Home / Urban / Mengapa Kau Membenciku? / Part 1 : Kalung Misteri

Share

Mengapa Kau Membenciku?
Mengapa Kau Membenciku?
Author: Ekta Naura

Part 1 : Kalung Misteri

Author: Ekta Naura
last update Last Updated: 2021-07-08 13:21:22

Di sebuah perkebunan yang luas nan hijau tampak langit begitu cerah. Para pegawai perkebunan sudah memulai aktifitasnya sebagaimana biasanya untuk memetik daun teh. Hamparan daun-daun teh begitu tertata rapi, membuat siapapun yang melihatnya begitu terpesona, sungguh pemandangan alam yang benar-benar menakjubkan. Sementara itu tak jauh dari Perkebunan tersebut terdapat sebuah Perusahaan pengolahan daun teh. Oleh karenanya sudah bukan rahasia umum lagi bahwa pemilik Perkebunan & Perusahaan pengolahan teh ini merupakan salah satu Pengusaha sukses dari sekian banyak Pengusaha di kota Malang. Lalu pada saat yang bersamaan di satu sudut ruangan Perusahaan tepatnya di atas meja kerja CEO terpampang sebuah foto, tampak seorang pemuda yang sedang memandanginya kemudian diambilnya foto tersebut,

"Sudah sebulan lebih aku di sini, tapi belum juga menemukan orang yang telah membuatmu harus mengakhiri hidup kak, huuuffftttt!" ucapnya lirih sambil menghembuskan nafas berat,

"Bagaimanapun caranya aku harus menemukan siapa gadis itu?!" imbuhnya pula, spontan digebraknya meja yg berada di depannya dengan wajah yang memerah menahan amarah.

"Anton...Anton...!" Fero memanggil salah seorang asistennya. Hanya dalam hitungan beberapa detik saja sang asisten pun sudah berada di hadapannya.

"Iya Pak Fero!" jawab Anton tegas

"Aku minta secepat mungkin kamu cari siapa pemilik kalung ini? dan cari informasi sebanyak-banyaknya tentang wanita yang terakhir kali berpacaran dengan kak Fadli bagaimanapun caranya!"

"Baik Pak, secepatnya akan saya dapatkan informasi tersebut!"

"Bagus...pergilah!, aku ingin informasi yang se akurat mungkin!"

"Baik Pak!" Sahut Anton sambil membungkukkan badannya kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan CEO.

***

 

Di lokasi berbeda, tampak sebuah rumah yang sangat sederhana dihuni oleh seorang wanita tua yang memiliki 2 putri yang rupawan.

"Sarah... sudah siang nak, nanti kamu terlambat!" panggil Bu Lina kepada salah seorang putrinya.

"Sinta, tolong ambilkan kuah di dapur nak, tadi ibu lupa membawanya kemari!" tambah Bu Lina kepada putri yang satunya lagi.

"Iya Bu."Jawab Sinta yang saat itu sedang membantu ibunya membuat sarapan seperti hari-hari sebelumnya. Tak lama kemudian Sinta segera membawakan kuah yang diminta oleh ibunya itu.

"Sarapan apa hari ini Bu?" tanya Sarah sambil menggeser kursi di meja makan untuk kemudian ia duduki.

 "Ini ada sayur bayam, Adikmu juga sudah buatkan bakwan jagung manis kesukaanmu, kamu tau sendirikan Adikmu ini memang punya hoby memasak, jadi Ibu tidak perlu bersusah payah sendirian di dapur untuk menyiapkan sarapan, iya kan nduk?" jawab Bu Lina semringah sambil menoleh ke arah Sinta. Sementara Sinta menjawab pertanyaan ibunya dengan sebuah senyuman manis yang tersungging dari bibirnya yang mungil itu.

"Kakak hari ini masuk sift pagi apa siang?" tanya Sinta pada Sarah.

"Hari ini aku tidak kerja, aku capek!"       

"Loh, kamu bilang kerja yang sekarang lebih enak dari pada kerja di kantor yang dulu?" tanya Bu Lina                                  

"Iya sih Bu, Sarah ambil cuti hari ini, akhir-akhir ini sering lembur, badan Sarah pegel semua." jawab Sarah sambil memijit-mijit pundaknya dengan kedua telapak tangannya.                                    

"Oh ya kak, apa kalung ku sudah ketemu?, kakak bilang pinjam sebentar, tapi kenapa sampai sekarang kakak belum juga mengembalikannya?" tanya Sinta pada Sarah.         

"Aaahh….cerewet banget sih kamu, ntar juga ketemu, hanya saja aku lupa taruk di mana kalungmu itu, kalau kamu sudah tidak sabaran tinggal beli baru lagi kan beres!" jawab Sarah enteng.                        

"Iya memang aku bisa membeli kalung lagi dengan model yang hampir sama, tapi kalung itu bagiku sangat berharga kak, karena kalung itu satu-satunya hadiah dari ayah saat aku mendapat peringkat pertama semasa SMA."                  

