"Bukankah bosnya Kak Herkules itu Tuan John?"Tina tidak bisa menahan tawanya, lalu berkata, "Ardika, apakah kamu tahu siapa Tuan John? Dia adalah orang penting yang sangat berkuasa. Seorang bos preman yang bahkan harus dihormati oleh Ayahku. Beraninya kamu bilang Tuan John datang meminta maaf? Kamu ingin mati, ya?""Tina, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh ikut ke atas," jawab Ardika dengan santai. Namun, Tina malah memelototinya.Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Tony pun berkata sambil tersenyum, "Aku rasa dia melihat mobil Tuan John di depan pintu, jadi sengaja berkata seperti itu. Untung saja nggak ada orang luar di sini. Kalau sampai Tuan John mendengar ucapannya, kita semua akan mati."Semua orang langsung terkejut."Aku benar-benar nggak tahan lagi!" bentak Desi dengan kesal sambil menepuk meja. "Tiap hari hanya bisa bersikap bodoh seperti itu, memalukan saja! Cepat pergi, kalau nggak, aku akan menghajarmu.""Ardika, kamu pergi dulu .... Aku akan pulang setelah makan."
Tina tampak berseri-seri, dia juga ingin melihat orang penting tersebut."Luna, ayo kita tunggu di depan pintu lift," ajak Tina sambil menarik baju Luna."Nggak usah, aku akan pulang bersama Ardika ...."Setelah minum satu gelas anggur, wajah Luna yang sedikit mabuk tampak kemerahan.Tina pun menasihatinya dengan kesal, "Aduh, kenapa kamu terus memikirkan Ardika si idiot itu? Kali ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kalau kita bisa meninggalkan kesan baik untuk orang penting itu, utang keluarga kalian nggak perlu dikhawatirkan lagi, 'kan?""Hmm ... baiklah."Tak lama kemudian, Axel mengangkat panggilan telepon.Semua orang langsung menahan napas.Apakah orang penting tersebut akan turun?Setelah beberapa saat, Axel pun meletakkan ponselnya dengan ekspresi tak berdaya. Dia lalu berkata, "Ayahku baru saja meneleponku, dia bilang perjamuannya sudah selesai dan orang penting tersebut sudah pergi lebih awal.""Aduh, kita kurang beruntung, nggak bisa bertemu orang penting itu ...."Sem
Tina juga mendengkus dingin.Tony yang menyipitkan matanya tiba-tiba mengangguk, lalu berkata dengan nada bercanda, "Ardika, boleh juga. Kamu yang rayakan saja, biar aku bisa melihatnya."Tony malas berdebat dengan seorang pecundang.Lagi pula dengan keuangannya, selama Tony mau, dia bisa membuat Luna hidup mewah setiap hari.Kali ini, dia akan membiarkan Ardika mengacaukannya.Tanpa kekurangan yang ditunjukkan oleh si pecundang, kehebatan Tony tentu saja tidak terlihat, 'kan?Desi langsung mengabaikan Ardika, dia lalu bertanya, "Tony, apakah kamu bisa mengundang Kak Herkules ke pesta ulang tahun Luna? Kami harus berterima kasih kepadanya karena sudah membayar utang."Senyuman di wajah Tony langsung menghilang.Hari ini, dia sempat menelepon Herkules. Setelah memarahinya, Herkules langsung menutup telepon dengan kesal. Siapa sangka ternyata Herkules malah membayar utangnya, hal itu sudah cukup mengejutkan Tony.Mengundang Herkules ke ulang tahun Luna?Tony tidak percaya dia punya kehor
