Area vila mewah di Gunung Halfi ini, memang ada larangan pesan antar masuk.Jadi, sama seperti Sutandi sekeluarga, manajer yang satu ini juga secara naluriah merasakan Ardika pasti menyelinap masuk dengan tujuan jahat.Ini adalah area orang-orang kaya ibu kota provinsi, orang-orang yang bisa tinggal di sini adalah tokoh hebat.Kalau sampai Ardika membuat masalah dan membuat tokoh-tokoh hebat itu tidak puas, saat itu tiba, dia tidak hanya akan kehilangan pekerjaannya, tetapi juga akan kehilangan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan tokoh hebat selamanya.Ardika mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Aku adalah pemilik vila nomor satu.""Kamu adalah pemilik vila?"Manajer pria itu tertegun sejenak, mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki berulang kali. Kemudian, dia meludah dan berkata, "Kamu? Apa kamu tahu berapa harga vila nomor satu ini?""Menurutku, mimpi pun kamu nggak akan bisa menghasilkan uang sebanyak itu!"Manajer ini sudah lama melayani
Ekspresi Ardika langsung berubah menjadi dingin. "Sudah kubilang, kamu jangan menyesal ....""Oke, jangan bilang aku nggak memberimu kesempatan!"Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah disela oleh manajer pria itu. Sambil mengusap-usap wajahnya yang sebelumnya dihantam oleh kartu akses itu, dia mencibir dan berkata, "Serang! Usir bocah yang menyelinap masuk ini keluar!"Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membalas bocah itu.Begitu dia selesai berbicara, para petugas keamanan itu langsung menerjang ke arah Ardika dengan ganas.Sebagai petugas keamanan kompleks orang-orang kaya, tentu saja kemampuan mereka jauh melampaui petugas keamanan biasa di luar sana. Orang-orang ini adalah prajurit pensiunan.Namun, tentu saja mereka bukan tandingan Ardika."Bam ... bam ... bam ...."Dengan iringan serangkaian hantaman, disertai dengan serangkaian suara kesakitan teredam, para petugas keamanan itu langsung tergeletak tak berdaya di lantai.Berhubung para petugas keamanan ini
Beberapa orang staf pihak manajemen vila yang sedari tadi mengikuti manajer pria itu dari belakang, juga tercengang.Awalnya mereka melihat Sutandi sekeluarga melontarkan ejekan dan sindiran terhadap Ardika, jadi mereka sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Ardika jelas-jelas sudah mengatakan dirinya adalah pemilik vila nomor satu, bahkan vila tersebut adalah pemberian dari Jace untuknya. Akan tetapi, mereka hanya menganggap ucapan Ardika sebagai lelucon.Siapa sangka, itu benar-benar kebenaran."Pak ... Pak Gevon, apa kamu nggak salah? Ini adalah bocah miskin yang menyelinap masuk dengan berpura-pura menjadi kurir pesan antar!""Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri gurunya sekeluarga mengejeknya dan menyindirnya. Bahkan gurunya sendiri saja nggak percaya dia adalah pemilik vila ini!""Apa kamu yakin kamu nggak salah?!""Semua orang di ibu kota provinsi tahu pemilik vila nomor satu ini adalah Pak Jace. Bagaimana mungkin tokoh hebat seperti Pak Jace menghadiahkan vila untuk bo
Suasana hati Ardika langsung berubah menjadi baik. Sambil tersenyum, dia berkata, "Futari, aku baru datang ke ibu kota provinsi beberapa hari, masih sangat sibuk. Katakan saja, kamu mau makan apa, mau main apa, aku akan membawamu! Anggap saja sebagai bentuk permintaan maaf dariku!"Setelah berinteraksi dengan Futari cukup lama, Ardika juga sudah sedikit berpengalaman dalam menghadapi gadis muda seperti adik iparnya ini."Nah, begini masih lumayan!"Futari mendengus dengan arogan, lalu berkata, "Karena kamu begitu tahu diri, nanti saat aku melapor pada Kak Luna, aku akan bilang kamu baik-baik saja di sini, nggak pergi menemui wanita.""Eh, aku memang nggak pergi menemui wanita sama sekali, oke?!"Ardika benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Makin lama, adik iparnya yang satu ini makin cerdas saja. Sekarang gadis muda itu sudah mulai "memerasnya"."Hehe, itu belum tentu, aku harus lihat dengan mata kepalaku sendiri!"Futari berkata dengan nada bicara arogan sekaligus malu-malu, "Begi
