Beranda / Urban / Mengapa Kau Membenciku? / Part 4 : Mengenal Lebih Dalam

Share

Part 4 : Mengenal Lebih Dalam

Penulis: Ekta Naura
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-08 13:33:03

Sebuah mobil warna hitam mengkilat meluncur lirih ke arah Sinta, kemudian berhenti tepat di depannya. Pintu mobil tersebut pun terbuka, lalu keluarlah sosok pemuda gagah yang mengenakan setelan jas hitam dengan memakai sebuah kaca mata hitam berjalan mendatangi Sinta, sedangkan Sinta acuh tak acuh dengan kehadiran pemuda tersebut karena merasa tidak mengenalnya. Karena jengkel dengan perlakuan Sinta yang tidak merespon kehadirannya, pemuda tersebut membuka kaca matanya. Terlihatlah jelas wajahnya yang tampan, putih, dengan brewok tipis di wajahnya. Sinta dibuat kaget, Ia tak percaya bahwa Fero sedang berdiri di hadapannya saat ini.

"Fero....!, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

"Coba tebak apa yang akan aku lakukan?"

"Bagaimana aku tau?" jawab Sinta sambil mengangkat kedua pundak dan tangannya sebagai isyarat kalau ia benar-benar tidak tahu.

"Aku mau menculik kamu agar kamu mau menjadi kekasihku!" jawab Fero sambil menarik tangan Sinta untuk masuk ke dalam mobil, dan setelah Sinta ditarik masuk ke dalam mobil, pintu mobil tersebut tertutup secara otomatis dengan menggunakan remote control yang dipegang oleh Fero.

"Kamu akan membawaku ke mana Fero?" tanya Sinta penasaran

"Aku akan membawamu pergi ke suatu tempat, kamu akan tahu setelah kita sampai di sana!"

"Ayolah Fero kamu akan membawaku kemana?"

"Sssssttttt....!, diam dan duduk manis di sini atau aku akan menxxxxmu biar sopir melihatnya secara live!"

Karena takut dengan ancaman Fero, tidak ada pilihan lain bagi Sinta selain menuruti kata-katanya. Sekitar 45 menit akhirnya mereka sampai di sebuah Perusahaan, di mana pada pintu gerbang telah berdiri beberapa security memberikan hormat dengan menundukkan kepala ketika mobil Fero melintas di depan mereka. Setelah tiba di lobi perusahaan, mobil pun berhenti kemudian pintunya terbuka. Fero menggandeng tangan Sinta untuk turun. karena malu ada beberapa orang memakai seragam yang sama hilir mudik di depan lobi, Sinta meminta Fero untuk melepaskan genggaman tangannya. Sambil tersenyum penuh misteri Fero melepaskan tangan Sinta. Setiap orang yang berpapasan dengan Fero semua memberi hormat. Sinta mengikuti Fero dari belakang, tak berapa lama kemudian sampailah mereka di depan sebuah ruangan yang bertuliskan : CEO's Office

"Haaaa....Jadi Fero adalah CEO perusahaan ini?!" tanya Sinta dalam hati,

"Pantas saja setiap orang yang berpapasan dengan kami barusan semuanya memberi hormat." imbuhnya pula.

Sesampainya di dalam ruangan CEO, nampak sekali terlihat semuanya tertata rapi, lantainya bersih mengkilap dan ruangannya pun cukup luas. Kemudian Fero mempersilahkan Sinta untuk menunggunya di sofa.

"Tok..tok..tok...!" Seseorang mengetuk pintu dari luar ruangan.

"Masuk....!" sahut Fero dengan nada sedang,

"Dewi, hari ini kosongkan schedule, karena saya ada keperluan!" imbuh Fero. 

"Baik Pak...!, dan ini dari Departemen Pemasaran minta berkasnya untuk di tanda tangani Pak..!" jawab Dewi sambil memberikan beberapa lembar berkas yang dibawanya itu kepada Fero. Setelah membacanya dengan teliti Fero pun menandatangani berkas tersebut.

"Oh ya, tolong bawakan soft drink dan cemilan ke sini ya!"

"Baik Pak!"

Tak lama kemudian Dewi membawakan beberapa soft drink dan cemilan yang ia letakkan di atas baki untuk diberikan kepada Sinta.

"Terima kasih mbak!" ucap Sinta kepada  Dewi.

"Sama-sama nona !" jawab Dewi seraya menundukkan kepala dan tersenyum. 

Setelah Dewi berlalu pergi dari ruangan, Fero beranjak dari meja kerjanya untuk pindah tempat duduk, persis di depan Sinta.

"Fero...!" panggil Sinta

"Iya...!" jawab Fero

"Untuk apa kamu membawaku ke sini?"

"Menurutmu kenapa?"

