Share

05. menghitung mundur

“WHA? JANGAN BERCANDA DEH, OM! SAYA INI MASIH DI BAWAH UMUR,” pekik Zea dan secara spontan menjauhkan dirinya dari Natan.

“Saya tidak bercanda, kalau Pak Abraham tidak bisa melunasi hutang-hutangnya maka saya akan menjebloskan Pak Abraham ke penjara.” Natan sengaja menjeda kalimatnya lalu maju satu langkah dan berhenti setelah jaraknya dengan Zea tersisa beberapa senti saja. “Kecuali kalau kamu mau menikah dengan saya gadis kecil.”

Glek!

Zea menelan ludahnya yang terasa kelu, Zea dibuat kehabisan kata-kata karena pilihan dari Natan sangat sulit untuk Zea pilih.

“Ma-maaf, Tuan Zibrano. Tolong jangan libatkan putri saya.” Abraham memberanikan diri untuk bicara walaupun terbata. “Saya rela di penjara asalkan jangan libatkan Zea dalam urusan melunasi hutang saya.”

“MAS!” bentak Monic tanpa disengaja.

Saat melihat Natan menoleh padanya, Monic menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak setuju dengan keputusan sang suami.

Zea melirik Monic lalu mendelik dan mencibir dengan sinis tanpa diketahui oleh Abraham dan Monic sendiri.

“Pasti dia nggak bolehin papa belain gue tuh,” tebak Zea dengan muka sinis.

Tapi percayalah hati Zea hancur saat ibu tirinya itu mencoba untuk menghentikan ayah kandungnya sendiri yang tidak ingin mengorbankan Zea demi melunasi hutang.

“Ada apa lagi, Ma? Ada yang salah dengan kata-kata Papa?” Abraham menatap sang istri dengan wajah lelah.

Abraham tau pasti istrinya itu sangat keberatan dengan keputusan yang dia pilih.

“Cara kamu nggak salah, Mas. Aku juga nggak mau kalau Zea harus menikah demi melunasi hutang-hutang kita, tapi coba Mas pikirin nasib Zea dan Maizura juga kalau kamu di penjara.” Suara Monic melunak saat sadar ia sudah melakukan kesalahan dengan membentak suaminya. “Siapa yang bakal biayain uang sekolah mereka kalau kamu di penjara? Siapa yang bakal hidupin mereka kalau nggak ada kamu? Memang masih ada aku, tapi aku bisa kerja apa supaya mereka tetap bisa makan dan sekolah?"

Abraham terdiam memikirkan kalimat Monic yang sangat benar adanya, tapi Abraham juga tidak mungkin mengorbankan masa depan Zea untuk melunasi hutangnya, sedangkan saat ini Abraham tidak punya cukup uang untuk melunasi semua hutang-hutangnya.

Lagian Abraham juga merasa tidak rela dan tidak tega jika membiarkan Zea---putri yang sangat ia sayangi harus menikah dengan cara seperti ini. Apalagi, putrinya itu tidak mencintai atasannya itu sama sekali.

“Saya tidak apa-apa di penjara, Tuan. Tolong jangan libatkan putri saya, dia masih sangat kecil dan saya sudah punya janji dengan almarhumah ibunya untuk memastikan Zea tetap bahagia dengan cara apapun,” ucap Abraham dan Monic hanya bisa pasrah mendengar keputusan sang suami.

Monic tidak akan membantah lagi karena ia tau bahwa Abraham tengah dihadapkan dengan pilihan yang sulit, Abraham hanyalah seorang ayah yang tidak ingin anaknya dikorbankan dalam hal apapun.

Apalagi kali ini Zea dipertaruhkan sebagai alat pelunas hutang, gila saja kalau seandainya Abraham rela mengorbankan anaknya sendiri demi bisa bebas dari jeratan hukum.

“Baik, akan saya telpon polisi sekarang juga, semua keputusan saya serahkan ke keluarga ini. Silahkan pikirkan kembali sebelum benar-benar diputuskan, karena kalau sudah saya laporkan dan kalau Pak Abraham sudah berada di penjara … maka saya tidak akan mencabut tuntutan ini kalau seandainya ada yang berubah pikiran.”

Natan sengaja melirik Zea sekilas setelah menyelesaikan kalimatnya.

Darren geleng-geleng kepala sambil terkikik geli. ‘Dasar predator ganas, bisa-bisanya dia malah berencana menghasut anak Abraham secara tidak sung.’ Lagi-lagi Darren bisa menebak rencana apa yang ada di dalam otak sahabat sekaligus atasannya itu.

Abraham membuang nafas kasar sebelum berkata, “Hubungi saja pihak kepolisian, Tuan. Saya tidak akan berubah pikiran.” Abraham sudah sangat mantap dengan keputusannya.

“Baik.” Natan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengambil ponsel dari dalam saku jas mewah yang ia pakai.

Di saat Natan benar-benar akan menghubungi polisi, tapi tiba-tiba ….

“Tunggu!” Zea mencegah dengan suara lantang dan mata yang memerah.