"Sudahlah Sinta, kamu jangan merusak mood ku hari ini ya!, aku kan sudah bilang ntar juga ketemu sendiri, kamu kok nggak sabaran banget sih, kalau memang kamu mau cari aja sendiri, tuh di kolong tempat tidur atau di kolong lemari mungkin!"       

 "Sudah Kak, aku sudah cari di setiap sudut rumah ini, tapi kalung itu bener-bener nggak ada."

"Sinta....sudah nak!, kalau memang kalung itu masih rejeki kamu pasti kembali, ibu yakin!" ucap Bu Lina sambil mengedipkan matanya memberi isyarat kepada Sinta untuk mengalah.      

 "Ya sudahlah Bu, Sinta mau keluar dulu!"  Pamit Sinta.

″Kamu mau ke mana nak?!, kamu belum sarapan loh?" Tanya Bu lina keheranan.                                          

"Sinta masih belum lapar Bu, Sinta mau ke sungai dulu!" jawab Sinta                               

"Ya sudah kamu jangan lama-lama ya nak!, bukankah jam 10 nanti kamu harus jaga toko gantikan ibu, barang-barang di toko sudah banyak yang mau habis!"

"Iya ibu tenang aja, Sinta cuma sebentar kok!" jawab Sinta sambil tersenyum pada ibunya kemudian berlalu pergi. Tak berselang lama kemudian, 

"Tok...tok..tok....!" rupanya ada yang mengetuk pintu ruang tamu. Tanpa berpikir lama Sarah pun segera beranjak dari meja makan untuk segera membukakan pintu.                                   

"Permisi, apa benar di sini rumah Sarah?" tanya seorang pemuda yang mengetuk pintu tersebut.                             

"Iya benar saya Sarah, anda siapa ya?"  tanya Sarah    

"Perkenalkan nama saya Fero, eemmm….apa benar anda pemilik kalung ini?" jawab Fero sambil mengeluarkan sebuah kalung dari saku celananya, kemudian menunjukkannya kepada Sarah. Sontak saja Sarah terperanjat kaget, karena ia ingat betul kalau terakhir kali kalung itu berada di tangan kekasihnya yang beberapa waktu lalu meninggal dunia karena bunuh diri. Kembali teringat di benak Sarah kejadian yang ia alami kurang lebih sebulan yang lalu. Beberapa hari sebelum kekasihnya itu bunuh diri, mereka bertengkar hebat. Karena sikap Fadli yang terlampau posesif terhadapnya, membuat Sarah seolah tidak bisa menghembuskan nafas dengan bebas, ruang geraknya benar-benar dibatasi, mulai dengan siapa dia bersosialisasi, gaya serta model baju apa yang sedang dikenakan, aksesoris apa yang di pakai, penggunaan make up yang ditampilkan, warna rambut, warna cat kuku, semuanya tak luput dari kemauan serta harus mendapatkan persetujuan dari Fadli, jika tidak demikian maka urusannya bisa panjang tanpa ada pangkal ujungnya, Sarah selama ini merasa sudah cukup menahan diri untuk mengikuti semua yang Fadli mau, namun pada akhirnya ia sudah tak sanggup lagi berada dalam jeratan cinta yang posesif itu, hingga pada moment yang dirasa tepat Sarah memutuskan hubungan asmaranya bersama Fadli, tentu saja Fadli menolak keras keputusan Sarah, perdebatan pun tak dapat dielakkan, karena merasa kecewa dengan keputusan Sarah, Fadli pun menarik kalung yang dipakai Sarah.

"Aku mohon Fadli kembalikan kalung itu!" ucap Sarah memohon agar kalungnya dikembalikan.                                              

" Tidak....kalau kamu merasa kalung ini berharga, kamu harus mau kembali lagi denganku, aku sangat mencintaimu Sarah!"                                                         

 "Maafkan aku Fadli, tapi keputusanku ini memang keputusan yang terbaik bagi kita, aku harap kamu mengerti!"                           

"Justru kamu sendirilah yang tidak mengerti Sarah, bagaimana bisa kamu memutuskan hubungan kita sedangkan kamu tahu aku sangat mencintaimu, bukankah kita sudah berkomitmen untuk menikah, lalu kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?, apapun yang kamu minta pasti aku berikan, kecuali satu jangan pernah kamu tinggalkan aku, ayolah Sarah aku mohon!"   

"Maaf Fadli aku benar-benar tidak bisa, putus adalah keputusan yang terbaik buat kita berdua, kita sudah tidak sejalan lagi, percuma saja bila hubungan ini di teruskan, maka salah satu dari kita pasti akan tersiksa, aku benar-benar minta maaf!" itulah percakapan terakhirnya kala itu dengan Fadli.

"Loh...kenapa anda malah melamun?, halloooo... sekali lagi saya tanya apa benar ini kalung anda?" Fero kembali mengulang pertanyaannya.         