"Pertanyaan tak seharusnya di jawab dengan pertanyaan, karena itu bukanlah jawaban Fero!"

"Baiklah aku akan menjawab pertanyaan kamu itu dengan jawaban, emmmm...alasanku membawamu ke perusahaan karena aku ingin mengenalmu lebih dekat."

"Untuk apa Fero?"

"Karena sejak pertama bertemu denganmu di sungai itu, bayanganmu selalu ada disetiap langkahku, aku sudah jatuh cinta denganmu Sinta, aku tidak ingin main-main lagi, jadi aku ingin menjalin hubungan yang serius denganmu."

"Haaa... kamu serius dengan apa yang kamu katakan Fero?, maaf ini sama sekali nggak lucu!" Sahut Sinta sambil mengernyitkan dahinya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Loh, siapa bilang aku sedang bercanda, ini aku benar-benar serius Sinta!"

"Fero, ini tidak mungkin, aku ini hanya gadis biasa, aku bukan siapa-siapa, aku hanya berasal dari keluarga sederhana, aku rasa kita tidak sepadan Fero, kamu bisa menemukan gadis manapun sesuai kriteriamu, yang sederajat denganmu dengan latar belakang yang sama dan yang pasti gadis itu bukanlah aku Fero!"

"Tapi aku sudah jatuh cinta denganmu Sinta, aku tidak mau yang lainnya, yang aku mau hanya kamu!"

"Menurutku ini terlalu dini Fero!, dan terus terang, aku masih belum memikirkan untuk memiliki kekasih, aku masih ingin menyelesaikan kuliahku, aku ingin fokus itu dulu untuk saat ini!"

"Baiklah sesuai keinginanmu, kamu silahkan menyelesaikan kuliah hingga selesai, yang penting jangan melarang aku untuk mendekatimu, ayo sekarang kita pergi ke tempat lain !"

"Kita mau pergi ke mana lagi Fero?"

"Bukan kejutan lagi namanya jika aku memberitahukanmu sekarang."

Setelah Fero dan Sinta masuk ke dalam mobil, mereka menuju ke lokasi lain. Jalan yang mereka lalui kali ini agak berliku. Deretan Bebukitan nampak indah terlihat dari kaca mobil. Hamparan perkebunan teh yang hijau membuat Sinta kagum saat melihatnya. 30 menit pun berselang, kini mereka tiba di sebuah rumah yang berdiri megah di tengah-tengah perkebunan teh. Laju mobil berhenti persis di depan halaman rumah yang cukup luas.

"Ayo... !" ajak Fero kepada Sinta.

Seperti yang sebelumnya Sinta mengikuti Fero dari belakang. Setibanya di ruang tamu Fero mempersilahkan Sinta untuk duduk di sofa. Dilihatnya dengan seksama suasana di ruang tamu, sangat berbeda sekali dengan rumah yang dikontrak oleh keluarga Sinta yang cukup sederhana dan mungil. Di ruang tamu ini terdapat sebuah tangga dengan pelindung kaca bening, ruangannya pun cukup luas dengan dilengkapi furniture mewah, guci antik serta beberapa lukisan yang tertata apik dan juga rapi. Tak lama kemudian datanglah seseorang wanita yang umurnya berkisar 50 tahunan memakai seragam rapi dengan membawakan segelas minuman juga beberapa toples kue kering untuk diletakkan di meja yang berada persis di depan Sinta.

"Silahkan non, Monggo dinikmati!" sapa Bibik

"Iya Bik, terima kasih!" jawab Sinta. 

Tak lama kemudian Fero pun datang.

"Kamu tau apa yang aku bawa sekarang?" tanya Fero kepada Sinta sambil menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.

"Entahlah, aku sama sekali tidak tahu apa itu?"

"Aku membawa ini, benda yang sudah lama kamu cari!" ujar Fero seraya menunjukkan sebuah kalung kepada Sinta. Mengetahui kalungnya saat ini sudah ada di depan mata. Sinta pun tersenyum lebar.

"Kamu akan memberikan kalung itu kepadaku sekarang kan?" tanya Sinta senang.

"Tentu saja, apa mau ku pakaikan kalungnya?" jawab Fero sambil menawarkan diri untuk memakaikan kalung tersebut ke leher Sinta.

"Yyyeessss...!" jawab Sinta bahagia. kemudian diangkatnya rambutnya sendiri yang panjangnya sepunggung itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Mendapat sebuah kode Fero pun langsung memakaikan kalung tersebut, Fero melakukannya dengan mudah, padahal ini pertama kalinya bagi Fero untuk memakaikan sebuah kalung kepada seorang wanita, dan wanita tersebut adalah Sinta. Dengan refleks Sinta memeluk Fero dengan erat. Mendapatkan sebuah pelukan yang tiba-tiba sontak membuat Fero membelalakkan matanya karena kaget.