Demi Tuhan, Zea tidak akan tega jika papa-nya yang sudah berumur dan sering terkena asam urat itu harus menghabiskan sisa hidup beliau di penjara.

‘Gue harus gimana ya, Tuhan?’ jerit Zea di dalam hati.

Ini benar-benar keputusan yang sulit untuk Zea ambil. Di satu sisi, Zea tidak mau kalau sang ayah harus mendekam di penjara. Tapi di sisi lain, Zea juga tidak ingin menikah dengan bos papa-nya itu. Zea masih punya Akas selaku kekasih yang masih cintai.

Kalau Zea menikah dengan Natan, lalu bagaimana dengan nasib hubungannya dengan Akas?

‘Haish, gue bingung harus ngapain. Apa ini yang namanya kayak makan buah simalakama?’ Zea benar-benar tidak bisa memilih satupun pilihan yang Natan berikan.

“Kenapa? Apa kamu punya keputusan lain?” Natan menahan senyum saat bisa melihat ada raut keraguan di mata Zea.

Natan berpikir, masih akan ada kesempatan untuk dirinya menikah dengan Zea lewat jalur bayar hutang ini.

“Om tega banget sih kasih saya dua keputusan seberat ini? Saya ini masih kuliah loh, Om. Apa Om tega saya harus berhenti kuliah gara-gara menikah sebelum waktunya?” Zea menatap Natan dengan tatapan mengiba.

Zea berharap atasan papa-nya itu akan tetap memberi papa-nya keringanan dan tidak harus melibatkan penjara.

“Yang bilang kamu akan berhenti kuliah kalau menikah dengan saya itu siapa?” Natan menjitak jidat Zea karena merasa gemas mendengar Zea beramsumsi seperti itu.

“Sakit tauk, Om. Belum apa-apa Om udah KDRT aja, gimana kalau nanti.” Zea mengusap jidatnya yang baru saja mendapatkan jitakan cinta dari Natan. “Lagian gimana saya nggak akan putus kuliah kalau Om ajak nikah? Emang Om mau biayain kuliah saya? biaya kuliah saya mahal loh, Om." Zea melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mudah sekali untuk Natan jawab.

“Kalau kamu nikahnya sama saya, maka tidak akan ada kesulitan lagi yang akan menimpa kamu. Justru, kamu akan dihargai di kampus karena menjadi istri seorang Jonathan. Soal biaya kuliah, satu milyar dalam sebulan pun mampu saya bayar, Zea.” Natan menjelaskan begitu ringan seperti tidak ada beban.

Tapi tidak dengan Zea yang merasa sangat terbebani.

“Om mah enak tinggal ngomong aja, lagian apa sih yang Om cari dari saya? Saya ini cuma orang biasa yang nggak sederajat sama, Om. Dan juga saya nggak cinta sama, Om,” cicit Zea di akhir kalimatnya.

“Kalau kita sudah menikah maka derajat kamu akan sama seperti saya, derajat kamu akan saya angkat sehingga nanti semua orang akan menghormati kamu seperti mereka menghormati saya.” Natan tidak hilang akal untuk menjawab.

“ini nonton live Drama korea bertema ikan terbang yang sesungguhnya, Judulnya predator gila yang mencoba menjerat gadis kecil dengan alasan hutang.” Darren bertopang dagu demi menonton negosiasi asmara Antara Natan dan Zea.

Sedangkan Monic dan Abraham hanya bisa menonton saja, mereka benar-benar melimpahkan semuanya kepada keputusan yang akan Zea ambil.

“Meskipun Om itu tampan dan kaya, tapi sayangnya saya nggak tertarik, Om. Saya udah punya pacar yang saya cintai asal Om tau,” cetus Zea.

Natan menyeringai mendengar kata ‘pacar’ yang Zea sebutkan dengan bibir indahnya itu.

“Kamu kira saya peduli dengan hal itu? Tidak sama sekali.” Natan menatap Zea dengan mata tajamnya tapi Zea sama sekali tidak merasa takut.

Toh, Natan juga sama-sama makan nasi seperti dirinya ya ‘kan?

“Saya tidak memaksa kamu, Cantik. Saya hanya akan memenjarakan papa kamu kalau kamu menolak menikah dengan saya dan kalau kalian tidak bisa membayar hutang itu sekarang juga.”

Ucapan Natan membuat Zea memalingkan wajah karena merasa muak.

‘Dasar cowok sinting! Bilangnya nggak maksa, tapi pilihannya sesulit itu. Kalau ngubur dia hidup-hidup kira-kira bisa nggak ya?’ celoteh Zea dalam hati.

“Saya tidak punya banyak waktu lagi untuk diskusi dengan kamu di sini, putuskan dalam tiga detik atau saya benar-benar akan menghubungi polisi.” Natan kembali membuat Zea merasa tertekan.

“Tiga ….”

Zea daim sambil menggigit kuku jari telunjuknya karena masih bingung harus menjawab apa.

“Dua ….”

Sura Natan kembali terdengar dan hal itu sangat membuat Zea dilemma.

“Sat---“

“Oke fine, saya mau menikah sama Om asal papa saya nggak di penjara,” sela Zea.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status