"Nama Anda Fero?, tapi saya tidak mengenal anda, sebenarnya anda ini siapa?, dan bagaimana bisa kalung ini berada di tangan anda?" tanya Sarah balik.                                                                 

"Itu ceritanya panjang nona, tapi ngomong-ngomong apa benar kalung ini milik anda?"                                                      

"Waduh gawat, bagaimana kalau dia seorang polisi yang sedang menyelidiki perihal kematian Fadli, aku harus berhati-hati, aku tidak mau dikait-kaitkan dengan kejadian itu!" bisik Sarah dalam hati.                                        

"Nona.....!"  Panggil Fero kepada Sarah.                                                

"Buukkaann....kalung itu bukan milik saya tapi milik adik saya." jawab Sarah gugup.                                                           

"Apa anda yakin ?" tanya Fero menyelidik.                                                         

"Tentu saja saya yakin...itu memang kalung milik adik saya, Almarhum Ayah saya memberikan kepadanya saat ia duduk di bangku SMA, dan bulan kemarin Adik saya mengatakan kalau kalungnya hilang."                                   

"Oh ya....lalu di mana adik anda sekarang, apa saya bisa bertemu langsung dengannya untuk mengembalikan kalung ini?"                    

 "Tentu..tentu!, sebaiknya anda sendiri yang mengembalikan kalung itu kepadanya, baru saja ia pergi ke sungai tak jauh dari sini!"                                          

"Bisakah Anda memberitahu saya dimana letak sungai itu?"                       

"Anda cukup mengikuti jalan setapak di depan ini, anda lurus saja terus, nanti di belokan sana ada sebuah pohon bambu yang cukup rindang, kemudian anda belok ke kiri, tak jauh dari situ sudah terlihat sungainya!" Sarah menjelaskan dengan gamblang sambil ibu jari tangannya menunjukkan ke arah jalan setapak yang ia maksud.                                          

"Baik terima kasih!, kalau begitu saya akan ke sungai itu untuk memberikan kalung ini kepadanya, permisi...!" pamit Fero kemudian bergegas pergi menuju jalan setapak yang telah ditunjukkan Sarah.                             

 "Hufttt....untung saja aku berfikir dulu sebelum menjawab pertanyaannya tadi, pasti dia itu polisi, biar saja Sinta yang berurusan dengan polisi itu yang penting bukan aku." gumam Sarah.

***

Sinta telah sampai di tepi sungai, tempat yang senang sekali ia habiskan hingga Berjam-jam lamanya di sana. Karena sejak kecil sungai tersebut adalah tempat favoritnya untuk bermain.             

"Wah....sejuknya!" ujar Sinta lirih sambil mengibas-kibaskan kedua telapak kakinya ke permukaan air sungai.

"Hemm...hemm..hemmm!" Sinta bersenandung lirih sambil tersenyum manis memandangi kupu-kupu yang hinggap di atas bunga di tepian sungai. Tanpa berfikir panjang lagi, Sintapun menceburkan dirinya ke dalam air untuk berenang. Cukup lama Sinta berenang dengan lincahnya sambil menikmati dinginnya air sungai yang jernih itu, namun tanpa ia sadari seseorang sedang mengamatinya dari balik pohon tak jauh dari tempat Sinta berada. Setelah puas berenang ia pun merebahkan tubuhnya di atas rerumputan, ia lentangkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya, ia pun memejamkan matanya sambil tersenyum simpul. Perlahan-lahan Fero mendekati Sinta, dipandanginya wajah gadis di depannya itu dengan seksama, karena penasaran Fero jongkok persis di samping kepala Sinta, kembali ia pandangi wajah Sinta lebih dekat lagi.

"Jadi ini gadis yang telah membuat kakakku bunuh diri, cantik juga dia, kulitnya putih bersih, pantas saja kakakku tergila gila padanya." gumam Fero.

"Aaaaahhhhhhh....sssiiiiaappa kamu, sedang apa kamu di sini?" Spontan Sinta berteriak sekencang-kencangnya sambil kedua tangannya secara refleks memegang pipinya karena kaget.

"Maaf jangan takut, perkenalkan nama saya Fero. Baru saja saya dari rumah anda untuk mengembalikan sesuatu, sebentar-sebentar!, nah apa anda tau ini milik siapa?" tanya Fero kemudian memperlihatkan sebuah kalung di telapak tangannya, lalu diangkatnya kalung itu di sela-sela jarinya dan didekatkan persis di depan wajah sinta. Sontak saja Sinta terperanjat kaget dengan apa yang dilihatnya, itu benar - benar kalung yang selama ini ia cari, kalung berlapiskan emas 24 karat dengan liontin berinisial huruf S. Perasaan bahagia & lega bahwa keyakinannya selama ini tidaklah salah kalau memang kalungnya itu tidak hilang, bahkan sekarang ini bukanlah mimpi bahwa kalung kesayangannya itu kini berada di depan matanya.