Apa?Utangnya sudah dibayar?Mana mungkin? Bukankah Herkules sudah marah?Wulan dan yang lainnya langsung bengong, bahkan Tuan Besar Basagita juga tertegun. Dia menggaruk telinga sambil bertanya, "Kalian ... kalian benar-benar berhasil mendapatkan uangnya?"Sambil mengangguk, Luna segera memberikan buktinya dengan hormat."Kakek, ini ceknya, Kakek lihat dulu."Setelah melihatnya beberapa kali, Tuan Besar Basagita pun menghela napas lega. Dia lalu mengangguk dan berkata, "Ini memang cek milik perusahaan Herkules."Ekspresi tegang di wajah setiap anggota Keluarga Basagita pun menjadi lebih lega.Kalau bisa mendapatkan uangnya, hal itu membuktikan bahwa Herkules tidak marah. Keluarga Basagita juga akan baik-baik saja."Huh! Kalian kira utangnya dibayar gara-gara kalian? Jangan mimpi!" Saat ini, Wulan tiba-tiba maju ke depan dan berkata, "Kalau bukan karena aku dipukul oleh Kak Herkules, mana mungkin kalian bisa mendapatkan uangnya?""Pasti karena Kak Herkules ingin meminta maaf kepadaku,
"Masih berpura-pura! Dari mana seorang idiot punya uang untuk membeli Hati Peri?"Sambil pamer ke arah Luna, Wulan pun berkata, "Nanti aku akan memakai Hati Peri untuk pesta ulang tahun, kemudian memakainya untuk tanda tangan kontrak dengan Grup Angkasa Sura. Bahagia sekali ...."Wisnu juga memuji adiknya, "Wulan, nantinya kamu akan menjadi wanita paling menarik perhatian di Kota Banyuli. Adapun beberapa orang, mereka bahkan nggak pantas berada di sisimu."Semua orang merasa iri. Tuan Muda David sangat baik hati, dia bahkan membelikan hadiah seperti Hati Peri.Kaya sekali.Ardika merasa kesabarannya sudah habis. Dia mengepalkan tangannya dan berjalan maju, tetapi dihentikan oleh Luna."Ardika, tenangkan dirimu.""Astaga, coba lihat tampang si idiot ini, dia ingin memukulku, ya?" ucap Wulan sambil berpura-pura takut."Kalau dia berani memukulku, aku akan menyuruh Kakek untuk mengusirnya dari Keluarga Basagita.""Gila! Orang idiot ini mau pukul orang."Tidak sedikit anggota Keluarga Basa
Yuni menerima kartu itu dengan ekspresi bingung, dia lalu bertanya, "Tuan Ardika, apakah ini kartu bank kami? Kenapa aku nggak pernah melihat yang warna hitam seperti ini?"Setelah Wulan dan David selesai bertransaksi, mereka pun mendekat ketika mendengar ucapan Yuni. Mereka juga melirik kartu bank di tangan Ardika."Haha, Ardika si pecundang ini, kamu ingin bertransaksi dengan kartu palsu, ya? Konyol sekali!"Wulan tertawa dengan keras. David juga ikut tersenyum sinis dan berkata kepada Amel, "Aku nggak tahan lagi, cepat usir si bodoh ini.""Baik, aku akan segera ...."Amel pun langsung mengangguk. Namun, ketika tatapannya jatuh di kartu hitam milik Ardika, dia langsung terdiam.Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tidak yakin, dia lalu merebut kartu hitam di tangan Ardika."Yuni, kamu jaga dulu. Aku akan menanyakan kepada pimpinan cabang."Setelah merebut kartunya, Amel melihat kartu itu beberapa kali, kemudian berlari ke atas tanpa menoleh ke belakang.Wulan berjalan mendekat dan
Desi menatap Ardika dengan penuh kebencian, napasnya juga tampak terengah-engah. Kemudian, dia tiba-tiba berlari ke dalam dapur, lalu kembali dengan pisau di tangannya."Masih saja membual! Kalau bukan idiot seperti kamu, kami nggak akan diusir dari Keluarga Basagita.""Hari ini, aku harus membunuhmu."Selesai bicara, Desi pun melemparkan pisau di tangannya."Bu! Apa yang kamu lakukan?" teriak Luna. Wajahnya sudah menjadi pucat karena terkejut.Jacky juga terkejut, dia tidak menyangka Desi akan melempar pisau.Ketika pisau hampir mengenainya, Ardika malah tampak tenang. Dia hanya sedikit memiringkan tubuhnya, pisau pun mengenai pintu dan terjatuh ke lantai."Astaga!"Terdengar seruan kaget dari depan pintu.Semua orang menoleh ke belakang, lalu menyadari orang yang datang adalah Tony."Tony? Kenapa kamu datang?"Desi segera menenangkan diri dan menyambutnya.Setelah terkejut, Tony langsung menenangkan diri. Dia berusaha tersenyum dan berkata, "Bibi, aku mendengar bahwa kalian dikeluark