Awalnya Raina masih sedikit menantikan kemunculan Ardika.Menurutnya, orang yang tinggal di Gunung Halfi, pantas menjadi kenalannya.Namun, sekarang setelah mendapati Ardika hanyalah seorang satpam, minatnya itu langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak.Dia bahkan malas untuk melirik Ardika."Futari, apa kamu yakin mau membawa kakak iparmu ini ke sana?""Perlu kamu ketahui, pertemuan malam ini adalah pertemuan para nona dan tuan muda, contohnya Tuan Muda Kalris dari Grup Goldis, Nona Rosa, putri wakil ketua Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan dan yang lainnya. Selain itu, juga ada Tuan Muda Werdi yang sangat menyukaimu itu.""Sepertinya kakak iparmu ini nggak cocok untuk ikut acara seperti itu, bukan?"Raina melontarkan kata-kata ini dengan nada bicara datar.Hubungan Keluarga Jokro dengan Futari sekeluarga cukup baik, tetua dari kedua keluarga sering berinteraksi dengan satu sama lain.Tidak lama lagi Futari sudah mulai masuk kuliah, itu juga sudah terbilang sebuah masyarak
Namun, Raina malah tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia bahkan malas untuk melirik Ardika. Dia hanya bertanya sekali lagi, "Futari, apa kamu yakin mau mengajak kakak iparmu yang kampungan ini?""Kamu harus memikirkannya dengan baik. Orang-orang yang menghadiri pertemuan malam ini adalah para nona dan tuan muda dengan relasi yang luas dan pengaruh yang kuat di ibu kota provinsi. Selama kamu bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang ini, pasti akan sangat membantu di kemudian hari.""Sedangkan kakak iparmu ini sama sekali bukan orang yang satu dunia dengan orang-orang itu. Kalau dia pergi ke Hainiken pun, hanya cocok untuk berinteraksi dengan para penjaga pintu itu!""Kalau dia ikut bersamamu, membuat keributan dan menjadi bahan tertawaan, bahkan kamu juga akan ikut menjadi bahan tertawaan.""Apa kamu benar-benar nggak khawatir?"Ardika hanya mengangkat alisnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun.Kalau bukan karena Futari mengatakan hubungan wanita itu dengan keluarga Futari san
Namun, Raina berpikir lagi. 'Setelah sampai di Hainiken dan melihat situasi di sana, si Ardika ini pasti nggak akan bisa mengucapkan kata-kata seperti ini lagi.'Hanya seorang kakak ipar penjaga pintu seperti Ardika, pasti tidak akan bisa memengaruhi Werdi dan Futari malam ini.Setelah berpikir demikian, Raina sudah tenang. Setelah Futari masuk ke dalam mobil, dia langsung menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya.Futari duduk di kursi penumpang samping pengemudi. Sambil berbalik, menyandarkan dadanya pada kursi, dia bertanya dengan penasaran, "Kak Ardika, mengapa kamu berada di kompleks vila Gunung Halfi? Kamu tinggal di vila yang mana? Apa vila itu cukup besar? Bagaimana kalau kamu atur sebuah kamar untukku, agar aku bisa mengawasimu dengan baik?""Yah, kebetulan, ayah dan ibuku, serta pamanku dan yang lainnya terus mengomeliku sepanjang hari. Aku sudah nggak tahan lagi."Tentu saja Futari tahu kemampuan Ardika.Walaupun kakak iparnya itu tidak mungkin begitu sampai di ibu kota
Namun, Raina sama sekali tidak menyadari Ardika hanya menanggapinya dengan santai. Dia malah merasa Ardika sudah rendah diri. Dalam sekejap, dia diliputi perasaan unggul sekaligus bangga."Ardika, tahukah kamu biaya konsumsi di Hainiken sangat tinggi. Di dalam sana, bahkan hanya segelas air saja, harganya bisa mencapai ratusan ribu.""Tapi, kamu nggak perlu khawatir, karena biaya konsumsi malam ini akan ditanggung oleh Nona Rosa.""Apa kamu tahu siapa Nona Rosa? Nona Rosa adalah putri Pak Wilgo, wakil ketua Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan. Malam ini adalah pesta ulang tahunnya. Aku adalah teman baiknya, jadi aku juga diundang!""Satu hal lagi, orang-orang yang hadir malam ini adalah para nona dan tuan muda, serta tokoh-tokoh penting dunia seni. Futari sudah masuk ke Fakultas Seni Universitas Denpapan. Kelak, orang-orang ini pasti bisa membantunya.""Jadi, Ardika, saat kamu sudah masuk ke dalam nanti, jaga sikapmu. Jangan bertindak sembarangan, juga jangan bicara sembarangan.