"Tapi bagaimana ceritanya kalung itu bisa di tangan anda?"

"Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, bolehkah saya tanya terlebih dahulu apa benar anda adalah nona Sinta?"

"Iya benar..!" jawab Sinta sambil menganggukkan kepalanya.

"Kedatangan saya ke sini yaitu untuk mengembalikan benda ini kepada pemiliknya tapi dengan satu syarat!"

"Syarat...syarat apakah itu?" tanya Sinta.

"Ambil kalung ini dari tangan saya, jika anda bisa, maka kalung ini saya serahkan kepada anda sekarang juga!" jawab Fero.

Dengan cepat dan gesit Fero mengangkat tinggi-tinggi kalung tersebut dengan kedua tangannya, maka dengan gigih pula Sinta berusaha menggapai kalung dengan posisi berjinjit, karena tidak berhasil juga Sinta berusaha melompat setinggi mungkin, namun semakin Sinta berusaha semakin Fero menjauhkan kalung itu dari jangkauannya.

"Kembalikan kalung saya tuan, anda jangan mempermainkan saya!"

"Siapa bilang saya sedang mempermainkan anda, ayolah...anda saja yang kurang berusaha, ayo saya masih memberikan anda kesempatan, bersemangatlah nona!" bisik Fero di telinga Sinta. Dengan semangat kembali Sinta berusaha merebut kalungnya, namun untuk yang kesekian kali pula Fero berusaha menghindar dan tiba-tiba Sinta tergelincir oleh sebuah batu yang berada persis di bawah telapak kakinya, Sintapun oleng dan menabrak tubuh Fero hingga mereka berdua terjatuh dengan posisi tubuh Sinta berada di atas tubuh Fero.

"Waaooww....benar benar cantik sekali gadis ini!, kulitnya putih bersih, bola matanya indah, ditambah lagi tahi lalat yang menghiasi bagian sudut bawah bibirnya yang mungil itu!" bisik Fero dalam hati yang terkagum-kagum akan kecantikan gadis yang berada persis di dekatnya saat ini.

"Pantas saja kak Fadli cinta mati dengan gadis ini, pesonanya benar-benar maut jika dipandangi dari jarak yang dekat, namun siapa sangka gadis yang terlihat lugu & polos ini memiliki sisi yang tidak berperasaan hingga membuat kakakku bunuh diri. Sungguh membuatku tak habis pikir mengapa dia tega mempermainkan cinta kakakku, apa salah kak Fadli?, kurang apakah kak Fadli?" kembali beberapa pertanyaan menyeruak di hati Fero.

"Maafkan saya...!, saya benar-benar tidak sengaja!" ucap Sinta sambil membenahi posisinya dan perlahan-lahan berdiri kemudian mengibas-ngibaskan roknya karena terkena butiran pasir yang menempel.

"Hemmm...baiklah karena sebuah syarat untuk anda mengambil kalung ini tidak berhasil, maka saya akan membawanya kembali!" ucap Fero sambil memasukkan kalung Sinta ke dalam saku celananya.

"Yang benar saja anda ini, kalung itu kan milik saya, bagaimana bisa anda akan membawanya lagi?, hayoo cepat kembalikan kalung saya!" protes Sinta.

"He..he..he...saya serius nona Sinta dan saya tidak bercanda, saya akan mengembalikannya bila tiba saatnya nanti, jadi anda harus bersabar dulu!"

"Haaaa..., sabar????"

"Benar sekali...yang penting saya sudah mengetahui siapa pemilik kalung ini, untuk itu sekarang saya harus pergi, karena ada urusan yang harus saya selesaikan, saya permisi dulu !" pamit Fero sambil berlalu pergi meninggalkan Sinta

"Tapi...heyyy tuan...!, aku mohon kembalikan kalungku, tuaann...huufftt...!" teriak Sinta sambil menghela nafas panjang hingga tertiuplah beberapa helai rambutnya yang tergerai, namun Fero tak menghiraukan panggilan Sinta, ia tetap bergegas pergi meninggalkan Sinta seorang diri, sementara Sinta hanya bisa memandangi Fero yang melangkahkan kaki membelakanginya jauh dan semakin menjauh hingga tak nampak lagi dari pandangannya.

💞 Hallo…! All My Dear Readers…!!!, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga!!!,  semoga kalian semua suka dengan ceritanya ya!!!, baca terus hingga akhir episode!, karena dijamin ceritanya akan menarik sekali untuk disimak terus...dan terus...!,😘 jangan lupa dukung terus karya saya ya!, salam kenal "Ekta Naura"!.🙏💐💞

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mey Mey Ernah
hadir kak.seru ceritanya Kren...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 2 : Siasat Fero