"Deg...deg..deg...!" jantung Fero berdetak kencang, namun Sinta tidak menyadari hal itu, karena saking senangnya.

"Aku tidak mengingkari janji dan juga tidak berbohongkan?" tanya Fero

"Iya sekarang aku yakin bahwa kamu orang yang bisa di percaya!"

"Yyyeessss...!" Fero mencoba menirukan gaya Sinta. Karena merasa malu seolah Fero sedang menyindirnya, sontak secara perlahan Sinta pun memukul-mukul dada Fero. Mengetahui hal itu dengan gesit pula Fero memegang kedua tangan Sinta itu cukup dengan satu tangan kirinya saja, lalu dengan pelan didorongnya Sinta ke tembok. Merekapun saling beradu pandang satu sama lain, tangan kanan Fero meraih janggut Sinta dengan pelan kemudian dixxxxnya bibir Sinta dengan lembut, dan anehnya Sinta sama sekali tidak menolak bahkan ia menikmati cixxxxx Fero yang ke 2 kalinya ini, begitu juga dengan Fero karena tidak mendapatkan penolakan dari sinta, ia pun mexxxat bibir Sinta tanpa henti seperti harimau yang sedang kehausan, hingga akhirnya nafas mereka ter engah-engah lalu keduanya pun menghentikannya.

"Fero...., aku mau pulang!" ucap Sinta sambil mengambil tasnya di sofa untuk mengalihkan rasa canggung yang melanda antara dirinya dan Fero.

"Apa pulang?, apa kamu yakin akan meninggalkan aku sendirian sekarang di sini?" tanya Fero menggoda Sinta.

"Tentu saja, kenapa tidak?!" jawab Sinta sambil membalikkan badannya membelakangi Fero karena malu dan gugup dengan suasana yang dihadapinya saat ini.

"Oh ya...!, coba katakan hal itu sekali lagi sambil melihat mataku!" ujar Fero sambil kedua tangannya membalikkan tubuh Sinta untuk dihadapkan kepadanya. Untuk kesekian kalinya mereka kembali beradu pandang satu sama lain, kembali tangan kanan Fero menyentuh janggut Sinta, sedang tangan yang satunya menarik kemudian memegangi pinggang Sinta untuk mengunci agar Sinta tidak bisa pergi darinya, lalu di cixxxx bibir Sinta untuk yang kesekian kali, seperti sedang ketagihan Fero rupanya hingga ia mexxxat bibir Sinta tanpa jeda sontak nafas mereka kembali terengah-engah.

"Fero..., aku mohon !, jangan lakukan ini kepadaku, ini...ini..., tidak boleh di teruskan!" ucap Sinta, spontan matanya berkaca-kaca menahan tangis.

"Tidak boleh diteruskan, maksudnya?"

"Iya, kita tidak bisa seperti ini Fero, kita berasal dari latar belakang yang berbeda, aku sadar kamu siapa dan aku siapa?, kita bagaikan bumi dan langit Fero, aku tak sepadan denganmu, jadi berikutnya tidak boleh ada kejadian seperti ini lagi!"

"Apa kamu menyesali apa yang baru saja terjadi?"

"Fero ..aku mohon mengertilah..!"

"Tidak ada yang harus dimengerti, dan jangan katakan kalau kamu tidak ada perasaan apapun kepadaku, karena apa yang terjadi barusan adalah jawaban kalau kamu memiliki perasaan yang sama denganku, aku bisa merasakannya dari cixxxmu itu!"

"Fero....!"

"Sssssttttt, cukup jangan katakan apa-apa lagi, sekarang yang aku inginkan cuma kamu, aku tidak mau yang lainnya, aku tidak peduli status sosial, jenjang pendidikan, materi atau apalah itu. Aku mencintaimu Sinta, sangat..sangat mencintaimu, sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan jika Fero Ardinata Prayuda sudah mencintai seorang wanita, aku pastikan tidak akan bisa lari wanita itu dariku!" ungkap Fero panjang lebar untuk meyakinkan Sinta, sambil menutup bibir Sinta dengan menggunakan jari telunjuknya, setelah itu diciumnya kedua telapak tangan Sinta dengan lembut. Sedangkan Sinta sendiri tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena semakin Sinta mengenal Fero semakin ia tahu bahwa Fero adalah sosok yang gigih dan pantang menyerah dalam memperjuangkan serta mendapatkan sesuatu.