Kompleks Anggrek.Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.Namun, dia masih terlihat miskin."Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat."Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.Desi lalu berkata dengan kesal, "Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?""Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta." Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, "Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi."Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat."Luna, selamat ulang tahun
Awalnya Raina masih sedikit menantikan kemunculan Ardika.Menurutnya, orang yang tinggal di Gunung Halfi, pantas menjadi kenalannya.Namun, sekarang setelah mendapati Ardika hanyalah seorang satpam, minatnya itu langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak.Dia bahkan malas untuk melirik Ardika."Futari, apa kamu yakin mau membawa kakak iparmu ini ke sana?""Perlu kamu ketahui, pertemuan malam ini adalah pertemuan para nona dan tuan muda, contohnya Tuan Muda Kalris dari Grup Goldis, Nona Rosa, putri wakil ketua Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan dan yang lainnya. Selain itu, juga ada Tuan Muda Werdi yang sangat menyukaimu itu.""Sepertinya kakak iparmu ini nggak cocok untuk ikut acara seperti itu, bukan?"Raina melontarkan kata-kata ini dengan nada bicara datar.Hubungan Keluarga Jokro dengan Futari sekeluarga cukup baik, tetua dari kedua keluarga sering berinteraksi dengan satu sama lain.Tidak lama lagi Futari sudah mulai masuk kuliah, itu juga sudah terbilang sebuah masyarak
Suasana hati Ardika langsung berubah menjadi baik. Sambil tersenyum, dia berkata, "Futari, aku baru datang ke ibu kota provinsi beberapa hari, masih sangat sibuk. Katakan saja, kamu mau makan apa, mau main apa, aku akan membawamu! Anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf dariku!"Setelah berinteraksi dengan Futari cukup lama, Ardika juga sudah sedikit berpengalaman dalam menghadapi gadis muda seperti adik iparnya ini."Nah, begini masih lumayan!"Futari mendengus dengan arogan, lalu berkata, "Karena kamu begitu tahu diri, nanti saat aku melapor pada Kak Luna, aku akan bilang kamu baik-baik saja di sini, nggak pergi menemui wanita.""Eh, aku memang nggak pergi menemui wanita sama sekali, oke?!"Ardika benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Makin lama, adik iparnya yang satu ini makin cerdas saja. Sekarang gadis muda itu sudah mulai "memerasnya"."Hehe, itu belum tentu, aku harus lihat dengan mata kepalaku sendiri!"Futari berkata dengan nada bicara arogan sekaligus malu-malu, "Begi