    Di malam hari, langit begitu cerah, Sarah yang saat itu berada di halaman rumah sedang menengadahkan kepalanya sambil menatap bintang-bintang di langit. Teringat jelas di benaknya saat ia berada di kantor dan membaca sebuah judul di halaman utama sebuah Surat kabar : "Pemilik Perkebunan & Perusahaan teh ditemukan mati gantung diri."Peristiwa itu sudah sebulan lebih berlalu, tapi baginya itu merupakan peristiwa yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya, karena setelah ia memutuskan hubungannya dengan Fadli, sering sekali Fadli menelfonnya serta mengancam akan bunuh diri. Sarah sama sekali tidak mengira kalau Fadli benar-benar mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, Sarah mengira perkataan Fadli hanyalah sebuah ancaman belaka, dan andai saja saat kencan terakhirnya dengan Fadli ia tidak meminjam kalung Sinta, maka tidak akan resah seperti sekarang ini. "Dasar kalung pembawa sial huhh....!, sama sialnya dengan anak angkat itu, ngapain juga aku meminjam kalu

    Last Updated : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 3 : Berita Duka

    Sesuai permintaan Fero, Sinta tidak ingin terlambat untuk datang ke sungai. Karena ia tidak mau Fero mencari-cari alasan untuk tidak memberikan kalung yang sangat berharga baginya itu. Jalan setapak demi setapak ia lalui, karena dini hari usai hujan, kini jalan yang ia lewati itu sedikit licin, dengan sangat berhati-hati sekali ia melangkahkan kakinya. Beberapa saat kemudian sampai jualah ia di tepi sungai."Masih sepi, tidak ada seorang pun di sini." bisik sinta dalam hati, sambil mengamati keadaan di sekelilingnya."Dia datang apa tidak ya?, jangan-jangan dia hanya ingin mempermainkan aku saja?!" imbuhnya.Tiba-tiba datang seekor kupu-kupu hinggap di atas bunga-bunga yang berada tepat di depannya. Iapun menghampiri kupu-kupu tersebut, kemudian diletakkannya di ata

    Last Updated : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 4 : Mengenal Lebih Dalam

    Sebuah mobil warna hitam mengkilat meluncur lirih ke arah Sinta, kemudian berhenti tepat di depannya. Pintu mobil tersebut pun terbuka, lalu keluarlah sosok pemuda gagah yang mengenakan setelan jas hitam dengan memakai sebuah kaca mata hitam berjalan mendatangi Sinta, sedangkan Sinta acuh tak acuh dengan kehadiran pemuda tersebut karena merasa tidak mengenalnya. Karena jengkel dengan perlakuan Sinta yang tidak merespon kehadirannya, pemuda tersebut membuka kaca matanya. Terlihatlah jelas wajahnya yang tampan, putih, dengan brewok tipis di wajahnya. Sinta dibuat kaget, Ia tak percaya bahwa Fero sedang berdiri di hadapannya saat ini."Fero....!, apa yang sedang kamu lakukan di sini?""Coba tebak apa yang akan aku lakukan?""Bagaimana aku tau?" jawab Sinta sambil mengangkat kedua pundak dan tangannya sebagai isyarat kalau ia benar-benar tidak tahu."Aku mau menculik kamu agar kamu mau menjadi kekasihku!" jawab Fero sambil menarik tangan Sinta untuk

    Last Updated : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 5 : Lamaran Fero

    Akhir-akhir ini, Fero sering berkunjung ke rumah Sinta. Semula Sinta ragu akan hubungannya dengan Fero karena status sosial mereka yang jauh berbeda. Ia merasa tak pantas dicintai oleh Fero. Karena Selain memiliki paras yang tampan, Fero juga memiliki postur yang gagah, serta materi yang berlimpah. Dengan memiliki segudang kelebihan inilah mustahil jika Fero tak digandrungi gadis-gadis cantik di luar sana.***Malam ini Sinta sedang mengerjakan tugas kuliah di dalam kamar. Sudah 50 Menit Sinta berkutat dengan laptop dan buku-bukunya. Ia tidak boleh menunda lagi mengerjakan semua tugas karena ia sudah tertinggal 1 semester, ini merupakan efek dari mengajukan cuti kuliah sementara beberapa waktu yang lalu."Tok..tok...tok...!"Suara ketukan berbunyi dari pintu depan. Tanpa menunggu ketukan berikutnya, Sinta segera membukakan pintu. Setelah pintu ruang tamu terbuka. Ternyata sudah berdiri sopir Fero dengan membawa sebuah kado di tangannya.

