanya dan untungnya ada Sinta yang selalu berada di sampingnya yang selalu setia menunggunya sedari awal dia terbaring tak sadarkan diri karena koma hingga sekarang kondisinya yang sudah berangsur pulih. Tak dipungkiri lagi bahwa Sinta adalah motivasinya selama ini untuk bisa berjuang melawan koma selama seminggu lamanya, dan itu juga merupakan keajaiban serta anugerah tak terhingga yang telah diberikan Sang Pencipta kepadanya. Ditambah dengan kehadiran Azka putra semata wayang dari wanita yang sangat dicintainya kian menambah nuansa suka cita yang ia rasakan selama ini. Kehadiran Azka

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 66 : Kejadian Luar Biasa

    Terlihat seorang Dokter sedang melakukan resusitasi ( CPR ), usaha tersebut dilakukan untuk mengembalikan irama jantung yang telah terhenti. Sinta yang mengetahui hal tersebut langsung meraih telapak tangan Fero kemudian digenggamnya dengan erat sambil berkata, “Ayo Fero kamu harus kuat, kamu harus bisa, jangan tinggalkan aku dengan perasaan bersalah seperti ini! bagaimana aku harus menjawab pertanyaan putraku jika dia bertanya tentangmu? Fero ayo bangun! Aku mohon jangan tinggalkan aku! bukankah kamu sering mengatakan kalau aku tidak boleh meninggalkan kamu, tapi mengapa justru kamu sendiri yang akan meninggalkan aku? aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi Fero, yang aku mau hanya satu yaitu kamu tepati kata-katamu dan kamu buktikan kepadaku bahwa kamu….bahwa kamu tidak akan pergi meninggalkanku, maka aku juga akan buktikan kata-kataku dan aku berjanji untuk memaafkan semua kesalahanmu di masa lalu kepadaku maka aku juga tidak akan pernah me

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 65 : Kritis

    “Sin..ta..Sin..ta…ma..af..kan a..ku!” Ucapan Fero yang di ulang-ulang pada saat itu membuat Sinta terbangun dari tidurnya, suaranya meski tidak keras namun masih terdengar jelas di pendengaran Sinta. Perlahan tapi pasti mata Sinta yang sedang tertutup rapat karena rasa kantuk yang hinggap kini terbuka. Di tatapnya Fero yang masih memejamkan mata dihadapannya. “Sin..ta…Si..nta...ma..af..kan a..ku! ja..ngan ting..gal..kan a..ku!” rintih Fero. Hal itu membuat Sinta kaget, ternyata ucapan Wika tadi sebelum pulang benar adanya bahwa ketika dalam kondisi yang tak sadarkan diri Fero masih mengingat dirinya. Seketika itu pula Sinta menutup bibir dengan kedua telapak tangannya tanpa disadarinya pula tetesan air mata bening mengalir dari sudut kedua netranya yang kian memerah. Semula ucapan Wika itu baginya hanyalah sekedar guyonan semata yang disematkan kepadanya, namun kali ini yang dikatakan Wika itu adalah fakta. “Sin..t

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 64 : Koma

    Suara tangisan Azka yang begitu kencang terdengar hingga di dapur tempat Sinta berada, dengan segera Sinta berlari ke halaman rumah namun ia tidak menemukan keberadaan putranya di tempat yang baru saja ia lihat. Curiga dengan pintu gerbang yang kini sedang terbuka membuatnya semakin mempercepat lagi laju larinya ke luar rumah, saat ia tiba di sana terlihat dari jarak beberapa meter darinya nampak kerumunan orang yang berada di tengah jalan raya persis sekali dengan asal suara tangisan putra semata wayangnya. Jantungnya semakin berdetak kencang tak mampu membayangkan jika suatu hal terjadi kepada putranya tersebut. Kakinya kian terasa lemas nafasnya tak beraturan, rasa takut kian menghantuinya pada saat ini. Sinta semakin mempercepat pace larinya, ia juga harus berani menerima kenyataan apapun yang akan terjadi di hadapannya kini. Bibirnya hanya mampu terkatup namun batinnya sama sekali tak berhenti untuk terus berdo’a serta berharap agar t

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 63 : Mempertaruhkan Nyawa

    Sinta begitu asyik menonton acara talk show di sebuah stasiun televisi yang ditayangkan secara live sambil ngemil keripik tempe kesukaannya. Sudah 15 menit sudah ia menonton acara tersebut tanpa beranjak sama sekali dari atas sofa yang ia duduki di ruang tengah, beberapa saat kemudian Azka ikut bergabung duduk di sofa untuk duduk di sampingnya. “Mama!” panggil Azka “Iya sayang!” sahut Sinta. “Tadi di cekolah Aka ketemu Om Ganteng!” pamer Azka kepada Mamanya. “Om ganteng? siapa itu sayang?” tanya Sinta. “Om yang pelnah ke cini caat Mama gak mau banyun, Mama di kamal teyus nangis gak mau belhenti!” ungkap Azka. “Oh ya? apa benar itu?” tanya Sinta. “Iya benel!” jawab Azka yakin. Tiba-tiba terdengar sebuah truk berhenti di seberang jalan, Sinta mengecilkan volume televisinya. Melihat apa yang terjadi dari balik tirai jendela ternyata sebuah truk kontainer sedang menurunkan barang-barang yang se

DMCA.com Protection Status