****

Di rumah Deni malam itu begitu ramai. Deni sedang merayakan pesta Ulang Tahun dengan mengundang teman-teman juga beberapa kerabatnya, suasana pesta begitu meriah. Iringan musik klasik yang lembut menambah kesan romantis di dalamnya. Karena Fero yang sebenarnya tidak menyukai acara pesta, ia pun pergi ke balkon untuk menghirup udara segar. Tampak jelas pemandangan di luar yang tak kalah indah. Kerlap-kerlip lampu rumah yang bertebaran di malam hari terlihat jelas menghiasi gelapnya malam itu. Karena memang letak rumah Deni berada di dataran tinggi, maka dengan mudah sekali melihat indahnya pemandangan yang begitu eloknya. Apalagi dari kejauhan terlihat lampu yang bersinar dari tiap-tiap rumah hampir mirip dengan cahaya bintang di langit. Tak lama kemudian dilihatnya sosok pelayan yang membawa baki berisi anggur merah, Fero pun menghampirinya, kemudian diambilnya segelas anggur tersebut. Nampak beberapa meter dari tempat ia berdiri, Fero melihat seorang gadis cantik mengenakan gaun pesta berwarna putih tulang dengan motif bunga-bunga. Rambutnya tergerai rapi nan anggun, Dengan penampilan gadis yang cantik tersebut, mata Fero tak berkedip sedikitpun bak seekor mata Elang yang sedang menemukan mangsanya.

Dilihatnya gadis itu dengan seksama dari samping sedang mengobrol dan tersenyum dengan teman perempuannya. Beberapa saat kemudian gadis yang telah menyita perhatian Fero itu menuju ke halaman rumah Deni. Karena penasaran Fero pun mengikuti gadis tersebut dari belakang. Namun setelah sampai di depan bunga Bougenville, langkah gadis itu terhenti karena ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang, ia pun membalikkan badan. Tentu saja Fero sudah mati langkah, ia tidak mengira akan ketahuan karena membuntuti gadis yang saat ini sudah berdiri persis dihadapannya sembari menatapnya dalam-dalam, kini Fero sudah tertangkap basah, sehingga sudah tidak bisa bersembunyi lagi untuk menghilang dari pandangan gadis yang ia buntuti itu, hingga akhirnya Feropun terperanjat kaget, karena ternyata ia mengenal gadis tersebut. Spontan ia membelalakkan matanya,

"Haaa.., Sin..ta...!" Teriak Fero

"Feerrrooo...!" Sahut Sinta

"Loh kamu kenal si Deni?" Tanya Fero

"Iya mas Deni itu kakaknya temanku di kampus."

"Kalau aku tahu kamu akan pergi ke pesta ini, pasti aku jemput tadi!"

"Tidak apa-apa, aku tadi berangkat bareng teman-teman kok!"

"Sebenarnya aku kurang begitu suka pesta, tapi Deni memaksaku untuk datang, dari kecil aku tidak memiliki banyak teman hanya Denilah teman yang aku punya hingga sekarang, bahkan saat aku di Harvard University kami masih saling berkomunikasi via telfon." ungkap Fero

"Semua orang pastinya memiliki kisahnya masing-masing, ada yang jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, tapi terlahir dari keluarga yang lengkap dan berada, ada pula yang dari kecil tidak memiliki orang tua, namun hidup bahagia dengan kedua orang tua angkat dengan kehidupannya yang cukup sederhana, semuanya tinggal bagaimana kita mensyukuri takdir yang sudah diberikan."

"Good...good !, sudah cantik wajahnya, cantik pula hatinya, luar biasa !" ungkap Fero memuji.

"Andai kamu bukan wanita itu, bukan wanita yang menyebabkan kakakku bunuh diri. Bagaimana bisa laki-laki normal sepertiku menolak kecantikan juga pesonamu yang luar biasa ini?!, sulit sekali bagiku untuk menampik perasaan ini, perasaan bahwa saat ini aku sudah jatuh cinta kepadamu, rasanya aku ingin hidup denganmu selamanya, tapi itu tak mungkin ku lakukan!, Aku harus membalas siapapun yang sudah membuat kakakku menderita hingga harus mengakhiri hidupnya dengan tragis, meskipun aku harus mengorbankan perasaan ini, tidak terkecuali kamu Sinta. Jadi mari kita teruskan drama ini. Karena ini baru permulaan!" bisik Fero dalam hati.

