Mitha melemparkan sorot mata memohon bantuan ke arah Kalris. Melihat Kalris tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia segera melangkah maju dengan ketakutan. "Tu ... Tuan Muda Werdi, maaf, aku nggak tahu Nona Futari adalah wanitanya Tuan Muda!""Kalau nggak, biarpun aku diberi 800 nyali, aku juga nggak akan berani mengucapkan kalimat seperti itu!""Saking emosinya karena dipukul orang, aku mengucapkan kalimat itu tanpa berpikir dua kali."Werdi mengangkat alisnya, lalu berkata, "Oh, ternyata Bu Mitha, ya. Sialan! Apa kamu nggak dipuaskan oleh kakakku, sampai-sampai memendam kekesalan dan memprovokasi wanita pilihanku!""Menjualnya ke rumah bordil? Percaya atau nggak, malam ini aku akan mengirimmu ke Negara Jepara untuk menjalani 'syuting' film dewasa!"Werdi sangat arogan. Begitu membuka mulutnya, dia langsung melontarkan kata-kata makian terhadap Mitha.Dia sama sekali tidak menganggap serius Mitha, yang merupakan manajer Hainiken ini.Tidak perlu dipertanyakan lagi, Mitha memang sudah
Melihat raut wajah Werdi seperti sudah dilapisi oleh selapis es itu, Raina tahu malam ini tamat sudah riwayat Ardika!Dia segera berjalan dari kerumunan, menuju ke sudut ruangan itu, lalu berkata dengan ekspresi dingin, "Futari, apa yang kamu lakukan di sini? Tuan Muda Werdi sudah datang, dia bahkan sudah membantumu menangani masalah.""Bukannya berterima kasih padanya, kamu malah bersembunyi di sini dan bermesraan dengan si Ardika ini?"Dia sengaja tidak mengungkapkan identitas Ardika sebagai kakak ipar Futari, karena ingin memanas-manasi situasi.Tadi saat dia pergi untuk mempermainkan riasan wajahnya, dia sudah mengetahui dari seorang teman, dia bisa ditampar oleh Mitha karena Ardika.Mitha sudah menerima hukumannya, tetapi Ardika masih baik-baik saja.Jadi, dia ingin membalas pria itu!"Oh."Begitu Futari mendongak, dia sudah melihat Werdi berjalan kemari dengan memasang ekspresi dingin. Dia buru-buru berterima kasih pada pria itu. "Terima kasih, Tuan Muda Werdi!""Tuan Muda Werdi,
Werdi adalah tipe orang yang sangat arogan. Tidak peduli ke mana pun dirinya pergi, dia menyukai sensasi dikerumuni oleh sekelompok orang bagaikan seorang bintang.Orang-orang ini adalah pengikutnya.Sejak melihat Futari pada pertemuan sebelumnya, Werdi sudah tertarik pada gadis muda itu.Werdi berasal dari Keluarga Gunardi yang merupakan keluarga kelas satu di ibu kota provinsi. Sejak kecil, dia sudah sangat dimanjakan oleh keluarganya, seakan-akan apa pun yang diinginkannya akan dikabulkan.Itulah yang menyebabkan sosok tuan muda yang satu ini menjadi begitu arogan dan semena-mena.Selama itu adalah sesuatu yang diinginkannya, baik barang maupun wanita, harus didapatkannya!Apa pun yang terjadi, Futari adalah wanita yang tidak akan dilepaskannya.Jadi, sebelumnya dia sudah mengeluarkan pernyataan di kalangan mereka.Futari adalah wanitanya. Kalau ada yang berani menargetkan Futari, itu artinya orang tersebut menjadi musuhnya!Di pertemuan hari itu, ada banyak tuan muda yang diam-diam