Beberapa orang staf pihak manajemen vila yang sedari tadi mengikuti manajer pria itu dari belakang, juga tercengang.Awalnya mereka melihat Sutandi sekeluarga melontarkan ejekan dan sindiran terhadap Ardika, jadi mereka sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Ardika jelas-jelas sudah mengatakan dirinya adalah pemilik vila nomor satu, bahkan vila tersebut adalah pemberian dari Jace untuknya. Akan tetapi, mereka hanya menganggap ucapan Ardika sebagai lelucon.Siapa sangka, itu benar-benar kebenaran."Pak ... Pak Gevon, apa kamu nggak salah? Ini adalah bocah miskin yang menyelinap masuk dengan berpura-pura menjadi kurir pesan antar!""Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri gurunya sekeluarga mengejeknya dan menyindirnya. Bahkan gurunya sendiri saja nggak percaya dia adalah pemilik vila ini!""Apa kamu yakin kamu nggak salah?!""Semua orang di ibu kota provinsi tahu pemilik vila nomor satu ini adalah Pak Jace. Bagaimana mungkin tokoh hebat seperti Pak Jace menghadiahkan vila untuk bo
Ekspresi Ardika langsung berubah menjadi dingin. "Sudah kubilang, kamu jangan menyesal ....""Oke, jangan bilang aku nggak memberimu kesempatan!"Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah disela oleh manajer pria itu. Sambil mengusap-usap wajahnya yang sebelumnya dihantam oleh kartu akses itu, dia mencibir dan berkata, "Serang! Usir bocah yang menyelinap masuk ini keluar!"Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membalas bocah itu.Begitu dia selesai berbicara, para petugas keamanan itu langsung menerjang ke arah Ardika dengan ganas.Sebagai petugas keamanan kompleks orang-orang kaya, tentu saja kemampuan mereka jauh melampaui petugas keamanan biasa di luar sana. Orang-orang ini adalah prajurit pensiunan.Namun, tentu saja mereka bukan tandingan Ardika."Bam ... bam ... bam ...."Dengan iringan serangkaian hantaman, disertai dengan serangkaian suara kesakitan teredam, para petugas keamanan itu langsung tergeletak tak berdaya di lantai.Berhubung para petugas keamanan ini
Area vila mewah di Gunung Halfi ini, memang ada larangan pesan antar masuk.Jadi, sama seperti Sutandi sekeluarga, manajer yang satu ini juga secara naluriah merasakan Ardika pasti menyelinap masuk dengan tujuan jahat.Ini adalah area orang-orang kaya ibu kota provinsi, orang-orang yang bisa tinggal di sini adalah tokoh hebat.Kalau sampai Ardika membuat masalah dan membuat tokoh-tokoh hebat itu tidak puas, saat itu tiba, dia tidak hanya akan kehilangan pekerjaannya, tetapi juga akan kehilangan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan tokoh hebat selamanya.Ardika mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Aku adalah pemilik vila nomor satu.""Kamu adalah pemilik vila?"Manajer pria itu tertegun sejenak, mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki berulang kali. Kemudian, dia meludah dan berkata, "Kamu? Apa kamu tahu berapa harga vila nomor satu ini?""Menurutku, mimpi pun kamu nggak akan bisa menghasilkan uang sebanyak itu!"Manajer ini sudah lama melayani
"Ardika, aku juga nggak ingin banyak bicara lagi.""Kalau kamu masih menganggapku sebagai gurumu, jangan bicara lagi.""Nanti, kamu ikut Jeslin pergi bekerja di Grup Goldis saja, jangan melakukan hal-hal seperti ini lagi.""Adapun mengenai vila ini ....""Suatu hari nanti setelah vila ini benar-benar menjadi milikmu, aku baru masuk dan duduk-duduk di dalam!"Setelah melontarkan kata-kata ini, Sutandi bahkan tidak berminat untuk melihat-lihat vila lagi. Dengan ekspresi masam, dia langsung pergi begitu saja."Sutandi, bagaimana kamu bisa seperti ini? Ardika sudah memberikan teh berkualitas baik yang dihadiahkan oleh Pak Jace untuknya sebagai bentuk bakti untukmu. Seharusnya kamu terima saja, lumayan masih bisa diracik."Leane melontarkan kata-kata itu dengan nada bicara menyindir. Dia langsung mengambil sekotak daun teh dalam genggaman Ardika itu, lalu segera mengejar suaminya."Sutandi, kamu juga sudah lihat sendiri, 'kan? Ardika si bocah itu bukan muridmu yang dulu itu lagi. Manusia bi