Bab terkait

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 5 : Lamaran Fero

    Akhir-akhir ini, Fero sering berkunjung ke rumah Sinta. Semula Sinta ragu akan hubungannya dengan Fero karena status sosial mereka yang jauh berbeda. Ia merasa tak pantas dicintai oleh Fero. Karena Selain memiliki paras yang tampan, Fero juga memiliki postur yang gagah, serta materi yang berlimpah. Dengan memiliki segudang kelebihan inilah mustahil jika Fero tak digandrungi gadis-gadis cantik di luar sana.***Malam ini Sinta sedang mengerjakan tugas kuliah di dalam kamar. Sudah 50 Menit Sinta berkutat dengan laptop dan buku-bukunya. Ia tidak boleh menunda lagi mengerjakan semua tugas karena ia sudah tertinggal 1 semester, ini merupakan efek dari mengajukan cuti kuliah sementara beberapa waktu yang lalu."Tok..tok...tok...!"Suara ketukan berbunyi dari pintu depan. Tanpa menunggu ketukan berikutnya, Sinta segera membukakan pintu. Setelah pintu ruang tamu terbuka. Ternyata sudah berdiri sopir Fero dengan membawa sebuah kado di tangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 6 : Kenyataan Yang Menyakitkan

    Akhir-akhir ini Leon hampir tiap hari menjemput dan mengantar Sinta pulang kuliah. Jawaban tidak tak mampu terucap dari bibir Sinta. Sebab jikalau menciptakan argumen, Sinta takkan menang dari Leon. Meng-iyakan adalah salah satu cara untuk meredam perbedaan dari berbagai sudut pandang. Jika berkata Iya bisa membuat lawan bicara merasa senang, tentunya Sintapun tenang, itu pula yang dilakukan Sinta saat ini.Tepatnya pada jam 16.00 WIB Sinta sudah sampai di rumahnya, Leonpun berniat untuk singgah barang sejenak, dan Setelah sang Dosen dipersilahkan duduk di ruang tamu, kemudian Sintapun membuatkan segelas teh untuknya."Kamu sudah tinggal berapa lama di sini Sinta?" tanya Leon"Sejak saya masih kecil pak!" jawab Sinta"Kalau sudah di luar kampus tidak usah terlalu formal, cukup panggil saja aku Leon!""Saya akan canggung sekali kalau langsung panggil nama anda.""Itu karena belum terbiasa, jadi biasakanlah!""Baiklah, Le..L

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 7 : Gudang Kumuh Dan Kotor

    "Apa kamu memiliki bukti Fero, hingga begitu yakinnya menuduhku untuk sesuatu yang sama sekali tidak aku perbuat?""Tentu saja aku punya cukup bukti bahwa kamu adalah orang yang telah menyebabkan kakakku mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya!" teriak Fero lantang sambil menarik kalung dari leher Sinta, hingga membuat mulut Sinta ternganga karena kaget."Lihat ini baik-baik! ini adalah kalung yang aku temukan di tangan kakakku saat ia sudah tidak lagi bernyawa, kalung ini digenggamnya sangat erat, hingga sulit sekali untuk dilepaskan dari tangan kanannya, dan ini adalah Berita utama di sebuah surat kabar, lihat baik-baik kalung milikmu itu terlihat sangat jelas di gambar surat kabar sedang digenggam oleh kakakku!"Sontak Sinta semakin kaget dengan apa yang ia dengar dan lihat dengan mata kepalanya sendiri, ia tidak habis fikir bagaimana bisa kalungnya benar-benar berada di tangan orang yang tidak ia kenal dalam halaman utama di surat kabar itu. Secara ref

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 8 : Perhatian Sinta Untuk Fero

    Selesai mencuci piring di dapur. Sinta beranjak pergi menuju gudang, namun saat sesampainya di tangga, ia berpapasan dengan Fero yang terlihat memakai jas seperti saat akan pergi ke kantor. Secara refleks Sinta terpukau melihat penampilan Fero dengan rambut klemis serta penampilannya yang rapi itu. Perlahan jarak mereka semakin dekat, tanpa berkedip sedikitpun Sinta memandangi Fero."Wah, benar-benar tampan dan gagah sekali suamiku ini, tak salah bila aku begitu mencintainya!" ucap Sinta dalam hati.Namun Fero yang meski berpapasan dengan Sinta hanya melihat sekilas ke arahnya tanpa ekspresi sedikitpun. Seketika itu pula Sinta sadar bahwa cintanya kepada Fero hanya bertepuk sebelah tangan, Fero sama sekali tidak memiliki perasaan sedikitpun kepadanya, hatinya begitu sakit, hatinya begitu perih. Dengan langkah perlahan ia terus menaiki anak tangga hingga sampai jualah ia di pintu gudang, lalu dibukanya pintu itu dengan pelan. Dan sesampainya di dalam gudang yang sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 9 : Gerombolan Pemabuk