Mendengar ucapan Raina, Futari sudah merasa kecewa sepenuhnya terhadap wanita itu. Saking kesalnya, dia mengentakkan kakinya dan berkata, "Aku nggak melakukan kesalahan apa pun! Atas dasar apa aku harus meminta maaf?!""Satu hal lagi, meminta kakak iparku untuk berlutut dan bersujud padanya? Werdi nggak berhak untuk itu!"Mendengar ucapan ini, Raina langsung membelalak kaget, lalu berkata dengan panik, "Kamu ... dasar gadis bodoh ini, bagaimana kamu bisa berbicara seperti ini?!""Nggak berhak?"Saat ini, Werdi yang baru saja mengetahui identitas Ardika dari seorang pengikutnya, menoleh ke arah Ardika, menatap Ardika dengan lekat, lalu terkekeh dengan dingin. "Aku nggak berhak meminta orang kampungan dari Kota Banyuli untuk berlutut?""Sedang bercanda, ya?"Suara Werdi berubah menjadi sangat dingin.Semua orang tahu ucapan Futari ini sudah menyulut amarah Werdi.Werdi, Tuan Muda Keluarga Gunardi yang kaya dan berkuasa. Ada banyak orang yang bahkan tidak punya kesempatan untuk berlutut d
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
Suara keras terdengar dari ujung telepon, seolah-olah ada meja dan kursi yang terbalik.Draco pun menjawab dengan nada gemetar, "Bos, ini benar-benar kamu? Ke mana saja kamu?""Selama ini, bos nggak ada kabar sama sekali. Teman-teman juga sangat panik.""Tapi, identitasmu sangat rahasia. Tanpa perintah, kami nggak berani pergi mencarimu."Sambil menghela napas, Ardika lalu menjawab, "Aku bertemu beberapa orang licik. Nggak masalah, sekarang aku sudah pulih.""Ada orang yang ingin mencelakakanmu? Siapa? Bos, berikan perintah! Aku akan bawa teman-teman untuk meratakan mereka," bentak Draco."Nggak perlu," jawab Ardika dengan ekspresi dingin. Terkait masalah Keluarga Mahasura, dia tidak ingin menggunakan bantuan dari luar. Semua ini harus diselesaikan oleh Ardika sendiri."Ada satu hal yang perlu kamu lakukan.""Malam ini, segera bawa Grup Angkasa Sura ke Kota Banyuli.""Selain itu, umumkan bahwa kita akan berinvestasi 20 triliun di Kota Banyuli."Selama tiga tahun bergabung dengan milite
"Ardika, jangan-jangan ... kamu sudah pulih?"Melihat tatapan Ardika yang jernih, Luna menutup mulutnya dengan tangan dan tampak tidak percaya."Ya, aku sudah pulih, sayang."Ardika menatap ke arah Luna, dia yang begitu tegas dalam medan perang, ternyata bisa merasa sedih juga.Seketika, air mata mengenang di mata Luna. Rasa bahagia membuatnya ikut menangis.Ardika langsung memeluk Luna. Beberapa tahun ini, Luna sudah menderita."Huh! Memangnya kenapa kalau sudah pulih?"Wulan berkata dengan sinis, "Dia tetap saja seorang pecundang."Sambil berkata, Wulan kembali duduk di kursinya. Sambil menunjuk kursi lipat di pojokan, dia pun berkata, "Duduk sana! Berkontribusi 20 triliun? Jangan membuatku tertawa."Ketika Ardika yang mengernyit ingin berkata, Luna segera menghentikannya dan menariknya untuk duduk.Mereka berempat duduk di kursi lipat yang ada di pojokan. Melihat makanan yang mahal dan enak di meja lain, di atas meja mereka hanya ada empat mangkuk mi.Melihat suasana yang begitu hid