    Last Updated : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 6 : Kenyataan Yang Menyakitkan

    Akhir-akhir ini Leon hampir tiap hari menjemput dan mengantar Sinta pulang kuliah. Jawaban tidak tak mampu terucap dari bibir Sinta. Sebab jikalau menciptakan argumen, Sinta takkan menang dari Leon. Meng-iyakan adalah salah satu cara untuk meredam perbedaan dari berbagai sudut pandang. Jika berkata Iya bisa membuat lawan bicara merasa senang, tentunya Sintapun tenang, itu pula yang dilakukan Sinta saat ini.Tepatnya pada jam 16.00 WIB Sinta sudah sampai di rumahnya, Leonpun berniat untuk singgah barang sejenak, dan Setelah sang Dosen dipersilahkan duduk di ruang tamu, kemudian Sintapun membuatkan segelas teh untuknya."Kamu sudah tinggal berapa lama di sini Sinta?" tanya Leon"Sejak saya masih kecil pak!" jawab Sinta"Kalau sudah di luar kampus tidak usah terlalu formal, cukup panggil saja aku Leon!""Saya akan canggung sekali kalau langsung panggil nama anda.""Itu karena belum terbiasa, jadi biasakanlah!""Baiklah, Le..L

    Last Updated : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 7 : Gudang Kumuh Dan Kotor

    "Apa kamu memiliki bukti Fero, hingga begitu yakinnya menuduhku untuk sesuatu yang sama sekali tidak aku perbuat?""Tentu saja aku punya cukup bukti bahwa kamu adalah orang yang telah menyebabkan kakakku mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya!" teriak Fero lantang sambil menarik kalung dari leher Sinta, hingga membuat mulut Sinta ternganga karena kaget."Lihat ini baik-baik! ini adalah kalung yang aku temukan di tangan kakakku saat ia sudah tidak lagi bernyawa, kalung ini digenggamnya sangat erat, hingga sulit sekali untuk dilepaskan dari tangan kanannya, dan ini adalah Berita utama di sebuah surat kabar, lihat baik-baik kalung milikmu itu terlihat sangat jelas di gambar surat kabar sedang digenggam oleh kakakku!"Sontak Sinta semakin kaget dengan apa yang ia dengar dan lihat dengan mata kepalanya sendiri, ia tidak habis fikir bagaimana bisa kalungnya benar-benar berada di tangan orang yang tidak ia kenal dalam halaman utama di surat kabar itu. Secara ref

    Last Updated : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 8 : Perhatian Sinta Untuk Fero

    Selesai mencuci piring di dapur. Sinta beranjak pergi menuju gudang, namun saat sesampainya di tangga, ia berpapasan dengan Fero yang terlihat memakai jas seperti saat akan pergi ke kantor. Secara refleks Sinta terpukau melihat penampilan Fero dengan rambut klemis serta penampilannya yang rapi itu. Perlahan jarak mereka semakin dekat, tanpa berkedip sedikitpun Sinta memandangi Fero."Wah, benar-benar tampan dan gagah sekali suamiku ini, tak salah bila aku begitu mencintainya!" ucap Sinta dalam hati.Namun Fero yang meski berpapasan dengan Sinta hanya melihat sekilas ke arahnya tanpa ekspresi sedikitpun. Seketika itu pula Sinta sadar bahwa cintanya kepada Fero hanya bertepuk sebelah tangan, Fero sama sekali tidak memiliki perasaan sedikitpun kepadanya, hatinya begitu sakit, hatinya begitu perih. Dengan langkah perlahan ia terus menaiki anak tangga hingga sampai jualah ia di pintu gudang, lalu dibukanya pintu itu dengan pelan. Dan sesampainya di dalam gudang yang sekaran

    Last Updated : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 9 : Gerombolan Pemabuk

    "Apa sih yang kamu lakukan di sini? asal kamu tau ya! beberapa pekerja gak fokus kerjanya karena ngomongin kamu, ada juga yang bergerombol ninggalin pekerjaannya karena lihatin kamu kayak anak kecil main air di sini, mendingan kamu di rumah saja deh! dari pada bikin mereka gak fokus sama kerjaannya!" teriak Fero pada Sinta."Kamu ini napa sih, datang-datang kok marah-marah gitu? ganti hobi baru nih sekarang?" sahut Sinta balik bertanya."Hobi baru? hobi baru apa sih? kalau ngomong itu yang jelas?!""Kamu kan sekarang punya hobi baru marah-marah! padahal dulu waktu deketin aku, kamu itu baik, perhatian, meski cenderung tegas tapi sedikitpun kamu gak pernah marah-marah, tapi sekarang sedikit-sedikit marah, jadi aneh saja ngelihatnya!""Aneh?""Iya jadi aneh, berubah drastis 180 derajat!""Aku sendiri juga gak tau, kenapa kalau ketemu kamu bawaannya pingin marah-marah? kamu selalu bikin aku emosi, apa lagi lihat gaya kamu

    Last Updated : 2021-08-17

Latest chapter

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 71 : Video Bahagia

    Hari-hari Sinta semakin berwarna dengan hadirnya Fero di tengah kehidupannya saat ini. Fero telah membuktikan bahwa dia adalah suami yang baik, begitu mencintai keluarga serta bertanggung jawab. Fero sudah bertekad ia akan selalu membahagiakan keluarga kecilnya tersebut, apalagi ia begitu menyayangi Azka seperti putra kandungnya sendiri begitu pula sebaliknya. Sinta yang bukan single parent lagi tentunya benar-benar merasakan kebahagiaan seutuhnya. Setelah rentetan kejadian tragis yang telah ia alami di sepanjang hidupnya kini telah tergantikan dengan kehidupan yang tentram serta bergelimang kebahagiaan. Memiliki 2 buah rumah yang saling berhadapan yang hanya terpisah oleh sebuah jalan raya membuat Sinta lebih banyak tinggal di rumah yang dibeli oleh Fero. Sejak malam pertama ia sudah lebih banyak tinggal di rumah tersebut dan untungnya pula putranya sama sekali tidak mempermasalahkan itu karena selama ada Fero maka Azka akan meng-iyakan.