    "Apa sih yang kamu lakukan di sini? asal kamu tau ya! beberapa pekerja gak fokus kerjanya karena ngomongin kamu, ada juga yang bergerombol ninggalin pekerjaannya karena lihatin kamu kayak anak kecil main air di sini, mendingan kamu di rumah saja deh! dari pada bikin mereka gak fokus sama kerjaannya!" teriak Fero pada Sinta."Kamu ini napa sih, datang-datang kok marah-marah gitu? ganti hobi baru nih sekarang?" sahut Sinta balik bertanya."Hobi baru? hobi baru apa sih? kalau ngomong itu yang jelas?!""Kamu kan sekarang punya hobi baru marah-marah! padahal dulu waktu deketin aku, kamu itu baik, perhatian, meski cenderung tegas tapi sedikitpun kamu gak pernah marah-marah, tapi sekarang sedikit-sedikit marah, jadi aneh saja ngelihatnya!""Aneh?""Iya jadi aneh, berubah drastis 180 derajat!""Aku sendiri juga gak tau, kenapa kalau ketemu kamu bawaannya pingin marah-marah? kamu selalu bikin aku emosi, apa lagi lihat gaya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 10 : Kedatangan Nindy Kemudian Altara

    Sinta masih terus saja berjalan membuntuti Mang Inyong, namun setelah sampai di pintu gerbang tiba-tiba turun hujan begitu deras, Sinta pun berlari menuju rumah agar tidak basah kuyup, namun sesampainya di teras rumah, ia melihat Fero dengan seorang gadis cantik duduk saling berdekatan dengan posisi kepala si gadis bersandar pada bahu Fero. Mereka tampak akrab satu sama lain dan juga begitu mesra. Tentu saja Sinta yang melihat semua itu begitu kaget, karena sebelumnya ia tidak pernah bertemu apalagi mengenal gadis tersebut. Segala perasaan berkecamuk dalam hatinya saat itu, ia yang merasa setelah menikah saja tidak pernah diperlakukan mesra dan manja layaknya gadis itu oleh suaminya, maka dengan segera Sinta bergegas ke dalam rumah kemudian masuk ke dalam kamarnya, setelah itu ditutupnya pintu kamar dan ia pun bersandar pada pintu sambil terduduk lemas.2 kejadian sekaligus dalam kurun waktu yang hampir bersamaan seolah membuat jantungnya hampir lepas, baru saja ia diganggu o

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 11 : Penelusuran Altara

    "Jadi kamu sama sekali tidak pernah mengenal Fadli?" tanya Al keheranan."Jangankan mengenal, bagaimana wajahnya saja aku tidak pernah tau, aku baru tau setelah Fero memberikan sebuah surat kabar kepadaku, dalam surat kabar itu aku baru tau berita meninggalnya Fadli serta gambarnya.""Tapi bagaimana bisa kalung milikmu ada di tempat kejadian?""Kak sarah meminjam kalung itu kepadaku, dia bilang cuma meminjamnya sebentar saja, tapi nyatanya sebulan lebih kalungku baru ketemu, Fero yang memberikannya kepadaku!""Apa kamu tidak pernah cerita ke Fero, kalau sebenarnya kakakmu yang sudah meminjam kalung itu?""Saat Fero marah dan menuduhku bahwa akulah yang menyebabkan kakaknya bunuh diri, aku sudah berusaha menjelaskan yang sebenarnya, tapi dia sedikitpun tidak mau mempercayaiku, tapi aku yakin waktulah yang yang akan menjawab semuanya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 12 : Kemanakah Sinta?

    Suara hand phone berbunyi nyaring mengalunkan musik alarm sebagai pengingat bahwa hari telah berganti pagi, namun sosok dibalik selimut rupanya enggan untuk membuka mata karena masih terkunci oleh rasa kantuk yang mendera, bunyi alarm masih saja terdengar begitu memekakkan telinga hingga si empunya menekan tombol off kemudian bunyi pun hilang dalam sekejap. Sinar mentari mulai menerangi celah-celah ruangan yang menembuspori-pori tirai jendela. Altara akhirnya bangkit dari tidur lelapnya, ia segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara itu di ruang makan Fero sedang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29

Bab terbaru

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 71 : Video Bahagia

    Hari-hari Sinta semakin berwarna dengan hadirnya Fero di tengah kehidupannya saat ini. Fero telah membuktikan bahwa dia adalah suami yang baik, begitu mencintai keluarga serta bertanggung jawab. Fero sudah bertekad ia akan selalu membahagiakan keluarga kecilnya tersebut, apalagi ia begitu menyayangi Azka seperti putra kandungnya sendiri begitu pula sebaliknya. Sinta yang bukan single parent lagi tentunya benar-benar merasakan kebahagiaan seutuhnya. Setelah rentetan kejadian tragis yang telah ia alami di sepanjang hidupnya kini telah tergantikan dengan kehidupan yang tentram serta bergelimang kebahagiaan. Memiliki 2 buah rumah yang saling berhadapan yang hanya terpisah oleh sebuah jalan raya membuat Sinta lebih banyak tinggal di rumah yang dibeli oleh Fero. Sejak malam pertama ia sudah lebih banyak tinggal di rumah tersebut dan untungnya pula putranya sama sekali tidak mempermasalahkan itu karena selama ada Fero maka Azka akan meng-iyakan.

