********
“Luna. . . ., ngapain di sini?” Nayra bertanya ragu sambil terus mengekori Rayan yang membimbingnya berjalan ke meja makan.“Dia cuma nganterin makanan dari bu Ratmi buat aku. Aku udah bilang, kan, kalau ibunya Luna itu pengasuh aku dulu? Kami masih berhubungan baik.”Nayra mengangguk-angguk mengerti, meski dalam hati tak suka dengan keberadaan Luna di apartemen Rayan.Rayan menarik kursi untuk Nayra, kemudian dia ikut duduk di hadapan gadis itu. “Bu Ratmi ngasih puding. Pudingnya enak. Kamu mau coba?”Nayra mengangguk setuju. Soal makanan Rayan tak banyak berubah. Sejak saling kenal, Rayan banyak menularkan gula kepada Nayra hingga akhirnya gadis itu kecanduan dan tak bisa lepas dari makanan ataupun minuman manis. Nayra tidak bisa menolak jika itu hal manis, termasuk sikap manis Rayan.Wangi aroma stoberi yang khas tercium hingga ke tempat Nayra duduk. Aromanya semakin kuat ketika Rayan menyodorkan sepotong puding strob44.******** Sesampainya di depan gedung apartemen miliknya, Nayra bertemu dengan Noah yang menenteng kantong plastik berisi minuman bersoda di tangannya. Sepertinya Noah baru pulang dari minimarket.“Butuh hiburan?” Pertanyaan Noah menyapa Nayra begitu mereka berpapasan.Noah yang melihat kedatangan Nayra sejak turun dari mobil dengan raut wajah sedih dan langkah gontai, tidak bisa menahan diri untuk tidak menghampiri dan mencari tahu kenapa sahabat kesayangannya seperti itu.“Bisa nggak, sih, kamu pura-pura nggak tahu aja?” Sahut Nayra diiringi dengusan geli.Mungkin karena mereka selalu bersama sejak kecil, membuat Noah sangat peka padanya, seberusaha apa pun Nayra menyembunyikan perasaannya. Dengan usia yang sama, Noah selalu menjadi guardian angel baginya. Terlebih setelah Sean menikah dengan Sera, hubungan keduanya semakin erat sebagai saudara ipar.“Aku juga maunya pura-pura nggak tahu, tapi kamu muncul deng
45******** Pagi harinya, seperti biasa Nayra sudah tampil rapi dengan setelan kerjanya. Meski matanya sedikit bengkak karena hampir semalaman menangis, namun sama sekali tak mengurangi kadar kecantikannya. Dia keluar dari apartemen, menunggu petugas parkir mengambil mobil. Hari ini Nayra benar-benar sedang malas untuk mengambil mobilnya di sana.“Makasih, Pak.” Nayra memberi selembar uang seratus ribu sebagai tip.“Terima kasih kembali, Dokter Cantik.” Sahut petugas parkir itu dengan senyum semringah, sebelum kemudian berlalu pergi. Nayra hanya tersenyum tipis menanggapinya.Nayra menghampiri mobil dan bersiap untuk masuk. Tapi baru saja akan membuka pintu mobil, tuba-tiba dia dikejutkan dengan Rayan yang kini ada di hadapannya–menatapnya dengan tatapan dingin.Nayra heran, sejak kapan laki-laki itu datang? Kenapa dia tidak menyadarinya? Mungkin karena tadi Nayra melamun, sehingga tidak menyadari kedatangan Rayan.
********“Jangan pernah melihat laki-laki lain, apalagi pas bareng sama aku.” Ucap Rayan saat menyadari Nayra sedang melihat Noah yang masih berdiri menatap kepergian mereka dari kaca spion. Lalu dengan sengaja Rayan langsung menutup spionnya.Nayra hanya mendengus sebal, lantas dia memilih untuk melihat jalanan di depan, tanpa mengeluarkan kata-kata protes. Padahal, mulutnya sudah sangat gatal untuk melemparkan berbagai kata-kata kasar pada laki-laki yang sedang duduk di sebelahnya ini. Tapi perasaan marah dan kesal pada Rayan yang masih bercokol di hatinya membuat Nayra memilih untuk diam.“Bisa nggak, sih, kamu pindah aja dari apartemen kamu yang sekarang?”Nayra langsung menoleh ke arah Rayan dengan tatapan tak terima. Bukannya minta maaf karena kejadian tadi malam, laki-laki itu malah kembali menyulut emosinya dengan kalimat seperti ini.“Kenapa? Aku nggak bisa!”Rayan mendengus kesal.“Kebetulan gedung apartemen
********“Tia?”Nayra membaca nama yang tertera di undangan pernikahan yang baru saja Noah berikan. Alis gadis itu bertaut, berusaha mengingat-ingat orang yang mengundang mereka ke pesta pernikahan.“Teman sekelas kita, Nay. Yang dulu suka kamu ajarin. Waktu itu kamu jadi tutor sebaya dia.” Noah membantu mengingatkan. Dia dibuat gregetan sendiri, padahal dalam undangan terdapat foto Tia sangat jelas, tapi Nayra masih saja kesulitan mengingatnya.“Ohh, Tia yang itu. Wah, seru, nih, bisa sekalian reuni.” Nayra berseru senang saat berhasil menemukan Tia dalam memorinya. Sejenak dia terdiam, matanya fokus melihat waktu acara yang akan dilaksanakan minggu depan.