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 70 : Pernikahan

    Sekali lagi Sinta merasakan dilema yang teramat sangat dengan kejutan yang dibuat Fero bersama sang putra kali ini. Ia benar-benar tak tahu harus menjawab apa karena untuk saat ini ia masih belum memikirkan untuk menikah kembali karena jujur saja perasaannya kepada Devano masih sangat kuat karena bagaimanapun juga dialah laki-laki pertama yang banyak memberikannya cinta dengan penuh ketulusan dan kesungguhan tanpa adanya rekayasa, dusta serta pengkhianatan. Namun mengapa saat ini perasaan takut karena trauma yang pernah dialaminya kian membuatnya bimbang. “Mama…Om Ganteng telah menolong Aka dali bahaya, Om Ganteng hampil meninjal kalena tolonyin Aka apa itu maci belum cukup buat Mama?” protes Azka yang tiba-tiba mengagetkan Sinta, lagi-lagi ucapan sang putra makin membuatnya heran karena bagaimana bisa ia melontarkan kata-kata yang begitu menohok. “Azka tidak boleh berkata demikian sama Mama ya sayang! biarkan Mama mengamb

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 69 : Kesempatan Ke Dua

    “Aka cayang banget cama Om ganteng, Aka pingin punya Papa cepelti teman-teman teyus Aka pingin Om Ganteng jadi Papanya Aka!” jelas Azka dengan berterus terang. “Seperti yang Om bilang sebelumnya, Om akan selalu ada buat Azka dan juga Mama, Om tinggal menunggu kesiapan Mamanya Azka, begitu Mama bilang setuju dan siap untuk menikah dengan Om maka secepatnya Om akan menikahi Mama Azka!” terang Fero dengan begitu jelas. “Om Ganteng gak bohonyin Aka kan?” “Apa yang Om ucapkan pada Azka baru saja itu semua benar, dalam berbicara Om tidak boleh berbohong nanti kalau berbohong Allah bisa marah!” Azka mendengarkan penjelasan Feri sambil menganggukkan kepalanya. “Ya sudah kalau begitu sekarang Om pingin lihat mana senyum manisnya buat Om pagi ini?” seru Fero yang kemudian dibalas dengan sebuah senyuman manis yang tersungging dari bocah lucu tersebut. Dengan segera dipeluknya Azka oleh Fero dengan begitu hangat.

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 68 : Ada Hikmah

    Pintu kamar Sinta tidak ditutup rapat, hanya beberapa centimeter saja pintu tersebut sedikit terbuka, maka dengan langkah pelan Fero memasuki kamar Sinta. Cukup luas sekali ukuran kamarnya berkisar 6 x 6 meter. Tatapan netra pemuda tersebut menelisik ke setiap penjuru ruangan, karena baru pertama kalinya ia masuk dengan tatapan menelisik seperti ini meski sebelumnya karena kondisi mendesak ia pernah masuk untuk melihat kondisi Sinta yang sedang pingsan begitu mendengar berita kepergian suaminya. Saat itu ia mencari foto pernikahan mereka di kamar tersebut namun ternyata ia tak menemukannya, bukankah kebanyakan pasangan pada umumnya selain memajang foto mereka di ruang keluarga, maka mereka juga akan memajangnya di dalam kamar, namun sepertinya hal tersebut tidak berlaku bagi Sinta dan juga Devano. Terlihat Sinta yang sedang tertidur lelap menggunakan selimut wol dengan warna cerah. Fero masih saja berdiri menatap wajah cantik itu,

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 67 : Kedekatan Fero Dan Azka

    Setelah dirawat di rumah sakit selama 2 minggu akhirnya Fero oleh Dokter diperbolehkan untuk pulang dengan catatan ia harus tetap rajin kontrol sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh Dokter di buku Kontrol. Tentu saja hal tersebut disambut dengan sangat antusias oleh Fero karena menurutnya berada di rumah sakit dengan durasi waktu selama itu berasa setahun lamanya dan untungnya ada Sinta yang selalu berada di sampingnya yang selalu setia menunggunya sedari awal dia terbaring tak sadarkan diri karena koma hingga sekarang kondisinya yang sudah berangsur pulih. Tak dipungkiri lagi bahwa Sinta adalah motivasinya selama ini untuk bisa berjuang melawan koma selama seminggu lamanya, dan itu juga merupakan keajaiban serta anugerah tak terhingga yang telah diberikan Sang Pencipta kepadanya. Ditambah dengan kehadiran Azka putra semata wayang dari wanita yang sangat dicintainya kian menambah nuansa suka cita yang ia rasakan selama ini. Kehadiran Azka

