*******“Rayan?”Hana refleks menoleh pada Nayra meminta penjelasan. Sementara Nayra menelan ludah–gelagapan. “Itu, dia. . . .” Mata Nayra bergerak-gerak gelisah–memutar otak mencari jawaban. “Kucing. Aku punya kucing namanya Rayan. Aku nggak suka banget sama Kepala Rumah Sakit kita, makanya aku kasih nama dia Rayan.”Nayra nyengir kaku. Sementara Bunda yang mendengar itu langsung menghunuskan tatapan tajam padanya seolah siap untuk menusuk Nayra.“Eung. . . , Han. Kamu udah selesai belum makannya?” Nayra melirik makanan Hana sudah habis dengan tatapan tak enak hati.Hana yang mengerti bahwa Nayra ingin dirinya keluar dari ruangan langsung membereskan sisa-sisa makanannya dan berpamitan untuk pergi.Selepas kepergian Hana, Bunda langsung melayangkan pukulan gemas di lengan Nayra, membuatnya menjerit-jerit manja.“Aww. Bun, ini namanya KDRT.” Protes Nayra sembari mengusap lengannya. Bunda hanya mendengus kesal, tak peduli dengan protes yang dilayangkan sang anak.“Lagian, masa, menant
********Ini adalah kali kedua Rayan dan Nayra terpergok melakukan hal yang kurang pantas di rumah sakit. Tak pernah terbersit dalam pikiran Nayra akan mengalami kejadian memalukan seperti ini. Pasalnya, bukan hanya Om Rendi yang melihat, tapi juga ada orang lain, Giselle.Jika dulu Om Rendi membiarkan mereka, tapi sekarang tidak demikian. Saat ini keduanya dibawa ke ruang kerja lelaki paruh baya itu untuk siap diberi teguran.Rayan dan Nayra duduk bersebrangan dengan Om Rendi di hadapan mereka. Lelaki paruh baya itu menyoroti mereka dengan tatapan tajam seolah siap menelan mereka bulat-bulat. Demi apa pun, Rayan dan Nayra akan lebih suka uji nyali di ruang jenazah yang ada di rumah sakit itu, dibandingkan duduk berhadapan di ruang kerja Om Rendi yang terasa lebih mencekam.Kini Rayan dan Nayra hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil sesekali melihat ke arah Om Rendi dengan takut. Nayra memilin-milin jemari tangannya yang mulai berkeringat karena terlalu takut dengan tatapa
********“Nay, kamu bebas nggak sekarang?” Tanya Rayan setelah beberapa saat mereka hanya diam sambil berjalan beriringan menuju lift.“Hmm.” Nayra menyahuti dengan malas.“Kamu marah?”“Nggak, kesel doang.” Jawab Nayra tanpa melihat ke arah Rayan dan mempercepat langkahnya, laki-laki itu dengan segera mengimbangi.“Karena Papa gangguin kita ciuman?”Mendengar pernyataan nyeleneh Rayan, Nayra menghentikan langkahnya, dia menatap kesal Rayan dengan wajah memerah menahan emosi.“Kamu tuh, ya, ish.” Kesal Nayra menendang tulang kering Rayan, menyalurkan kekesalannya di sana. Nayra benar-benar tak mengerti dengan isi kepala Rayan saat ini.“Aduh. Kok malah nendang, sih, Nay. . . .”Rayan meringis ngilu sambil membungkuk untuk mengusap kakinya.“Aku malu tahu, nggak, sih, Kak?" Jerit Nayra kesal sembari menghentakan kakinya dan berlalu meninggalkan Rayan yang masih meringis kesakitan. Dia yakin jika sekarang tulang kering Rayan pasti sudah membiru di balik celana panjangnya.“Tunggu . . .