Mendengar ucapan Raina, Futari sudah merasa kecewa sepenuhnya terhadap wanita itu. Saking kesalnya, dia mengentakkan kakinya dan berkata, "Aku nggak melakukan kesalahan apa pun! Atas dasar apa aku harus meminta maaf?!""Satu hal lagi, meminta kakak iparku untuk berlutut dan bersujud padanya? Werdi nggak berhak untuk itu!"Mendengar ucapan ini, Raina langsung membelalak kaget, lalu berkata dengan panik, "Kamu ... dasar gadis bodoh ini, bagaimana kamu bisa berbicara seperti ini?!""Nggak berhak?"Saat ini, Werdi yang baru saja mengetahui identitas Ardika dari seorang pengikutnya, menoleh ke arah Ardika, menatap Ardika dengan lekat, lalu terkekeh dengan dingin. "Aku nggak berhak meminta orang kampungan dari Kota Banyuli untuk berlutut?""Sedang bercanda, ya?"Suara Werdi berubah menjadi sangat dingin.Semua orang tahu ucapan Futari ini sudah menyulut amarah Werdi.Werdi, Tuan Muda Keluarga Gunardi yang kaya dan berkuasa. Ada banyak orang yang bahkan tidak punya kesempatan untuk berlutut d
Werdi adalah tipe orang yang sangat arogan. Tidak peduli ke mana pun dirinya pergi, dia menyukai sensasi dikerumuni oleh sekelompok orang bagaikan seorang bintang.Orang-orang ini adalah pengikutnya.Sejak melihat Futari pada pertemuan sebelumnya, Werdi sudah tertarik pada gadis muda itu.Werdi berasal dari Keluarga Gunardi yang merupakan keluarga kelas satu di ibu kota provinsi. Sejak kecil, dia sudah sangat dimanjakan oleh keluarganya, seakan-akan apa pun yang diinginkannya akan dikabulkan.Itulah yang menyebabkan sosok tuan muda yang satu ini menjadi begitu arogan dan semena-mena.Selama itu adalah sesuatu yang diinginkannya, baik barang maupun wanita, harus didapatkannya!Apa pun yang terjadi, Futari adalah wanita yang tidak akan dilepaskannya.Jadi, sebelumnya dia sudah mengeluarkan pernyataan di kalangan mereka.Futari adalah wanitanya. Kalau ada yang berani menargetkan Futari, itu artinya orang tersebut menjadi musuhnya!Di pertemuan hari itu, ada banyak tuan muda yang diam-diam
Melihat raut wajah Werdi seperti sudah dilapisi oleh selapis es itu, Raina tahu malam ini tamat sudah riwayat Ardika!Dia segera berjalan dari kerumunan, menuju ke sudut ruangan itu, lalu berkata dengan ekspresi dingin, "Futari, apa yang kamu lakukan di sini? Tuan Muda Werdi sudah datang, dia bahkan sudah membantumu menangani masalah.""Bukannya berterima kasih padanya, kamu malah bersembunyi di sini dan bermesraan dengan si Ardika ini?"Dia sengaja tidak mengungkapkan identitas Ardika sebagai kakak ipar Futari, karena ingin memanas-manasi situasi.Tadi saat dia pergi untuk mempermainkan riasan wajahnya, dia sudah mengetahui dari seorang teman, dia bisa ditampar oleh Mitha karena Ardika.Mitha sudah menerima hukumannya, tetapi Ardika masih baik-baik saja.Jadi, dia ingin membalas pria itu!"Oh."Begitu Futari mendongak, dia sudah melihat Werdi berjalan kemari dengan memasang ekspresi dingin. Dia buru-buru berterima kasih pada pria itu. "Terima kasih, Tuan Muda Werdi!""Tuan Muda Werdi,