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 66 : Kejadian Luar Biasa

    Terlihat seorang Dokter sedang melakukan resusitasi ( CPR ), usaha tersebut dilakukan untuk mengembalikan irama jantung yang telah terhenti. Sinta yang mengetahui hal tersebut langsung meraih telapak tangan Fero kemudian digenggamnya dengan erat sambil berkata, “Ayo Fero kamu harus kuat, kamu harus bisa, jangan tinggalkan aku dengan perasaan bersalah seperti ini! bagaimana aku harus menjawab pertanyaan putraku jika dia bertanya tentangmu? Fero ayo bangun! Aku mohon jangan tinggalkan aku! bukankah kamu sering mengatakan kalau aku tidak boleh meninggalkan kamu, tapi mengapa justru kamu sendiri yang akan meninggalkan aku? aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi Fero, yang aku mau hanya satu yaitu kamu tepati kata-katamu dan kamu buktikan kepadaku bahwa kamu….bahwa kamu tidak akan pergi meninggalkanku, maka aku juga akan buktikan kata-kataku dan aku berjanji untuk memaafkan semua kesalahanmu di masa lalu kepadaku maka aku juga tidak akan pernah me

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 65 : Kritis

    “Sin..ta..Sin..ta…ma..af..kan a..ku!” Ucapan Fero yang di ulang-ulang pada saat itu membuat Sinta terbangun dari tidurnya, suaranya meski tidak keras namun masih terdengar jelas di pendengaran Sinta. Perlahan tapi pasti mata Sinta yang sedang tertutup rapat karena rasa kantuk yang hinggap kini terbuka. Di tatapnya Fero yang masih memejamkan mata dihadapannya. “Sin..ta…Si..nta...ma..af..kan a..ku! ja..ngan ting..gal..kan a..ku!” rintih Fero. Hal itu membuat Sinta kaget, ternyata ucapan Wika tadi sebelum pulang benar adanya bahwa ketika dalam kondisi yang tak sadarkan diri Fero masih mengingat dirinya. Seketika itu pula Sinta menutup bibir dengan kedua telapak tangannya tanpa disadarinya pula tetesan air mata bening mengalir dari sudut kedua netranya yang kian memerah. Semula ucapan Wika itu baginya hanyalah sekedar guyonan semata yang disematkan kepadanya, namun kali ini yang dikatakan Wika itu adalah fakta. “Sin..t

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 64 : Koma

    Suara tangisan Azka yang begitu kencang terdengar hingga di dapur tempat Sinta berada, dengan segera Sinta berlari ke halaman rumah namun ia tidak menemukan keberadaan putranya di tempat yang baru saja ia lihat. Curiga dengan pintu gerbang yang kini sedang terbuka membuatnya semakin mempercepat lagi laju larinya ke luar rumah, saat ia tiba di sana terlihat dari jarak beberapa meter darinya nampak kerumunan orang yang berada di tengah jalan raya persis sekali dengan asal suara tangisan putra semata wayangnya. Jantungnya semakin berdetak kencang tak mampu membayangkan jika suatu hal terjadi kepada putranya tersebut. Kakinya kian terasa lemas nafasnya tak beraturan, rasa takut kian menghantuinya pada saat ini. Sinta semakin mempercepat pace larinya, ia juga harus berani menerima kenyataan apapun yang akan terjadi di hadapannya kini. Bibirnya hanya mampu terkatup namun batinnya sama sekali tak berhenti untuk terus berdo’a serta berharap agar t

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 63 : Mempertaruhkan Nyawa

    Sinta begitu asyik menonton acara talk show di sebuah stasiun televisi yang ditayangkan secara live sambil ngemil keripik tempe kesukaannya. Sudah 15 menit sudah ia menonton acara tersebut tanpa beranjak sama sekali dari atas sofa yang ia duduki di ruang tengah, beberapa saat kemudian Azka ikut bergabung duduk di sofa untuk duduk di sampingnya. “Mama!” panggil Azka “Iya sayang!” sahut Sinta. “Tadi di cekolah Aka ketemu Om Ganteng!” pamer Azka kepada Mamanya. “Om ganteng? siapa itu sayang?” tanya Sinta. “Om yang pelnah ke cini caat Mama gak mau banyun, Mama di kamal teyus nangis gak mau belhenti!” ungkap Azka. “Oh ya? apa benar itu?” tanya Sinta. “Iya benel!” jawab Azka yakin. Tiba-tiba terdengar sebuah truk berhenti di seberang jalan, Sinta mengecilkan volume televisinya. Melihat apa yang terjadi dari balik tirai jendela ternyata sebuah truk kontainer sedang menurunkan barang-barang yang se

DMCA.com Protection Status