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 70 : Pernikahan

    Sekali lagi Sinta merasakan dilema yang teramat sangat dengan kejutan yang dibuat Fero bersama sang putra kali ini. Ia benar-benar tak tahu harus menjawab apa karena untuk saat ini ia masih belum memikirkan untuk menikah kembali karena jujur saja perasaannya kepada Devano masih sangat kuat karena bagaimanapun juga dialah laki-laki pertama yang banyak memberikannya cinta dengan penuh ketulusan dan kesungguhan tanpa adanya rekayasa, dusta serta pengkhianatan. Namun mengapa saat ini perasaan takut karena trauma yang pernah dialaminya kian membuatnya bimbang. “Mama…Om Ganteng telah menolong Aka dali bahaya, Om Ganteng hampil meninjal kalena tolonyin Aka apa itu maci belum cukup buat Mama?” protes Azka yang tiba-tiba mengagetkan Sinta, lagi-lagi ucapan sang putra makin membuatnya heran karena bagaimana bisa ia melontarkan kata-kata yang begitu menohok. “Azka tidak boleh berkata demikian sama Mama ya sayang! biarkan Mama mengamb

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 69 : Kesempatan Ke Dua

    “Aka cayang banget cama Om ganteng, Aka pingin punya Papa cepelti teman-teman teyus Aka pingin Om Ganteng jadi Papanya Aka!” jelas Azka dengan berterus terang. “Seperti yang Om bilang sebelumnya, Om akan selalu ada buat Azka dan juga Mama, Om tinggal menunggu kesiapan Mamanya Azka, begitu Mama bilang setuju dan siap untuk menikah dengan Om maka secepatnya Om akan menikahi Mama Azka!” terang Fero dengan begitu jelas. “Om Ganteng gak bohonyin Aka kan?” “Apa yang Om ucapkan pada Azka baru saja itu semua benar, dalam berbicara Om tidak boleh berbohong nanti kalau berbohong Allah bisa marah!” Azka mendengarkan penjelasan Feri sambil menganggukkan kepalanya. “Ya sudah kalau begitu sekarang Om pingin lihat mana senyum manisnya buat Om pagi ini?” seru Fero yang kemudian dibalas dengan sebuah senyuman manis yang tersungging dari bocah lucu tersebut. Dengan segera dipeluknya Azka oleh Fero dengan begitu hangat.

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 68 : Ada Hikmah

    Pintu kamar Sinta tidak ditutup rapat, hanya beberapa centimeter saja pintu tersebut sedikit terbuka, maka dengan langkah pelan Fero memasuki kamar Sinta. Cukup luas sekali ukuran kamarnya berkisar 6 x 6 meter. Tatapan netra pemuda tersebut menelisik ke setiap penjuru ruangan, karena baru pertama kalinya ia masuk dengan tatapan menelisik seperti ini meski sebelumnya karena kondisi mendesak ia pernah masuk untuk melihat kondisi Sinta yang sedang pingsan begitu mendengar berita kepergian suaminya. Saat itu ia mencari foto pernikahan mereka di kamar tersebut namun ternyata ia tak menemukannya, bukankah kebanyakan pasangan pada umumnya selain memajang foto mereka di ruang keluarga, maka mereka juga akan memajangnya di dalam kamar, namun sepertinya hal tersebut tidak berlaku bagi Sinta dan juga Devano. Terlihat Sinta yang sedang tertidur lelap menggunakan selimut wol dengan warna cerah. Fero masih saja berdiri menatap wajah cantik itu,

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 67 : Kedekatan Fero Dan Azka

    Setelah dirawat di rumah sakit selama 2 minggu akhirnya Fero oleh Dokter diperbolehkan untuk pulang dengan catatan ia harus tetap rajin kontrol sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh Dokter di buku Kontrol. Tentu saja hal tersebut disambut dengan sangat antusias oleh Fero karena menurutnya berada di rumah sakit dengan durasi waktu selama itu berasa setahun lamanya dan untungnya ada Sinta yang selalu berada di sampingnya yang selalu setia menunggunya sedari awal dia terbaring tak sadarkan diri karena koma hingga sekarang kondisinya yang sudah berangsur pulih. Tak dipungkiri lagi bahwa Sinta adalah motivasinya selama ini untuk bisa berjuang melawan koma selama seminggu lamanya, dan itu juga merupakan keajaiban serta anugerah tak terhingga yang telah diberikan Sang Pencipta kepadanya. Ditambah dengan kehadiran Azka putra semata wayang dari wanita yang sangat dicintainya kian menambah nuansa suka cita yang ia rasakan selama ini. Kehadiran Azka