Mitha melemparkan sorot mata memohon bantuan ke arah Kalris. Melihat Kalris tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia segera melangkah maju dengan ketakutan. "Tu ... Tuan Muda Werdi, maaf, aku nggak tahu Nona Futari adalah wanitanya Tuan Muda!""Kalau nggak, biarpun aku diberi 800 nyali, aku juga nggak akan berani mengucapkan kalimat seperti itu!""Saking emosinya karena dipukul orang, aku mengucapkan kalimat itu tanpa berpikir dua kali."Werdi mengangkat alisnya, lalu berkata, "Oh, ternyata Bu Mitha, ya. Sialan! Apa kamu nggak dipuaskan oleh kakakku, sampai-sampai memendam kekesalan dan memprovokasi wanita pilihanku!""Menjualnya ke rumah bordil? Percaya atau nggak, malam ini aku akan mengirimmu ke Negara Jepara untuk menjalani 'syuting' film dewasa!"Werdi sangat arogan. Begitu membuka mulutnya, dia langsung melontarkan kata-kata makian terhadap Mitha.Dia sama sekali tidak menganggap serius Mitha, yang merupakan manajer Hainiken ini.Tidak perlu dipertanyakan lagi, Mitha memang sudah
Raina tidak mendengar percakapan antara Mitha dan Ardika sebelumnya, tentu saja dia tidak tahu ucapan Ardika ini dipenuhi dengan sindiran.Melihat ekspresi Mitha makin lama makin muram, Raina berkata, "Bu Mitha, tolong pertimbangkan aku ....""Plak ...."Mitha langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Raina dengan punggung tangannya. "Mempertimbangkan kamu? Memangnya aku perlu mempertimbangkan kamu?!""Bocah, berani-beraninya kamu memukulku! Kalau hari ini aku nggak mematahkan satu lenganmu, aku akan mengikuti nama belakangmu!"Mitha menatap Ardika dengan tatapan penuh amarah.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya, mengambil dua lembar foto Ardika. Sangat jelas dia berencana memanggil orang dari luar untuk memberi Ardika pelajaran.Bagaikan induk ayam yang melindungi anak ayam, Futari merentangkan kedua lengannya, melindungi Ardika di belakangnya. Dia memelototi Mitha dengan ekspresi penuh amarah dan berkata, "Eh, wanita tua, jangan kira aku nggak tahu, pasti kamu yang memprovokasi ka
Semua orang di tempat tersebut, termasuk Kalris, tampak tercengang.Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Mitha si manajer Hainiken yang satu ini, biarpun ketua preman yang bertemu dengannya, juga perlu mempertimbangkannya. Selain itu, atasannya adalah Timnu, yang merupakan seorang ketua preman besar di dunia preman.Karena itulah, bahkan mereka yang merupakan orang-orang kalangan kelas atas pun, tidak berani menyinggung orang seperti ini sembarangan.Namun, di bawah tatapan banyak orang, Ardika malah langsung menampar Mitha.Bagaimana dia berani?"Kamu ... berani-beraninya kamu memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, Mitha yang terduduk di lantai menatap Ardika dengan ekspresi tidak percaya. Dia bahkan kesulitan untuk bereaksi."Maaf, aku minta maaf padamu," ujar Ardika dengan "tulus"."Bukankah kamu sendiri yang bilang minta maaf ada gunanya?"Melihat Ardika hanya berpura-pura, sama sekali tidak tulus meminta maaf padanya, sekujur tubuh Mitha sampai gemetaran saking kesalnya."Ahhh