"Tapi, Ardika, aku mendapati kemampuan membualmu sudah makin meningkat.""Apa kamu tahu siapa pemilik vila nomor satu ini? Berani-beraninya kamu membual dengan mengatakan itu milikmu?!"Bahkan raut wajah Sutandi juga sudah berubah menjadi muram. Dia berkata dengan suara dalam, "Ardika, kamu sudah sedikit mengecewakanku!""Tahukah kamu vila nomor satu ini adalah milik Pak Jace?""Saat itu, Pak Jace baru saja menjabat sebagai wali kota, dia menangani sebuah kasus yang besar. Ada orang yang menghadiahkan vila ini kepada Pak Jace untuk menyuapnya. Pak Jace langsung menyerahkan vila ini kepada publik, bahkan mengumumkan hal ini. Kasus ini menimbulkan kegemparan besar.""Setelahnya, untuk memperingatkan semua orang, juga untuk menunjukkan kepada orang luar bahwa dirinya nggak kekurangan uang, serta ingin menghentikan aksi orang-orang yang ingin menyuapnya, Pak Jace langsung mengeluarkan uang sendiri untuk membeli vila nomor satu ini. Sejak saat itu, vila ini selalu dalam keadaan kosong.""Se
"Apa dia bahkan bisa menghasilkan 20 miliar seumur hidupnya?""Kalian pamer seperti ini, bagaimana perasaan Ardika?""Bahkan pekerjaan saja, dia membutuhkan bantuan pengaturan dari Jeslin. Barang-barang seperti ini sangat jauh dari dunianya. Sebaiknya kita bicarakan saja hal-hal seperti ini di rumah, jangan di hadapannya."Kalau orang lain, contohnya saja tetangga mereka sebelumnya, Leane tidak keberatan untuk pamer, dia bahkan akan pamer besar-besaran.Namun, dia merasa tidak perlu melakukan itu di hadapan Ardika.Bocah itu seperti permen karet saja. Demi mendekati Jeslin, sampai-sampai membuntuti mereka sekeluarga.Kalau sampai bocah itu mengetahui keluarga mereka sangat kaya dan terus menempel pada keluarga mereka dengan tidak tahu malu, saat itu tiba, apa yang harus dia lakukan?Mengingat hari-hari Ardika menempel pada keluarganya, Leane benar-benar "merinding".Hal yang lebih penting lagi adalah, bocah ini adalah murid Sutandi. Dia bisa menggunakan alasan mengunjungi guru untuk me
Saat ini, Sutandi sekeluarga menatap Ardika dengan agak terkejut. Mereka tidak menyangka bisa bertemu dengan Ardika di sini.Area Gunung Halfi ini adalah area khusus orang kaya ibu kota provinsi.Jangankan membeli rumah di sini, orang biasa bahkan tidak mampu membeli sebuah kamar kecil di sini.Ardika juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Sutandi sekeluarga di sini. Dia menoleh, berjalan menghampiri mereka, lalu menyapa mereka sambil tersenyum, "Pak Sutandi, Bibi Leane, apa kalian sudah makan siang?""Sudah."Sutandi mengangguk."Apa mungkin kamu nggak tahu kami sudah makan atau belum?"Leane mendengus, tetap menunjukkan ekspresi jijik.Dia merasa Ardika pasti diam-diam mengikuti mereka sekeluarga ke sini, sekarang pria itu hanya berpura-pura seolah-olah bertemu mereka tanpa sengaja.Jelas-jelas dia sudah memperingatkan pria itu, tetapi pria itu masih saja berani menargetkan Jeslin.Dalam lubuk hatinya, Leane sedang memikirkan cara untuk mengusir Ardika pergi, agar pria itu tidak mu