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 66 : Kejadian Luar Biasa

    Terlihat seorang Dokter sedang melakukan resusitasi ( CPR ), usaha tersebut dilakukan untuk mengembalikan irama jantung yang telah terhenti. Sinta yang mengetahui hal tersebut langsung meraih telapak tangan Fero kemudian digenggamnya dengan erat sambil berkata, “Ayo Fero kamu harus kuat, kamu harus bisa, jangan tinggalkan aku dengan perasaan bersalah seperti ini! bagaimana aku harus menjawab pertanyaan putraku jika dia bertanya tentangmu? Fero ayo bangun! Aku mohon jangan tinggalkan aku! bukankah kamu sering mengatakan kalau aku tidak boleh meninggalkan kamu, tapi mengapa justru kamu sendiri yang akan meninggalkan aku? aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi Fero, yang aku mau hanya satu yaitu kamu tepati kata-katamu dan kamu buktikan kepadaku bahwa kamu….bahwa kamu tidak akan pergi meninggalkanku, maka aku juga akan buktikan kata-kataku dan aku berjanji untuk memaafkan semua kesalahanmu di masa lalu kepadaku maka aku juga tidak akan pernah me

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 65 : Kritis

    “Sin..ta..Sin..ta…ma..af..kan a..ku!” Ucapan Fero yang di ulang-ulang pada saat itu membuat Sinta terbangun dari tidurnya, suaranya meski tidak keras namun masih terdengar jelas di pendengaran Sinta. Perlahan tapi pasti mata Sinta yang sedang tertutup rapat karena rasa kantuk yang hinggap kini terbuka. Di tatapnya Fero yang masih memejamkan mata dihadapannya. “Sin..ta…Si..nta...ma..af..kan a..ku! ja..ngan ting..gal..kan a..ku!” rintih Fero. Hal itu membuat Sinta kaget, ternyata ucapan Wika tadi sebelum pulang benar adanya bahwa ketika dalam kondisi yang tak sadarkan diri Fero masih mengingat dirinya. Seketika itu pula Sinta menutup bibir dengan kedua telapak tangannya tanpa disadarinya pula tetesan air mata bening mengalir dari sudut kedua netranya yang kian memerah. Semula ucapan Wika itu baginya hanyalah sekedar guyonan semata yang disematkan kepadanya, namun kali ini yang dikatakan Wika itu adalah fakta. “Sin..t

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 64 : Koma

    Suara tangisan Azka yang begitu kencang terdengar hingga di dapur tempat Sinta berada, dengan segera Sinta berlari ke halaman rumah namun ia tidak menemukan keberadaan putranya di tempat yang baru saja ia lihat. Curiga dengan pintu gerbang yang kini sedang terbuka membuatnya semakin mempercepat lagi laju larinya ke luar rumah, saat ia tiba di sana terlihat dari jarak beberapa meter darinya nampak kerumunan orang yang berada di tengah jalan raya persis sekali dengan asal suara tangisan putra semata wayangnya. Jantungnya semakin berdetak kencang tak mampu membayangkan jika suatu hal terjadi kepada putranya tersebut. Kakinya kian terasa lemas nafasnya tak beraturan, rasa takut kian menghantuinya pada saat ini. Sinta semakin mempercepat pace larinya, ia juga harus berani menerima kenyataan apapun yang akan terjadi di hadapannya kini. Bibirnya hanya mampu terkatup namun batinnya sama sekali tak berhenti untuk terus berdo’a serta berharap agar t

  • Mengapa Kau Membenciku?    Part 63 : Mempertaruhkan Nyawa

    Sinta begitu asyik menonton acara talk show di sebuah stasiun televisi yang ditayangkan secara live sambil ngemil keripik tempe kesukaannya. Sudah 15 menit sudah ia menonton acara tersebut tanpa beranjak sama sekali dari atas sofa yang ia duduki di ruang tengah, beberapa saat kemudian Azka ikut bergabung duduk di sofa untuk duduk di sampingnya. “Mama!” panggil Azka “Iya sayang!” sahut Sinta. “Tadi di cekolah Aka ketemu Om Ganteng!” pamer Azka kepada Mamanya. “Om ganteng? siapa itu sayang?” tanya Sinta. “Om yang pelnah ke cini caat Mama gak mau banyun, Mama di kamal teyus nangis gak mau belhenti!” ungkap Azka. “Oh ya? apa benar itu?” tanya Sinta. “Iya benel!” jawab Azka yakin. Tiba-tiba terdengar sebuah truk berhenti di seberang jalan, Sinta mengecilkan volume televisinya. Melihat apa yang terjadi dari balik tirai jendela ternyata sebuah truk kontainer sedang menurunkan barang-barang yang se

DMCA.com Protection Status