"Ardika, 'kan? Aku juga nggak ingin banyak omong kosong lagi denganmu. Mulai hari ini, aku harap nggak bertemu lagi denganmu di Hainiken, termasuk di depan pintu utama.""Aku yang membayarkan ongkos taksimu.""Silakan pergi dari sini. Jangan sampai karena kamu, suasana hati semua orang malam ini malah rusak."Saat berbicara, Mitha meminta anak buahnya untuk membawakan selembar kupon taksi Hainiken. Kemudian, dia langsung melemparkannya ke bawah kaki Ardika."Hahaha ...."Menyaksikan pemandangan itu, orang-orang di sekeliling tempat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak."Kalau bukan karena takut kamu membuat kami malu, sebenarnya membiarkan bocah sepertimu di sini juga lumayan bagus. Paling nggak, karena ada orang kampungan yang tiba-tiba muncul di kalangan kami, jadi ada banyak pertunjukan menarik untuk kami tonton!""Bukan hanya makan dan minum gratis di Hainiken, bahkan ongkos taksi juga dibayarkan, di mana lagi ada hal baik seperti ini?""Kini temperamen Mitha sudah sangat baik.
Saat ini, Kalris juga berjalan menghampiri bersama beberapa orang rekannya.Dia melirik Ardika dengan sorot mata senang, lalu berkata pada orang-orang di sekelilingnya dengan volume suara keras, "Semuanya, maaf, ya. Aku kenal orang ini, dia adalah murid seorang tetuaku. Yah, dia baru datang dari kampung, nggak paham aturan kota.""Sebelumnya, dia juga mengunjungi rumah tetuaku itu untuk makan dan minum gratis. Hari ini, nggak tahu mengapa, dia malah datang ke sini untuk makan dan minum gratis lagi.""Walau dia nggak punya hubungan apa pun denganku, bagaimanapun juga aku mengenalnya. Dia nggak tahu aturan, aku nggak bisa nggak tahu aturan.""Sudah merusak suasana hati kalian, aku benar-benar minta maaf."Banyak orang yang mengenal Kalris, mereka tahu hubungannya dengan Rosa.Tentu saja orang-orang ini akan mempertimbangkannya."Tuan Muda Kalris, kamu benar-benar terlalu sungkan! Kamu hanya mengenalnya, bukan ayahnya, nggak perlu mewakilinya meminta maaf!""Ya, benar! Orang kampungan sep
Ardika mengalihkan pandangannya, melirik wanita itu sekilas. Kemudian, dia kembali menundukkan kepalanya, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil sepotong melon. Dia berkata dengan santai, "Oh? Makan saja butuh undangan? Bahkan butuh ada orang yang membawa masuk?""Kamu nggak bertanya pada orang lain, tapi malah langsung menghampiriku.""Bu Mitha, 'kan?""Bisakah aku beranggapan kamu sengaja menekanku?"Kalau Mitha berbicara baik-baik dengannya, tentu saja Ardika juga akan menanggapinya dengan sungkan.Namun, begitu datang menghampirinya, wanita yang satu ini langsung bersikap arogan, tentu saja Ardika tidak akan membiarkannya begitu saja.Mitha mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak. Dia sama sekali tidak mendapati ada keunggulan apa pun dalam diri pemuda ini, bahkan auranya juga tidak sesuai dengan orang-orang di tempat ini.Intinya, bagi Mitha yang sudah terbiasa berinteraksi, melayani orang, serta membaca orang, Ardika sama sekali tidak cocok dengan ling