Melihat Ardika yang percaya diri, Luna pun merasa ragu. Setelah memikirkan kondisi keluarganya sekarang, dia pun menggertakkan gigi, lalu berdiri dan berkata, "Kakek, aku akan pergi menagih utang.""Kamu! Kamu sudah gila, ya? Kalau sampai wajahmu rusak karena dipukul Kak Herkules, Tuan Muda Tony pasti akan meninggalkanmu."Desi langsung panik.Semua orang terkejut, bahkan Tuan Besar Basagita juga tidak menyangka Luna akan menyetujuinya.Wisnu dan yang lain hanya mendengkus dingin.Wisnu tiba-tiba mengeluarkan sepuluh ribu dari sakunya, lalu dilemparkan ke kaki Luna sambil berkata, "Melihat keberanianmu itu, aku kasih sepuluh ribu untuk naik transportasi umum."Wulan juga menyilangkan tangannya di dada, lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Kamu sendiri yang mau pergi, ya? Kalau dihajar sampai lumpuh, jangan bilang Keluarga Basagita yang memaksamu."Ardika melirik beberapa orang itu dengan tatapan dingin. Dia tidak ingin memedulikan orang-orang tidak penting ini.Ardika langsung berd
Mendengar ucapan Raina, Futari sudah merasa kecewa sepenuhnya terhadap wanita itu. Saking kesalnya, dia mengentakkan kakinya dan berkata, "Aku nggak melakukan kesalahan apa pun! Atas dasar apa aku harus meminta maaf?!""Satu hal lagi, meminta kakak iparku untuk berlutut dan bersujud padanya? Werdi nggak berhak untuk itu!"Mendengar ucapan ini, Raina langsung membelalak kaget, lalu berkata dengan panik, "Kamu ... dasar gadis bodoh ini, bagaimana kamu bisa berbicara seperti ini?!""Nggak berhak?"Saat ini, Werdi yang baru saja mengetahui identitas Ardika dari seorang pengikutnya, menoleh ke arah Ardika, menatap Ardika dengan lekat, lalu terkekeh dengan dingin. "Aku nggak berhak meminta orang kampungan dari Kota Banyuli untuk berlutut?""Sedang bercanda, ya?"Suara Werdi berubah menjadi sangat dingin.Semua orang tahu ucapan Futari ini sudah menyulut amarah Werdi.Werdi, Tuan Muda Keluarga Gunardi yang kaya dan berkuasa. Ada banyak orang yang bahkan tidak punya kesempatan untuk berlutut d
Werdi adalah tipe orang yang sangat arogan. Tidak peduli ke mana pun dirinya pergi, dia menyukai sensasi dikerumuni oleh sekelompok orang bagaikan seorang bintang.Orang-orang ini adalah pengikutnya.Sejak melihat Futari pada pertemuan sebelumnya, Werdi sudah tertarik pada gadis muda itu.Werdi berasal dari Keluarga Gunardi yang merupakan keluarga kelas satu di ibu kota provinsi. Sejak kecil, dia sudah sangat dimanjakan oleh keluarganya, seakan-akan apa pun yang diinginkannya akan dikabulkan.Itulah yang menyebabkan sosok tuan muda yang satu ini menjadi begitu arogan dan semena-mena.Selama itu adalah sesuatu yang diinginkannya, baik barang maupun wanita, harus didapatkannya!Apa pun yang terjadi, Futari adalah wanita yang tidak akan dilepaskannya.Jadi, sebelumnya dia sudah mengeluarkan pernyataan di kalangan mereka.Futari adalah wanitanya. Kalau ada yang berani menargetkan Futari, itu artinya orang tersebut menjadi musuhnya!Di pertemuan hari itu, ada banyak tuan muda yang diam-diam
Melihat raut wajah Werdi seperti sudah dilapisi oleh selapis es itu, Raina tahu malam ini tamat sudah riwayat Ardika!Dia segera berjalan dari kerumunan, menuju ke sudut ruangan itu, lalu berkata dengan ekspresi dingin, "Futari, apa yang kamu lakukan di sini? Tuan Muda Werdi sudah datang, dia bahkan sudah membantumu menangani masalah.""Bukannya berterima kasih padanya, kamu malah bersembunyi di sini dan bermesraan dengan si Ardika ini?"Dia sengaja tidak mengungkapkan identitas Ardika sebagai kakak ipar Futari, karena ingin memanas-manasi situasi.Tadi saat dia pergi untuk mempermainkan riasan wajahnya, dia sudah mengetahui dari seorang teman, dia bisa ditampar oleh Mitha karena Ardika.Mitha sudah menerima hukumannya, tetapi Ardika masih baik-baik saja.Jadi, dia ingin membalas pria itu!"Oh."Begitu Futari mendongak, dia sudah melihat Werdi berjalan kemari dengan memasang ekspresi dingin. Dia buru-buru berterima kasih pada pria itu. "Terima kasih, Tuan Muda Werdi!""Tuan Muda Werdi,