“Tempatnya di mana?”Noah memutar bola matanya jengah, salah satu kebisaan Nayra adalah hanya membaca nama dan tanggal acara di undangan saja, selalu saja tak mau menuntaskan untuk membaca keseluruhannya. Dasar minim literasi.“Aku yakin kamu masih bisa baca, Nay.”“Ngapain susah-susah baca kalau kamu bisa ngasih tahu aku?” Ujar Na
********Bisma yang sedang berjalan di koridor melihat Nayra keluar dari balik pintu darurat dengan penampilan seperti kucing tercebur, tidak bisa untuk tidak menyapanya.“Kenapa basah kayak gitu? Kenapa juga harus lewat pintu darurat? Emang liftnya rusak?” “Tadi aku kehujanan di luar, lifnya nggak rusak, aku cuma mau olahraga.” Jawab Nayra dengan nada malas sembari berjalan bersisian dengan Bisma.“Kamu cepet-cepet ganti baju, deh. Kalau enggak, nanti bisa masuk angin. Lebih parah lagi flu atau demam.”Sudut bibir Nayra sedikit terangkat. Sikap perhatian Bisma yang terdengar cerewet itu cukup membuatnya terhibur. Mengingatkan Nayra pada sang kakak.“Aku tahu.” Bisma mengernyitkan alisnya bingung, sebab tak biasanya dia melihat Nayra dengan wajah masam dan kurang ramah seperti itu.“Kenapa merengut gitu. Ada masalah, Dokter Nayra yang cantik?”Malas menanggapi, Nayra mempercepat jalannya tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Bisma.“Smile, it’s a good day.” Bisma berusaha mensejaj
********“Seharusnya kamu nggak usah datang. Kamu, kan, bisa bilang sama Bunda kalau kamu sibuk.” Tutur Nayra pada Rayan yang kini sibuk memeriksa tekanan darahnya.“Aku nggak sibuk. Lagian aku nggak bisa bohong kayak kamu.”Rayan membereskan sphygmomanometernya, ucapannya penuh nada sindiran.Ingin sekali Nayra menyahuti ucapan Rayan, namun tubuhnya yang sakit tak cukup kuat untuk berdebat. Terlebih, di luar ada Bunda.“Pergi sana. Aku benci sama kamu.” Usir Nayra dengan suara lemah seraya menepis tangan Rayan yang hendak menyentuh dahinya. Nayra memalingkan wajahnya dari Rayan.“Nayra.” Rayan menatapnya tajam.“Aku udah bilang kamu pergi aja.”Rayan menggeram dalam hati, sebisa mungkin menahan emosi yang mulai meluap. Rayan benci sikap penolakan Nayra.“Kamu kayaknya lebih suka Noah yang ngobatin, ya?”Nayra mendelik, lalu mengubah posisinya membelakangi Rayan, dan menarik selimutnya hingga menutupi leher. “Aku rasa itu lebih baik.”Rayan yang tak suka akan jawaban Nayra hanya bisa
********Hari ini Nayra sudah kembali masuk kerja. Tubuhnya benar-benar sehat sekarang. Setelah beristirahat penuh selama dua hari, Nayra merasa semua energi di tubuhnya telah dikembalikan. Dia benar-benar bersemangat untuk menjalankan kembali aktivitasnya.Sebenarnya kemarin Nayra juga sudah sehat, tapi kedatangan Tante Lisa menahannya untuk pergi bekerja. Wanita paruh baya itu memaksa Nayra untuk beristirahat sehari lagi. Entah dari mana wanita paruh baya itu mengetahui dirinya sakit, Nayra tebak mungkin Rayan yang memberitahunya.Seharian Tante Lisa menemani Nayra istirahat, menggantikan Bunda yang harus pulang karena ada urusan mendesak. Di sela-sela menemaninya, Tante Lisa menunjukan katalog baju pengantin untuk pernikahannya dengan Rayan.Melihat Tante Lisa yang begitu antusias, Nayra tak tega untuk tidak menanggapinya. Tante Lida meminta Nayra memilih baju yang akan digunakannya nanti, dan dia mengatakan akan menyiapkan semuanya.“Ahh, tapi mending kamu sama Rayan langsung pili
********Malam harinya, Nayra datang ke restoran yang sudah Rayan reservasi. Tadi sore Rayan menelepon dan mengajak Nayra untuk makan malam di sana. Katanya, itu sebagai pengganti makan malam mereka yang kacau malam itu.Sebenarnya Nayra ingin menolak, tapi lagi-lagi tubuhnya tidak bisa dikendalikan. Mulut Nayra mengiyakan begitu saja menyetujui ajakan Rayan. Tak peduli kekacauan yang sedang terjadi dalam hubungan mereka. Padahal, Nayra masih sakit hati oleh sikap lembut Rayan yang menanangkan Luna di atap tadi siang.Nayra tampil anggun bak peri dari negeri dongeng dengan mengenakan blouse dan rok floral yang matching berbahan flowly. Tak lupa, dia juga memoles wajahnya dengan sedikit make up. Pewarna bibir koral membuat wajah Nayra terlihat lebih segar di keremangan malam.Cukup lama menunggu, Nayra bahkan sudah menghabiskan dua gelas jus. Namun, Rayan tak kunjung datang. Dia lihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah hampi