********Sesampainya di sana, Rayan dan Nayra mendapati Aji sudah lebih dulu datang, termasuk Noah dan Luna.Sejak kecelakaan dan pertunangan Rayan dan Nayra berlangsung, Noah menjadi lebih akrab dengan Aji dan Bisma. Mereka bahkan tak jarang nongkrong bersama, meski terkadang Rayan protes tak suka akan kehadirannya.Terlihat bayi perempuan milik Bisma dan istrinya tengah digendong Noah. Laki-laki itu nampak berbinar senang melihat bayi merah dalam gendongannya.“Clara . . .”Nayra menghampiri istri Bisma seraya memberi pelukan hangat untuk menyelamati kelahiran anaknya.“Happy for you both. Bring on the dirty nappies and sleepless nights!” Ucap Nayra setelah mengurai pelukannya sambil menatap Clara dan Bisma bergantian. Nayra lalu meringis, membayangkan harus mengganti popok bayi setiap saat dan tangisan bayi yang akan mengganggu tidur orang tuanya setiap malam.Ucapannya tersebut sontak mengundang tawa geli
********Mungkin ini salah, tapi terkadang ada yang tak bisa diarahkan sesuai keinginan. Di sisi lain, justru ada yang mengganggu sel saraf pusat hingga mengontrol sistem koordinasi tubuh untuk bertinndak di luar dugaan.Memang gila. Bukan. Bodoh atau mungkin lebih tepatnya blo’on.Mati-matian Nayra membangun dinding kokoh agar tak kembali menjatuhkan hatinya pada Rayan, tapi runtuh dalam sesaat hanya dengan sedikit diberi perlakuan manis.Semua sakit di hatinya yang diberikan laki-laki itu, yang membuatnya terpukul selama sembilan tahun, seakan lebur begitu saja. Tergantikan oleh rasa bahagia yang meledak-ledak di hati saat tadi sore Rayan mengajaknya makan malam di apartemen laki-laki itu–hanya berdua.Nayra tersenyum miris. Perasaannya kembali terasa seperti ombak. Nyatanya dia memang sulit untuk menyerah meski sangat ingin. Setiap melihat Rayan, Nayra merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang kacau.Nayra tidak ingin pergi dar
********“Luna. . . ., ngapain di sini?” Nayra bertanya ragu sambil terus mengekori Rayan yang membimbingnya berjalan ke meja makan.“Dia cuma nganterin makanan dari bu Ratmi buat aku. Aku udah bilang, kan, kalau ibunya Luna itu pengasuh aku dulu? Kami masih berhubungan baik.”Nayra mengangguk-angguk mengerti, meski dalam hati tak suka dengan keberadaan Luna di apartemen Rayan.Rayan menarik kursi untuk Nayra, kemudian dia ikut duduk di hadapan gadis itu. “Bu Ratmi ngasih puding. Pudingnya enak. Kamu mau coba?”Nayra mengangguk setuju. Soal makanan Rayan tak banyak berubah. Sejak saling kenal, Rayan banyak menularkan gula kepada Nayra hingga akhirnya gadis itu kecanduan dan tak bisa lepas dari makanan ataupun minuman manis. Nayra tidak bisa menolak jika itu hal manis, termasuk sikap manis Rayan.Wangi aroma stoberi yang khas tercium hingga ke tempat Nayra duduk. Aromanya semakin kuat ketika Rayan menyodorkan sepotong puding strob
44.******** Sesampainya di depan gedung apartemen miliknya, Nayra bertemu dengan Noah yang menenteng kantong plastik berisi minuman bersoda di tangannya. Sepertinya Noah baru pulang dari minimarket.“Butuh hiburan?” Pertanyaan Noah menyapa Nayra begitu mereka berpapasan.Noah yang melihat kedatangan Nayra sejak turun dari mobil dengan raut wajah sedih dan langkah gontai, tidak bisa menahan diri untuk tidak menghampiri dan mencari tahu kenapa sahabat kesayangannya seperti itu.“Bisa nggak, sih, kamu pura-pura nggak tahu aja?” Sahut Nayra diiringi dengusan geli.Mungkin karena mereka selalu bersama sejak kecil, membuat Noah sangat peka padanya, seberusaha apa pun Nayra menyembunyikan perasaannya. Dengan usia yang sama, Noah selalu menjadi guardian angel baginya. Terlebih setelah Sean menikah dengan Sera, hubungan keduanya semakin erat sebagai saudara ipar.“Aku juga maunya pura-pura nggak tahu, tapi kamu muncul deng
45******** Pagi harinya, seperti biasa Nayra sudah tampil rapi dengan setelan kerjanya. Meski matanya sedikit bengkak karena hampir semalaman menangis, namun sama sekali tak mengurangi kadar kecantikannya. Dia keluar dari apartemen, menunggu petugas parkir mengambil mobil. Hari ini Nayra benar-benar sedang malas untuk mengambil mobilnya di sana.“Makasih, Pak.” Nayra memberi selembar uang seratus ribu sebagai tip.“Terima kasih kembali, Dokter Cantik.” Sahut petugas parkir itu dengan senyum semringah, sebelum kemudian berlalu pergi. Nayra hanya tersenyum tipis menanggapinya.Nayra menghampiri mobil dan bersiap untuk masuk. Tapi baru saja akan membuka pintu mobil, tuba-tiba dia dikejutkan dengan Rayan yang kini ada di hadapannya–menatapnya dengan tatapan dingin.Nayra heran, sejak kapan laki-laki itu datang? Kenapa dia tidak menyadarinya? Mungkin karena tadi Nayra melamun, sehingga tidak menyadari kedatangan Rayan.