Mitha melemparkan sorot mata memohon bantuan ke arah Kalris. Melihat Kalris tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia segera melangkah maju dengan ketakutan. "Tu ... Tuan Muda Werdi, maaf, aku nggak tahu Nona Futari adalah wanitanya Tuan Muda!""Kalau nggak, biarpun aku diberi 800 nyali, aku juga nggak akan berani mengucapkan kalimat seperti itu!""Saking emosinya karena dipukul orang, aku mengucapkan kalimat itu tanpa berpikir dua kali."Werdi mengangkat alisnya, lalu berkata, "Oh, ternyata Bu Mitha, ya. Sialan! Apa kamu nggak dipuaskan oleh kakakku, sampai-sampai memendam kekesalan dan memprovokasi wanita pilihanku!""Menjualnya ke rumah bordil? Percaya atau nggak, malam ini aku akan mengirimmu ke Negara Jepara untuk menjalani 'syuting' film dewasa!"Werdi sangat arogan. Begitu membuka mulutnya, dia langsung melontarkan kata-kata makian terhadap Mitha.Dia sama sekali tidak menganggap serius Mitha, yang merupakan manajer Hainiken ini.Tidak perlu dipertanyakan lagi, Mitha memang sudah
Raina tidak mendengar percakapan antara Mitha dan Ardika sebelumnya, tentu saja dia tidak tahu ucapan Ardika ini dipenuhi dengan sindiran.Melihat ekspresi Mitha makin lama makin muram, Raina berkata, "Bu Mitha, tolong pertimbangkan aku ....""Plak ...."Mitha langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Raina dengan punggung tangannya. "Mempertimbangkan kamu? Memangnya aku perlu mempertimbangkan kamu?!""Bocah, berani-beraninya kamu memukulku! Kalau hari ini aku nggak mematahkan satu lenganmu, aku akan mengikuti nama belakangmu!"Mitha menatap Ardika dengan tatapan penuh amarah.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya, mengambil dua lembar foto Ardika. Sangat jelas dia berencana memanggil orang dari luar untuk memberi Ardika pelajaran.Bagaikan induk ayam yang melindungi anak ayam, Futari merentangkan kedua lengannya, melindungi Ardika di belakangnya. Dia memelototi Mitha dengan ekspresi penuh amarah dan berkata, "Eh, wanita tua, jangan kira aku nggak tahu, pasti kamu yang memprovokasi ka
Semua orang di tempat tersebut, termasuk Kalris, tampak tercengang.Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Mitha si manajer Hainiken yang satu ini, biarpun ketua preman yang bertemu dengannya, juga perlu mempertimbangkannya. Selain itu, atasannya adalah Timnu, yang merupakan seorang ketua preman besar di dunia preman.Karena itulah, bahkan mereka yang merupakan orang-orang kalangan kelas atas pun, tidak berani menyinggung orang seperti ini sembarangan.Namun, di bawah tatapan banyak orang, Ardika malah langsung menampar Mitha.Bagaimana dia berani?"Kamu ... berani-beraninya kamu memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, Mitha yang terduduk di lantai menatap Ardika dengan ekspresi tidak percaya. Dia bahkan kesulitan untuk bereaksi."Maaf, aku minta maaf padamu," ujar Ardika dengan "tulus"."Bukankah kamu sendiri yang bilang minta maaf ada gunanya?"Melihat Ardika hanya berpura-pura, sama sekali tidak tulus meminta maaf padanya, sekujur tubuh Mitha sampai gemetaran saking kesalnya."Ahhh
"Ardika, 'kan? Aku juga nggak ingin banyak omong kosong lagi denganmu. Mulai hari ini, aku harap nggak bertemu lagi denganmu di Hainiken, termasuk di depan pintu utama.""Aku yang membayarkan ongkos taksimu.""Silakan pergi dari sini. Jangan sampai karena kamu, suasana hati semua orang malam ini malah rusak."Saat berbicara, Mitha meminta anak buahnya untuk membawakan selembar kupon taksi Hainiken. Kemudian, dia langsung melemparkannya ke bawah kaki Ardika."Hahaha ...."Menyaksikan pemandangan itu, orang-orang di sekeliling tempat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak."Kalau bukan karena takut kamu membuat kami malu, sebenarnya membiarkan bocah sepertimu di sini juga lumayan bagus. Paling nggak, karena ada orang kampungan yang tiba-tiba muncul di kalangan kami, jadi ada banyak pertunjukan menarik untuk kami tonton!""Bukan hanya makan dan minum gratis di Hainiken, bahkan ongkos taksi juga dibayarkan, di mana lagi ada hal baik seperti ini?""Kini temperamen Mitha sudah sangat baik.
Saat ini, Kalris juga berjalan menghampiri bersama beberapa orang rekannya.Dia melirik Ardika dengan sorot mata senang, lalu berkata pada orang-orang di sekelilingnya dengan volume suara keras, "Semuanya, maaf, ya. Aku kenal orang ini, dia adalah murid seorang tetuaku. Yah, dia baru datang dari kampung, nggak paham aturan kota.""Sebelumnya, dia juga mengunjungi rumah tetuaku itu untuk makan dan minum gratis. Hari ini, nggak tahu mengapa, dia malah datang ke sini untuk makan dan minum gratis lagi.""Walau dia nggak punya hubungan apa pun denganku, bagaimanapun juga aku mengenalnya. Dia nggak tahu aturan, aku nggak bisa nggak tahu aturan.""Sudah merusak suasana hati kalian, aku benar-benar minta maaf."Banyak orang yang mengenal Kalris, mereka tahu hubungannya dengan Rosa.Tentu saja orang-orang ini akan mempertimbangkannya."Tuan Muda Kalris, kamu benar-benar terlalu sungkan! Kamu hanya mengenalnya, bukan ayahnya, nggak perlu mewakilinya meminta maaf!""Ya, benar! Orang kampungan sep
Ardika mengalihkan pandangannya, melirik wanita itu sekilas. Kemudian, dia kembali menundukkan kepalanya, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil sepotong melon. Dia berkata dengan santai, "Oh? Makan saja butuh undangan? Bahkan butuh ada orang yang membawa masuk?""Kamu nggak bertanya pada orang lain, tapi malah langsung menghampiriku.""Bu Mitha, 'kan?""Bisakah aku beranggapan kamu sengaja menekanku?"Kalau Mitha berbicara baik-baik dengannya, tentu saja Ardika juga akan menanggapinya dengan sungkan.Namun, begitu datang menghampirinya, wanita yang satu ini langsung bersikap arogan, tentu saja Ardika tidak akan membiarkannya begitu saja.Mitha mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak. Dia sama sekali tidak mendapati ada keunggulan apa pun dalam diri pemuda ini, bahkan auranya juga tidak sesuai dengan orang-orang di tempat ini.Intinya, bagi Mitha yang sudah terbiasa berinteraksi, melayani orang, serta membaca orang, Ardika sama sekali tidak cocok dengan ling